Begini Tekanan Batin & Kondisi Penumpang Garuda yang Disandera Teroris Sebelum Kopassus Bertindak

Begini Tekanan Batin & Kondisi Penumpang Garuda yang Disandera Teroris Sebelum Kopassus Bertindak

Penulis: Andreas Eko Prasetyo | Editor: Andreas Eko Prasetyo
istimewa
Benny Moerdani 

Begini Tekanan Batin & Kondisi Penumpang Garuda yang Disandera Teroris Sebelum Kopassus Bertindak

TRIBUNJAMBI.COM - Kisah pembajakan pesawat Woyla dengan tipe pesawat DC 9 milik Garuda Indonesia, merupakan sejarah yang mengangkat nama Kopassus di mata dunia.

Namun dibalik keberhasilan Komando Pasukan Khusus (Kopassus) dari matra TNI AD itu, ada sepenggal cerita penderitaan para penumpangnya.

Sebelum Kopassus datang, para penumpang korban pembajakan pesawat Woyla mengalami sejumlah penderitaan.

Seperti diketahui, pesawat DC 9 mlik Garuda Indonesia itu dibajak oleh lima teroris dari kelompok yang mengaku bernama Komando Jihad.

Baca Juga:

Penderitaan Pramugari Pesawat Garuda Woyla Sebelum Diselamatkan Kopassus, Begini Perlakuan Pembajak

Rahasia Masa Lalu Pemilik Perusahaan Betadine di Indonesia, Ternyata Jebolan Kopassus

Miliki Kemampuan Tempur Diatas Rata-rata, Ini 6 Pasukan Elite TNI, Mulai Kopassus hingga Yontaifib

Awal mula peristiwa pembajakan itu pada Sabtu, 28 Maret 1981.

Pesawat yang membawa 48 penumpang tersebut berangkat dari Jakarta dengan tujuan Medan.

Sebelum pembajakan yang akhirnya mendarat di Thailand, cerita akan tekanan batin penumpang ternyata sudah terjadi sejak di udara.

Pesawat berkapasitas 102 penumpang buatan McDonnell Douglas itu, awalnya terbang dari Palembang.

Operasi Woyla oleh Kopassus
Operasi Woyla oleh Kopassus 

Dengan perkasa pesawat menembus segumpal awan kumulus dilapisan troposfer di rentang atas sungai Batanghari ketika Kapten Pilot Herman Rante baru saja selesai mengatur stabilisator vertikal.

Dengan sekejap disapukannya matanya ke panel instrument didepannya.

Ketika hendak mencocokkan heading atau arah pesawat, diliriknya co-pilot Hedhy Juwantoro yang tengah menarik flight plan, keduanya tersenyum.

Semua indikator menunjukkan bahwa instrumen-instrumen pesawat bekerja secara sempurna.

Bagi Hedhy yang sejak semalam agak kurang enak badan, keadaan itu sungguh mengembirakan.

Baca Juga:

Tercoreng Dugaan Pengaturan Skor Final AFF 2018, Maman Abdurrahman Yakin Akan Terungkap

Terduga Teroris Ditangkap di Jambi, Polisi Belum Mencium Rencana Serangan Teror Natal dan Tahun Baru

Sempat Disebut akan Masuk NasDem, TGB Dikabarkan Pilih Golkar, Surya Paloh Buka Suara

Dengan kecepatan terbang sekitar 600 mil/jam, ia sudah pasti akan mencapai Medan tepat jadwal pukul 10.55.

Dan bila selanjutnya berjalan lancar, tugas hari sabtu itu akan segera berakhir dan ia bakal beristirahat.

Namun belum sempat ia membaca kolom-kolom lintasan terbang di flight plan, dari belakang kabin terdengar suara ribut-ribut.

"Jangan bergerak! Jangan bergerak! Siapa bergerak saya tembak! Pesawat ini kita kuasai!!!"

Tak percaya pada pendengarannya, kedua pilot itu hampir bersamaan menoleh kebelakang.

"Masya Allah! Oh Tuhan Yesus!" Seseorang berkulit kuning bersih, bertubuh jangkung untuk ukuran Indonesia, berdiri di depan kokpit menodongkan pistol ke kepalanya.

Hedhy mencoba mengedip-kedipkan mata, semalam memang ia susah tidur, barangkali ia sekarang sedang bermimpi.

Baca Juga:

Tiga Anak yang Dibesarkannya Ternyata Buah Perselingkuhan istri, Suami Kerja 8 Jam Sehari

KPKNL Jambi Rilis 48 Perusahaan yang Menunggak Iuran BPJS Ketenagakerjaan

Sekretariat DPRD Jambi Teken Mou Bersama DPRD Jawa Barat, Ini Pointnya

Tatkala seorang yang kemudian diketahuinya bernama Abu Sofyan, untuk kedua kalinya mengokan pistol FN dan satu peluru keluar, ia sadar ini bukan lamunan atau mimpi.

Ia paham betul, FN itu pistol otomatis yang sangat peka, jika sudah dikokang dan terkena benturan sedikit saja ia akan meletus dan meremukkan batok kepalanya.

Di kabin pesawat, para penumpang dan pramugari bengong menghadapi keadaan.

Hiromi Higa, seorang penumpang warganegara Jepang tidak memahami apa yang sedang terjadi.

Sebagian yang lain malah menyangka, satu regu alat negara sedang membekuk buronan di pesawat.

Anwar, penumpang yang duduk dikursi 2E masih tetap memejamkan mata.

" Aaaah......keterlaluan, main-main di udara", katanya dalam hati.

Namun kenapa semua harus pakai angkat tangan segala?

Tiba-tiba sebuah benda dingin terasa menyentuh keningnya.

Dibukanya matanya yang sudah hendak tidur tadi.

Astagafirullah! Benda tersebut ternyata sepucuk senjata api yang berada dalam genggaman seorang yang berjambang dang berjenggot lebat.. Sorot matanya begitu tajam.

Operasi Woyla oleh Kopassus
Operasi Woyla oleh Kopassus 

Serasa copot segala persendiannya, tatkala ingatannya sampai kepada sepak terjang para teroris-teroris internasional.

Tangan diangkat keatas kepala terasa berat bagaikan dibanduli beban seribu kilo, toh ia harus mampu mengangkatnya bila tidak ingin ditembus melinjo panas.
Pelan dan gemetar, diikuti perintah pembajak agar berpindah duduk ke belakang.

Sempat dengan sudut matanya, dilihatnya seorang pramugari sudah menitikkan airmata dan juga digebah berjalan ke belakang.

Selanjutnya semua tempat duduk juga dipisah semua.

Para penumpang yang semula duduk terpencar sesuai nomor kursi, dikumpulkan merapat ke depan.Laki-laki dikumpulkan disebelah kiri gang, kecuali orang asing, sedangkan perempuan disebelah kanan.

Kedua tangan tetap diangkat keatas kepala entah sampai kapan.

Para sandera tak boleh berkomentar mengenai ceramah tersebut.

Baca Juga:

Ngaku Berpangkat Brigjen & Ajak Indonesia Bernegosiasi, Wiranto Sebut Egianus Kogoya Tak Sadar Diri

Honorer Berpeluang Besar Jadi P3K, Ini Jumlah Gaji Menurut Menpan RB

Operasi Rahasia Sempat Bocor, Strategi Kucing-kucingan Benny Moerdani Tumbangkan Marinir Belanda

Tangan penumpang harus diangkat ke atas dan kedua telapak tangan harus di bagian atas sandaran kursi.

Penumpang baru boleh menurunkan tangannya setelah pesawat Woyla tiba di Bangkok, Thailand.

Pesawat tersebut mendarat di Bandara Don Mueng, Bangkok, Sabtu sekitar pukul 17.00.

Penderitaan yang dialami oleh penumpang pesawat belum berakhir.

Bahkan, penderitaan yang dialami mereka semakin menjadi-jadi.

Mereka hanya diberi selembar roti tawar dan air putih.

Para korban sandera itu terus diawasi secara ketat.

Saat menggunakan toilet, mereka tak boleh menutup pintu.

Baca Juga:

Public Warning! Daftar 61 Obat Herbal dan Kosmetik Berbahaya Dirilis BPOM

Angel Lelga Blak-blakan Beberkan Vicky Prasetyo yang Sebenarnya, Miliki Selingkuhan Tante Girang

Penderitaan Pramugari Pesawat Garuda Woyla Sebelum Diselamatkan Kopassus, Begini Perlakuan Pembajak

Perlakuan tersebut berlaku juga bagi sandera perempuan.

Bahan bakar pesawat yang kian menipis semakin menambah penderitaan sandera.

Pendingin udara tak aktif karena mesin pesawat dimatikan.
Banyak penumpang yang lemas karena kekurangan oksigen.

Kopassus Mulai Bergerak

Komando Pasukan Khusus (Kopassus)
Komando Pasukan Khusus (Kopassus) (net)

Pemerintah Thailand memberikan izin kepada pasukan Komando Pasukan Sandhi Yudha (Koppasandha, sekarang dikenal Kopassus) untuk melakukan tindakan.

Puncak pembajakan pesawat DC 9 Woyla terjadi pada 31 Maret 1981, di Bandara Mueang, Bangkok, Thailand.

Karena saat itulah dilaksanakan Operasi pembebasan.

Seperti dilansir dari buku Benny Moerdani Yang Belum Terungkap' ,Tempo, PT Gramedia, 2015

Kala itu, pasukan yang diterjunkan adalah pasukan Grup 1 Koppasandha.

Operasi tersebut di bawah komando Kepala Pusat Intelijen Strategis, Letjen Benny Moerdani.

Adapun Letkol Infanteri Sintong Panjaitan ditunjuk menjadi pemimpin operasi di lapangan.

Benny Moerdani
Benny Moerdani

Pada Selasa (31/3/1981) sekitar pukul 02.30 WIB, pasukan Kopassus mulai bergerak setelah mendapat persetujuan dari pemerintah Thailand.

Saat penyerbuan, pasukan terbagi dalam lima tim.

Tiga tim bertugas menyerbu ke dalam pesawat, dua lainnya bersiaga di luar.

Tim pertama dipimpin Kapten Untung Suroso yang akan masuk dari pintu darurat depan.

Tim kedua dipimpin Letnan Dua Rusman AT yang bertugas menyerbu dari pintu darurat atas sayap kiri pesawat.

Adapun pemimpin tim ketiga adalah calon perwira Ahmad Kirang yang masuk melalui pintu ekor pesawat.

Sekitar pukul 02.00, tim bergerak mendekati pesawat dengan menaiki mobil VW Komi.

Para pasukan Kopassus, termasuk Benny Moerdani berdesak-desakan dalam mobil itu.

"Saya duduk di atas anak-anak. Injek-injekan," kata Benny Moerdani dalam buku Benny: Tragedi Seorang Loyalis.

Baca Juga:

Sempat Serbu Pos TNI, Korps Brigade Mobil (Brimob) Pun Balas Hancurkan Markas KKB di Pedalaman Papua

Khabib Nurmagomedov Tersinggung Gara-gara Topinya Diusik, Semprot Wartawan

Jusuf Kalla Ditanya Lebih Enak Jadi Wakil SBY Atau Jokowi? Jawaban JK Ada Perbedaan Mencolok

Berjarak sekitar 500 meter dari ekor pesawat, para pasukan pun mulai berjalan kaki.

Saat itulah Benny Moerdani menyusup ke barisan tim Ahmad Kirang.

Penampilannya berbeda dari yang lain. Benny Moerdani memakai jaket hitam dan menenteng pistol mitraliur.

Letkol Infanteri Sintong Panjaitan yang menjadi pemimpin operasi lapangan menjelaskan bahwa kehadiran Benny itu di luar skenario.

"Ini di luar skenario," ujarnya dalam buku 'Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando.'

Namun pada akhirnya Sintong membiarkan Benny Moerdani untuk tetap dalam pasukan.

Setelah pesawat berhasil dikuasai pasukan Kopassus, Benny Moerdani lagi-lagi melakukan aksi tak terduga.

Benny Moerdani tiba-tiba masuk ke pesawat sambil menenteng pistol bersama Kolonel Teddy.

Benny Moerdani kemudian menuju kokpit dan menyuruh Teddy untuk memeriksa panel elektronik Woyla.

Setelah dinyatakan aman dari ancaman bom yang diaktifkan melalui sirkuit pesawat, Benny Moerdani lantas mengambil mikrofon.

"This is two zero six. Could I speak to Yoga, please?" kata Benny Moerdani.

Yoga Soegomo yang berada di ruang crisis center di menara bandara pun merespons.

"Operasi berhasil, sudah selesai semua," ujar Benny Moerdani melapor.

Operasi pembebasan itupun berjalan sukses.

Kopassus hanya butuh waktu tiga menit untuk menumpas para pembajak dan membebaskan para sandera.

IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:

NONTON VIDEO TERBARU KAMI DI YOUTUBE:

IKUTI JUGA FANSPAGE TRIBUN JAMBI DI FACEBOOK:

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved