Kasus DBD di Bungo Meningkat 300 Pesen, Ini Daftar Kecamatan Terparah
Kasus Demam Berdarah Dengue di Kabupaten Bungo meningkat hingga 300 persen dibanding tahun lalu.
Penulis: Jaka Hendra Baittri | Editor: Teguh Suprayitno
Bungo Kasus Demam Berdarah Naik Banyak
TRIBUNJAMBI.COM, BUNGO - Kasus Demam Berdarah Dengue meningkat dari tahun lalu. Jika pada 2017 ada 29 kasus, tahun ini tercatat ada 93 kasus di Kabupaten Bungo.
Safarudin Matondang selaku Kepala Dinas Kesehatan mengatakan, tidak ada kasus kematian dari semua angka tersebut. Baik pada tahun 2017 atau pun 2018.
"Tahun 2017 semua kasus dilakukan fogging di lokasi dan dilakukan penyelidikan epidemiologi," katanya, pada Senin (10/12).
Pada tahun 2018 semua kasus diselidiki secara epidemiologi. Namun, ada 87 kasus yang lokasinya difogging.
Safarudin mengimbau masyarakat memperbaiki pola kebersihan lingkungannya dengan 3M yaitu Menutup, Menguras da Mengubur.
“Nyamuk dari telur sampai dewasa ada waktu 8 sampai 10 hari. Maka kuraslah tempat penampungan air yang bisa jadi tempat bertelur nyamuk,” katanya.
Dia mengatakan ada gerakan baru bernama 3M plus yaitu mendaur ulang sampah. Sebab mengubur tidak lagi dianjurkan karena dapat menimbulkan polusi tanah.
Jika sebelumnya pada pertengahan 2018 kasus paling banyak di Rimbo Tengah. Latip selaku pengelola program Demam Berdarah Dengue (DBD) Dinkes Bungo mengatakan kebanyakan kasus terjadi di Pelepat Ilir.
"Seperti Kuamang dan sekitarnya," ungkap Latip.
Penyebab tingginya kasus tersebut lebih banyak dikarenakan mobilitas manusia yang tinggi. "Itu 'kan dekat sama Tebo. Mobilitas manusia keluar masuk tinggi. Itu indikasi meninkatnya kasus," katanya.
Baca: Suria Harapan School Diresmikan, Ini Harapan dan Pesan Wakil Walikota Jambi
Baca: Jadi Pemain Terbaik di Piala Suratin 2018, Ini Keinginan M Rido yang Belum Terwujud
Baca: Mediasi SBSI Tanjabtim dengan PT IAM Dilanjutkan Besok
Baca: Implementasi Smart City Kota Jambi Kembali Menoreh Prestasi
Penyebab kedua kata Latip adalah belum semua rumah memeriksa jentik nyamuk. "Kalau dibiarian bisa saja dari satu rumah ke rumah lain," ungkapnya.
Dia mengatakan banjir justru tidak banyak menjadi penyebab kasus DBD. "Karena tempat penampungan jentik nyamuk terbawa air semua," ungkapnya.
Pada tahun 2017 Dinkes mencatat ada tiga tempat yang tercatat mempunyai angka tinggi di Bungo. Sebanyak 60 persen angka tertinggi ada di kecamatan pasar Muara Bungo, Bungo Dani dan Bathin III.