Sejarah Indonesia
Cerita Pasukan Elit Soekarno yang yang Disebut Pengkhianat Dalam Aksi Kejam G 30S PKI
Bulan September, biasanya selalu diperingati tragedi Gerakan 30 September/PKI atau G30S/PKI.
Di penjara, Ishak diperlakukan tak manusiawi. Makanan yang diberikan terdiri dari jagung pipilan yang direbus.
Kadang, jagung itu disebar di halaman penjara dan para tahanan memunguti satu persatu.
Agak beruntung, karena Ishak tak disiksa habis-habisan seperti tahanan lain lantaran dianggap kooperatif saat ditangkap.
“Ya saya mengajar agama langsung. Di Salemba juga saya mengajar agama. Jadi tidak ada yang mengira. Ini pasti korban fitnah. Orang salut dengan saya. Baik dengan saya. Karena saya kaum santri. Sampai sekarang pun saya masih kadang mengajar mengaji. Ya tahun 1978, keluar. Jadi di luar, lain dengan orang-orang lainnya mungkin ya (Cakrabirawa lain). Jadi waktu keluar, saya pun disambut alumni. ‘Aduh, ini Pak Is,” tutur Ishak.
Baca: Swiss-Belhotel Jambi Merayakan Hari Pelanggan Nasional
Baca: Asik Dugem di Salon, Angga Ditangkap Polisi Bersama Barang Bukti Ratusan Butir Ekstasi
Hingga di Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub), Ishak dijatuhi hukuman 20 tahun penjara.
Selama di bui, tahanan hanya mendapat setengah gelas jagung rebus per hari sebagai makanan.
Perlakuan semacam ini, berlangsung kurang lebih tiga tahun pada 1965-1968. Akibatnya, bobot tubuh Ishak melorot drastis.
Dari sebelumnya 75 kilogram menjadi 40. Persis tulang berbalut kulit.
“Saya menyadari, bahwa siksaan-siksaan itu pasti menimpa kepada kita, orang yang kalah. Saya dikasih makan itu jagung. Disebari. Kemudian kita punguti. Kalau mau minum itu ya, air selokan, di situ. Disedot dengan batang daun pepaya. Maka, saat itu, zaman antara tahun 1965-1966, mungkin tiap hari ada orang yang mati, 15 orang, 15 orang, itu kan orang sipil banyak yang mati, tiap hari ada yang mati, kadang 10 orang. Beri-beri, kutu rambut, tinggi, itu sudah merambat semua. Bobot tubuh saya yang tadinya 75 itu tinggal 40 kilogram kok,” tuturnya.

Ketika masih di penjara Salemba, Ishak bertemu kembali dengan Sukitman.
Sukitman pun masih ingat pada Ishak. Tapi Sukitman tak bisa berbuat apapun.
Sialnya, sang istri yang sedang hamil muda dan tinggal di Purbalingga, menggugat cerai.
Dia memaklumi keputusan istrinya yang ketakutan jika memiliki pertalian dengan anggota Cakrabirawa.
Sebab pasukan elit itu sudah terkenal beringas dan kejam. Apalagi ada embel-embel terlibat PKI.
Hingga pada 1978, setelah dipenjara selama 13 tahun, Ishak bebas dan pulang ke Kalimanah, Purbalingga.