Cerita Juragan Lele Berpenghasilan Rp 100 Juta Perhari, Beberkan Kisahnya Hingga Bisa Sukses
Nyaris hampir sejauh mata memandang, yang tampak pada Jumat (7/12/2018) siang itu hanya hamparan ribuan kolam lele.
Di tengah kegalauan, ia mengamati beberapa peternak lele yang “bermain di pinggiran” tambak tambak udang windu selamat dari bencana.
Baca: Kasus DBD di Bungo Meningkat 300 Pesen, Ini Daftar Kecamatan Terparah
Baca: Mediasi SBSI Tanjabtim dengan PT IAM Dilanjutkan Besok
Terpikir olehnya, mengapa tidak beralih beternak lele saja?
Carmin yang akrab disapa Maming lalu menebar ribuan bibit lele asal penangkaran di Cirebon, dan Parung Bogor.
Bibit ia tebar ke 20 kolam masing masing seluas 500 meter persegi.
Dua setengah bulan kemudian ia sudah memetik hasilnya.
Permintaan lele dari sekitar 3 ton per hari, naik menjadi 7 ton per hari.
Setelah Maming membentuk kelompok peternak lele tahun 2003, jumlah tambak lele kelompoknya mencapai 25 hektar.
“Nama lain selain Pak Maming, ada Haji Mardiah, Pak Drajat, dan Haji Ronny. Sekarang muncul generasi baru seperti Pak Mahfud, dan Pak Apri, dan saya,” kata Sarman (40), juragan lele generasi baru saat ditemui di tengah tambak miliknya, Jumat (7/12/2018) siang.
Di salah satu kolam lele, tampak dua pekerja sedang menyortir ratusan ekor lele.
Sebagian dipindahkan ke kolam lain.
Baca: Ikuti Lomba Video Ucapan Selamat Ulang Tahun Pertamina, Berhadiah Jutaan Rupiah
Baca: Implementasi Smart City Kota Jambi Kembali Menoreh Prestasi
Sekitar 100 meter dari tempat ia duduk tampak satu truk berukuran sedang memuat beberapa kuintal lele untuk dibawa ke Jakarta.
“Panen dilakukan siang menjelang sore seperti hari ini. Sampai Jakarta, Bogor, Tangerang, Depok, atau Bekasi, malam,” tutur Sarman yang akrab dipanggil Juragan Maman.
Puluhan ton lele
Ia bercerita, awalnya, di awal tahun 2000-an ia ikut mertuanya memelihara udang windu, lalu beralih memelihara lele, mengikuti jejak Maming.
Dari hasil bekerja membantu sang mertua, ia membeli satu kolam atau tambak lele.