2 Keanehan yang Terjadi dari Fenomena Meletusnya Gunung Anak Krakatau, Warna Air Laut Jadi Orange
Efek dari letusan Gunung Anak Krakatau memang memberi dampak yang banyak merugikan banyak pihak
Dilansir dari Majalah Geologi Kemeterian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Geo Magz, diketahui bahwa Gunung Anak Krakatau lahir pada 15 Januari 1929.
Gunung Anak Krakatau lahir dari Gunung Krakatau yang Meletus pada tahun 1833 dan menewaskan 36 ribu jiwa kala itu.
Dalam pernyataan yang ditulis di majalah tersebut dikatakan.
Baca Juga:
Rekonstruksi Pembunuhan di Sengeti, Hindari Amukan Massa, 20 Adegan Diperankan Oleh Orang Lain
Imigrasi Jambi Deklarasi Janji Kinerja dan Tanda Tangani Fakta Integritas 2019
Becky Tumewu Ungkap Begini Statusnya dengan Robby Tumewu, Hingga Almarhum Berpulang
VIDEO: Kejadian Langka Nelayan Pangandaran Tewas Tertusuk Moncong Ikan Caroang Sejenis Ikan Marlin
Penyelam Kopaska Temukan Black Box CVR Lion Air PK-LQP, Ini Kehebatan Pasukan Elite TNI AL
“Pada 20 Januari 1929, asap meniang keluar dari tumpukan material gunung api yang baru dan muncul di permukaan, material itu tumbuh dari kedalaman laut 180 meter.
Itulah gunung yang baru lahir yang diberi nama Gunung Anak Krakatau”.
Yang paling mengejutkan adalah pertumbuhan Gunung Anak Krakatau yang sangat cepat.
Dalam majalah tersebut disebutkan.
“Anak gunung api ini tumbuh 4 meter per tahun dan memesona banyak orang”.
Bahkan sejak muncul ke permukaan laut, pertumbuhan Gunung Anak Krakatau lebih cepat.
Selama 80 tahun, tepatnya pada tahun 2010, tingginya sudah mencapai 320 mdpl!
Tentu hal ini dikhawatirkan oleh para ahli, karena pertumbuhannya yang cepat dikhawatirkan letusannya juga akan sehebat letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883.
Menanggapi kekhawatiran akan dugaan ini, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho pada bulan Agustus 2018 pernah menyebutkan bahwa Gunung Anak Krakatau sedang dalam masa pertumbuhan.
Artinya, Gunung Anak Krakatau masih aktif dan terus tumbuh membesar.
Tentu hal ini tak jauh juga dari erupsi.
Tapi Sutopo menyebutkan bahwa letusan Gunung Anak Krakatau tak akan sebesar Gunung Krakatau pada tahun 1883.