Mayor Umar Nekat Minum 'Air Aneh' Suguhan Warga, Kisah Kopassus Jinakkan 3.000 Pemberontak Sudan
Saking ingin menghormati tamunya, warga memberikan satu-satunya hal berharga miliknya, yakni air, kepada perwira Kopassus yang datang.
Saking ingin menghormati tamunya, warga memberikan satu-satunya hal berharga miliknya, yakni air, kepada perwira Kopassus yang datang.
TRIBUNJAMBI.COM - Meski terlihat kuat dan kaku, seorang prajurit Kopassus dibekali kemampuan membaca situasi. Saat berada di lingkungan berbeda, harus bisa melakukan pendekatan ke masyarakat.
Selain ahli pertempuran, Kopassus ternyata juga pandai mengambil simpati masyarakat. Ini merupakan satu di antara strategi yang dipelajari dalam latihan.
Selain dilatih untuk ganas di medan perang, pasukan khusus ini juga dikenal jago mengambil hati masyarakat di mana pun ditugaskan. Itu dilakukan saat ditugaskan sebagai pasukan perdamaian di negeri-negeri yang sedang dilanda konflik.
Satu di antara kisah tersebut diceritakan Mayor Umar, perwira Kopassus yang ditugaskan di Sudan pada 2006.
Tentang Kopassus:
- Kesatuan: TNI AD
- Tipe: Pasukan Khusus
- Spesialisasi: Anti-gerilya, operasi pengintaian khusus, peperangan unkonvensional, intelijen sabotase, anti-teror
- Jumlah personel: dirahasiakan
- Grup: terbagi 5 grup dengan spesialisasi masing-masing
Nukilan dari Buku Kopassus untuk Indonesia karya Iwan Santosa dan EA Natanegara, mengisahkan saat itu Mayor Umar ditugaskan di Sudan.
Sudan merupakan negara yang dilanda perang saudara berkepanjangan.

Negeri ini hancur karena perang saudara dan keamanan menjadi satu di antara permasalahan.Hampir setiap hari terjadi kekerasan, pemerkosaan dan pembunuhan.
Rakyat merasa khawatir dan terancam keselamatannya saat pergi keluar rumah.
Baca: Misi 16 Prajurit Kopassus di Lembah X, Bongkar Fakta Tentang Suku Kanibal di Papua
Baca: Ayah dan Anak Masuk Prajurit Kopassus, Akhirnya Semua Jadi Jenderal TNI, Ini Aksinya
Baca: 10 Film Action Tentang Pasukan Khusus Paling Seru, Kisah Misi Mustahil Kopassus TNI, Navy Seal, SAS
Baca: Haji Umar Keluarkan Jurus Pukul ke Master Karate Jepang Hingga K.O, Prajurit Kopassus Terperangah
Baca: Hotman Paris Bongkar Pimpinan Parpol Gunakan Jasa Prostitusi Online Artis Mainnya di Hong Kong
Baca: 5 Pemilik Zodiak Ini Akan Menemukan Cintanya di Tahun 2019, Kamu Termasuk?
Mereka memilih untuk berada di dalam rumah dan tak beraktifitas di luar karena ancaman kekerasan sewaktu-waktu bisa terjadi.
Akibatnya, sekedar butuh kayu bakar untuk memasak pun tak ada yang berani mencarinya ke pinggiran hutan.
Umar pun pernah satu kali menyambangi rumah warga, Sudan yang warganya mayoritas muslim memang mudah didekati oleh orang Indonesia yang mayoritas muslim.
Kunjungan tersebut disambut dengan tangan terbuka oleh masyarakat Sudan.
Namun, karena tak memiliki apapun untuk disuguhkan, warga mengambil air minum yang disuguhkan untuk Umar.
Saat melihat kondisi airnya, Umar kaget, warnanya keruh dan yang membuatnya kaget air tersebut diambil dari wadah yang sama untuk memberi minum kuda.
Di negeri yang berada di benua Afrika dan sedang bertikai air menjadi satu diantara sumber daya yang susah untuk dicari.
Saking ingin menghormati tamunya, warga memberikan satu-satunya hal berharga yang mereka miliki, yakni air.
Karena tak ingin mengecewakan tuan rumah, sambil menahan nafas ia pun terpaksa meminumnya.
Tapi di kali berikutnya, dia punya trik agar terhindar dari penghormatan yang amat berisiko menimbulkan sakit perut tersebut.

Belajar dari pengalaman tersebut Umar pun kemudian mempunyai trik untuk menolak secara halus setiap kali Ia berkunjung ke rumah warga dan disuguhi hal yang serupa.
Setiap kali disuguhi air minum seperti ini akhirnya Umar menolaknya dengan mengaku sedang berpuasa.
30 prajurit Kopassus vs 3.000 orang pemberontak
Kopassus sebagai unsur TNI pernah menjalankan misi yang dianggap mustahil oleh seluruh angkatan bersenjata di dunia.
Kejadiannya berawal pada 1962 di negara Kongo yang waktu itu sedang bergejolak. TNI kembali diminta oleh United Nations/Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk kembali mengirim pasukan perdamaian ke Kongo.
Di bawah pimpinan Letjen TNI Kemal Idris, pasukan perdamaian indonesia tersebut diberi nama Kontingen Garuda III (Konga III) yang anggotanya diambil dari Batalyon 531 Raiders, satuan-satuan Kodam II Bukit Barisan, Batalyon Kavaleri 7, dan unsur tempur lainnya termasuk Kopassus yang waktu itu masih bernama Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat ( RPKAD).
Konga III berangkat dengan pesawat pada bulan Desember 1962 dan akan bertugas di Albertville, Kongo selama delapan bulan di bawah naungan UNOC (United Nations Operation in the Congo).
Daerah yang menjadi medan operasi pasukan Garuda terkenal sangat berbahaya karena di situ terdapat kelompok-kelompok milisi atau pemberontak pimpinan Moises Tsommbe yang berusaha untuk merebut daerah tersebut karena kaya akan sumber daya mineral.
Kisah heroik pasukan Kopassus saat menjadi pasukan perdamaian PBB di Kongo
Kopassus Garuda 3 di tahun 1961 sebelum melakukan aksi heroik di Kongo
Hubungan interaksi antara pasukan Konga III dengan pasukan perdamaian negara lain terjalin sangat erat, mereka terdiri dari pasukan perdamaian Filipina, India dan bahkan dari Malaysia.

Pada 1962, memang IndonesiaIndones gencar-gencarnya menyerukan konfrontasi Ganyang Malaysia dikobarkan. Tapi di bawah bendera PBB sikap tersebut hilang karena profesionalitas personel Konga III.
Kontingen pasukan perdamaian India merupakan yang terbesar dan terbanyak jumlahnya di UNOC dan terorganisir dengan baik, sedangkan pasukan Garuda hanya berkekuatan kecil akan tetapi mampu melakukan taktik perang gerilya dengan baik.
Bukan hanya soal perang melulu, Konga III juga mengajarkan masyarakat setempat untuk mengolah berbagai macam tumbuhan yang berada di sekitar mereka untuk dijadikan makanan, seperti cara mengolah daun singkong sehingga enak dimakan.
Suatu hari terjadi serangan mendadak di markas Konga III yang dilakukan para pemberontak yang diperkirakan berkekuatan 2000 orang.
Markas Konga III dikepung oleh para pemberontak tersebut.
Tembak menembak terjadi dari jam 24.00 malam hingga dini hari.
Tidak ada pasukan Garuda yang meninggal pada kejadian itu, hanya beberapa luka ringan dan segera ditangani oleh tim medis.
Sementara itu, para pemberontak setelah melakukan serangan itu langsung mundur ke wilayah gurun pasir yang gersang.
Pasukan Kopassus Garuda 3 sebelum berangkat menuju misi mustahil mengejar pemberontak di Kongo.
Tak mau berdiam diri saja seluruh pasukan perdamaian di Kongo dari semua negara peserta langsung melakukan rapat koordinasi untuk melakukan pengejaran terhadap gerombolan pemberontak, hasilnya dibentuk tim berkekuatan 30 orang yang berasal dari RPKAD/Koppasus untuk melakukan pengejaran hingga ke markas pemberontak sekalipun.
Raut wajah bersemangat tinggi berkobar di tiap-tiap personel prajurit RPKAD yang terpilih untuk melakukan pengejaran itu, iringan doa dari semua pasukan perdamaian menyertai ke 30 prajurit itu.
Mereka akan berada di wilayah yang disebut "no man’s land" alias wilayah tak bertuan yang merupakan daerah terlarang bagi pasukan PBB karena di kawasan itu pasukan dari india pernah ditembaki sampai habis tak bersisa.
Ke 30 pasukan RPKAD yang menyusup ke sarang pemberontak itu dipimpin oleh seorang kapten dan 5 orang letnan, mereka menyamar layaknya penduduk setempat, badan dan wajah digosok arang sehingga hitam menyerupai kulit penduduk setempat, ada juga personel yang berpakaian layaknya wanita membawa bakul sayuran.
Menurut informasi, para pemberontak berkekuatan 3000 orang bersenjata lengkap termasuk kendaraan lapis baja, ke 30 personel RPKAD itu juga mendengar informasi bahwa penduduk setempat termasuk pemberontak sangat takut dengan apa yang dinamakan Hantu Putih yaitu sosok berpakaian putih berbau bawang putih, nah hal ini dimanfaatkan oleh para personel RPKAD dengan mengubah penampilan pemyamaran mereka dengan menggunakan jubah putih yang mengembang apabila ditiup angin.
Pasukan Kopassus sekarang termasuk sebagai salah satu pasukan yang paling disegani di dunia.
Isyarat serangan pun diberikan oleh komandan pada saat waktu menunjukkan jam 24.00 malam, dengan sangat cepat para personel RPKAD yang menyerang menggunakan kapal yang dicat hitam-hitam menyerang melintasi danau Tanganyika yang tidak berada jauh dari "no man’s land".
Ke 30 personel RPKAD yang sudah menyamar menjadi "Hantu Putih" ini atau yang dikenal oleh masyarakat setempat Spiritesses berhamburan keluar dari kapal dan langsung menyerang para pemberontak.
Pemberontak yang kaget dan memercayai jika yang dihadapi mereka adalah hantu langsung hilang semangat dan ketakutan kocar-kacir, bahkan ada seorang pemberontak yang sedang membakar ayam karena kaget langsung melempar ayam bakarnya dan mengenai salah satu anggota RPKAD.
Selang 30 menit markas pemberontak sekaligus keluarga mereka menyerah dan dapat dikuasai, puluhan anggota pemberontak tewas dan di pihak RPKAD hanya satu orang yang cedera terkena pecahan proyektil granat, hasil ini langsung diinformasikan yang selanjutnya kontingen pasukan perdamaian yang lain datang untuk mengamankan daerah tersebut.
Sejak saat itu anggota Kontingen Garuda III dikenal oleh orang-orang Kongo dengan julukan Les Spiritesses/Hantu Putih, bisa dibayangkan hanya berkekuatan 30 orang berhasil menawan 3000 orang pemberontak bersenjata lengkap, 30 vs 3000!
Hasil gilang gemilang ini bahkan mendapat pujian dari komandan UNOC letnan Kadebe Ngeso dari Ethopia, ia mengatakan bangga dengan dan takjub atas keberhasilan ke 30 anggota RPKAD Kontingen Garuda III dalam misi yang dianggap mustahil itu.
Sampai sekarang misi yang dilakukan oleh ke 30 anggota RPKAD itu masih menjadi legenda di Misi Pasukan Perdamaian PBB seluruh dunia.
Kisah-kisah Kopassus dan pasukan elite TNI dibaca di Tribunjambi.com.
Baca: Mengungkap Rahasia Wajah Garang P6 ATAV Kopassus, Kendaraan Taktis Teknologi Pesawat Tempur
Baca: Penyebab Pohon Randu di Pusdikpassus Kopassus Hancur Semua, Ternyata karena Mahaguru Berlatih
Baca: Rahasia Soeharto Bisa Bertahan di Jajaran Jenderal, Meski Kerap Tak Sepemikiran dengan Soekarno
Baca: Pramugari Garuda Indonesia Pacaran dengan Anggota Kopassus, Sang Suami Akhirnya Jadi Jenderal TNI