2 Keanehan yang Terjadi dari Fenomena Meletusnya Gunung Anak Krakatau, Warna Air Laut Jadi Orange
Efek dari letusan Gunung Anak Krakatau memang memberi dampak yang banyak merugikan banyak pihak
"Inilah Gunung Anak Krakatau (GAK) dari helicopter BNPB pada 13/1/2019, 12.31 WIB. Tubuh GAK telah banyak berubah. Saat ini tinggi GAK hanya 110 meter dari sebelumnya 338 meter. Jumlah letusan cenderung menurun.
.
Warna air laut yang orange kecoklatan adalah hidrosida besi (FeOH3) yang mengandung zat besi tinggi yang keluar dari kawah dan larut ke dalam air laut."
Ia menjelaskan jika fenomena yang terjadi itu hanya sementara dan air laut bisa kembali jernih.
"Fenomena ini hanya sementara. Lama-lama zat besi akan larut dan air laut kembali jernih. Jika ada letusan dan mengeluarkan lava maka akan langsung masuk ke dalam air laut."
Meski menunjukkan penurunan, status GAK hingga kini masih berstatus siaga atau level 3.
"Aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau terus menunjukkan adalah penurunan. Pada 13/1/2019 pukul 06.00 - 12.00 WIB tidak ada letusan. Status tetap Siaga (level 3). Daerah berbahaya ada di dalam radius 5 km dari puncak kawah," tulis Sutopo pada captionnya.
Video di atas merupakan kondisi GAK pada Jumat (11/1/2019)
"Inilah kondisi Gunung Anak Krakatau yang didokumentasikan dengam drone oleh @EarthUncutTV pada 11/1/2019. Tubuh Gunung Anak Krakatau telah berubah drastis pasca longsor dan letusan pada akhir tahun 2018."
Baca Juga:
Nikita Mirzani sedang Dicari-cari Polisi, Wanita yang Berprofesi Sebagai Chef ini Ungkap Faktanya
Kasus Dugaan Pelanggaran Pemilu, Rahmat Derita Hadir Lebih Awal Pada Pemeriksaan di Bawaslu
Dinas Lingkungan Hidup Batanghari Datangi Perusahaan Pengecoran Diduga Belum Miliki Izin Lengkap
Topeng Tengkorak Kopaska TNI AL Masuk Jajaran 4 Wajah Pasukan Elite Menyeramkan Dunia
Rekonstruksi Suami Bunuh Istri di Muarojambi, Adik Korban Tiba-tiba Memukul Tersangka
Gunung Anak Krakatau Tumbuh Cepat, Para Ahli Khawatir Letusannya Lebih Dahsyat
Gunung Anak Krakatau beberapa hari ini menjadi perhatian.
Sejak tsunami yang terjadi di Selat Sunda pada Bulan Desember 2018, aktivitas Gunung Anak Krakatau menjadi perhatian.
Hal ini bukan tanpa sebab, pasalnya sejak tsunami Selat Sunda, aktivitas Gunung Anak Krakatau terus aktif dan meningkat.
Diketahui bahwa sebelum tsunami Selat Sunda, Gunung Anak Krakatau sudah erupsi sejak 29 Juni 2018.
Nama Gunung Anak Krakatau sangat tersohor.

Hal ini tak lepas dari Gunung Krakatau yang meletus sangat dahsyat pada tahun 1883 silam.
Dari letusan Gunung Krakatau pada 1883 silam, terbentuklah Gunung Anak Krakatau ini.