Penderitaan Penumpang Pesawat Woyla Sebelum Kopassus Datang, Mau ke Toilet pun Pintu Harus Dibuka
Operasi yang melambungkan nama Komando Pasukan Khusus (Kopassus) ini masih sangat membenak dipikiran masyarakat Indonesia.
Pesawat DC 9 mlik Garuda Indonesia itu dibajak oleh lima teroris dari kelompok yang mengaku bernama Komando Jihad
TRIBUNJAMBI.COM - Operasi yang melambungkan nama Komando Pasukan Khusus (Kopassus) ini masih sangat membenak dipikiran masyarakat Indonesia.
Wajar saja, misi penyelamatan tercepat hanya dengan waktu 3 menit, Kopassus membuat geger dunia.
Operasi Pembebasan Pesawat Woyla masih terkenang meski sudah terjadi 37 tahun yang lalu.
Pesawat DC 9 mlik Garuda Indonesia itu dibajak oleh lima teroris dari kelompok yang mengaku bernama Komando Jihad.
Baca Juga:
Meski Luka Parah & Peluru Bersarang di Tubuh Legenda Kopassus ini, Musuh Tetap Mati di Tangannya
Prajurit Kopassus dan Denjaka Ini Karirnya Melejit Setelah Pembebasan MV Sinar Kudus, Jadi Jenderal
Kejahatan Ali Kalora Cs: Mutilasi & Penembakan, RI Disarankan Turunkan Unit Raider atau Kopassus
Awal mula peristiwa pembajakan itu pada Sabtu, 28 Maret 1981.
Pesawat yang membawa 48 penumpang tersebut berangkat dari Jakarta dengan tujuan Medan.
Sekitar pukul 09.00, pesawat transit di Palembang.

Melansir dari Kompas.com yang mengutip Harian Kompas yang terbit 1 April 1981, pesawat lepas landas setelah menunggu lima menit.
Semula tak ada hal yang ganjil, semua penumpang duduk pada tempatnya masing-masing.
Ketika pramugari tengah membagikan makanan, beberapa penumpang bangun, berlari ke bagian depan kabin.
"Jangan bergerak! Jangan bergerak! siapa yang bergerak akan saya tembak!"
Pembajak meminta pesawat Woyla diterbangkan ke Sri Lanka.
Baca Juga:
Indro Warkop Ungkap Keadaan dari Anak Dono, Satu Diantaranya Ada yang Baru Mempersunting Pasangannya
Tak Lolos CPNS 2018? Tenang, Lowongan PPPK Sebentar Lagi Dibuka, Cek SSCN.BKN.go.id, ini Jadwalnya
Ramalan 12 Zodiak Soal Keuangan Selamat Tahun 2019, Leo Bakal Ketiban Rezeki di Bulan Maret
Namun, pilot Herman Rante menolak dengan alasan bahan bakar tak akan cukup bila harus melintasi bagian utara Samudera Hindia.
Maka pesawat Woyla dibelokkan rutenya menuju Penang, Malaysia dan kemudian diarahkan ke Bangkok, Thailand.
Imran bin Muhammad Zein, pemimpin kelompok pembajak pesawat itu, meminta pemerintah Indonesia membebaskan 80 rekan mereka yang kala itu mendekam di penjara.
Rekan mereka dipenjara karena terlibat peristiwa penyerangan Kosekta 8606 Pasir Kaliki, Cicendo, Bandung, 17 hari sebelum insiden Woyla.

Disebut juga, pembajak meminta uang tunai sebesar 1,5 juta dolar AS.
Mereka mengancam akan meledakkan pesawat bila tuntutan tersebut tak dikabulkan.
Berhari-hari disandera membuat para penumpang merasa takut dan lelah.
Kala itu, korban sendera dicekoki ceramah yang isinya menjelekkan pemerintahan Soeharto.
Para korban sandera tak boleh berkomentar mengenai ceramah tersebut.
Tangan penumpang harus diangkat ke atas dan kedua telapak tangan harus di bagian atas sandaran kursi.
Penumpang baru boleh menurunkan tangannya setelah Woyla tiba di Bangkok, Thailand.
Baca Juga:
Berita Hoaks Pernah Ada di Era Soekarno & Soeharto, Terunik Soal Janin Bisa Bicara di Era Pak Harto
Usut Kasus Pemerkosaaan Sum Kuning, Polisi Jujur Hoegeng Dicopot Soeharto di Puncak Karirnya
Tak Banyak yang Tahu, Ibu Tien Istri Soeharto Adalah Pahlawan Nasional, Buktinya Ada di Tempat ini
Pesawat tersebut mendarat di Bandara Don Mueng, Bangkok, Sabtu sekitar pukul 17.00.
Penderitaan yang dialami oleh penumpang pesawat belum berakhir.
Bahkan, penderitaan yang dialami mereka semakin menjadi-jadi.
Mereka hanya diberi selembar roti tawar dan air putih.
Para korban sandera itu terus diawasi secara ketat.
Saat menggunakan toilet, mereka tak boleh menutup pintu.
Perlakuan tersebut berlaku juga bagi sandera perempuan.
Bahan bakar pesawat yang kian menipis semakin menambah penderitaan sandera.
Pendingin udara tak aktif karena mesin pesawat dimatikan.
Banyak penumpang yang lemas karena kekurangan oksigen.
Baca Juga:
Piala AFF U-22 2019 - Bangun Timnas U-22 Indonesia, Indra Sjafri Panggil Asisten Pelatih Ini
Misteri Kematian Si Molek Superstar Marilyn Monroe, Ini Pengakuan Ahli Forensik
Tujuh Tipe Teman Palsu yang Perlu Kamu Waspadai, Mereka Nggak Tulus
Pemerintah Thailand memberikan izin kepada pasukan Komando Pasukan Sandhi Yudha (Koppasandha, sekarang dikenal Kopassus) untuk melakukan tindakan.
Pada 1 April 1981, operasi penyelamatan berlangsung singkat namun di balik itu semua persiapan yang dilakukan sudah jauh-jauh hari sebelumnya.
Tidak ada tanda-tanda operasi pembebasan pada 30 Maret 2018, malam hari.
Suasana di sekitar pesawat sepi.
Jenderal Yoga Sugama mengelabui pembajak dengan berpura-pura mengabulkan semua tuntutan mereka pada hari ketiga.
Negosiasi ini hanya siasat mengulur waktu hingga tim antiteror melancarkan aksinya.
Pembajak menari-nari di dalam pesawat setelah dikelabui.
Pergerakan terlihat sekitar pukul 02.30, sekitar 400 meter dari pesawat.
Baca Juga:
Pejuang Tradisional yang Jadi Tentara Bayaran Legendaris Dunia, Ini Kisah Tentara Gurkha
Zaira Skin Care Jambi, Ini Tempat yang Menawarkan Perawatan Wajah
Perayaan Pergantian Tahun, Trafik Layanan Data Telekomunikasi Indosat Ooredoo Meningkat Signifikan
Pasukan bergerak dalam formasi dua baris. Mereka bergerak mengendap dan membawa tiga tangga.
Tangga tersebut dikaitkan pesawat. Dua tangga ada pada masing-masing sayap, satu tangga di bagian belakang.
Dalam sekejap pasukan elite itu masuk ke dalam pesawat.
Mereka masuk dari pintu darurat dan bagian bawah pantat pesawat.
Terdengar suara baku tembak dalam waktu dua detik.
"Komando itu berteriak 'Semu penumpang tiarap'. Dan berjatuhanlah sosok-sosok tubuh yang berusaha untuk tiarap," ujar Henk Siesen, warga negara Belanda yang menjadi sandera.
Kemudian terdengar suara tembakan dari dalam kabin pesawat.
Badan pesawat berlubang akibat tembakan peluru.
Satu per satu sandera yang tiarap diselamatkan melalui pintu depan.
Ada satu pembajak yang ikut tiarap di antara kerumunan sandera.
Ia membawa granat, bahkan granat tersebut sempat dilempar setelah pinnya ditarik.
Namun, granat tersebut tidak meledak dan pembajak itu bisa diamankan pasukan.
Ia ditembak mati setelah berusaha kabur dari pintu depan.

Seorang pembajak bernama Fahrizal melepaskan tembakan, setelah terdesak ia melakukan bunuh diri dengan menembak keningnya.
Dua pembajak lain yang berusaha kabur ditembak mati.
Operasi penyelamatan penyanderaan 65 jam itu berlangsung tiga menit.
Dua orang menjadi korban. Pilot Herman Rante tewas dalam operasi pembebeasan Woyla.
Anggota Koppasandha Achmad Kirang juga gugur dalam operasi tersebut.
Pemimpin pembajak ditangkap dan dihukum mati pada 28 Maret 1983.
Operasi pembebasan Woyla yang berhasil dilakukan oleh Koppasandha menjadi sorotan dunia.
Reputasinya diakui dan kini pasukan yang dikenal dengan nama Kopassus itu dicap sebagai satuan elite top dunia.
Baca Juga:
Diminta Antarkan Buah, Hendri Malah Ditangkap dan Kini Jalani Persidangan, Ini Buah yang Diantarnya
Bulog Luncurkan Program Pasokan & Stabilitas Harga Beras Medium Tahun 2019, Ini Kata Fachrori Umar
Pimpim Upacara HAB Ke 73, Sekda Sungaipenuh Sampaikan 6 Sasaran Strategis Program Kemenag
Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Korban Sandera Pesawat Woyla Ditahan 65 Jam, Kopassus Bebaskan Hanya dalam Waktu 3 Menit
IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:
NONTON VIDEO TERBARU KAMI DI YOUTUBE:
IKUTI FANSPAGE TRIBUN JAMBI DI FACEBOOK: