Sejarah Indonesia

Cerita Pasukan Elit Soekarno yang yang Disebut Pengkhianat Dalam Aksi Kejam G 30S PKI

Bulan September, biasanya selalu diperingati tragedi Gerakan 30 September/PKI atau G30S/PKI.

Editor: Andreas Eko Prasetyo
Istimewa
Pasukan Cakrabirawa 

Para jenderal itu oleh Komandan Batalyon Cakrabirawa, Letnan Kolonel Untung dan Letnan Satu Dul Arif, disebut-sebut bakal menggulingkan Sukarno pada 5 Oktober 1965.

Dasar itulah yang kemudian membuat Untung, memutuskan menggagalkan rencana itu dan menyeret para Dewan Jenderal ke hadapan Presiden Sukarno.

Aksi ini pun turut didukung Panglima Kostrad, Soeharto.

Soeharto saat Peristiwa G30S/PKI
Soeharto saat Peristiwa G30S/PKI (pijardaritimur)
Diorama penculikan Pierre Tendean di museum Dr. A. H. Nasution, Jakarta Pusat, Selasa (26/9/2017)(KOMPAS.COM/Wienda Putri Novianty)
Diorama penculikan Pierre Tendean di museum Dr. A. H. Nasution, Jakarta Pusat, Selasa (26/9/2017)(KOMPAS.COM/Wienda Putri Novianty) 

Baca: AirAsia Akan Bagikan 5 Juta Kursi Penerbangan Gratis, Catat Cara untuk Mendapatkannya

Baca: Diduga Lakukan Prilaku Seksual Kriminal, CEO Sekaligus Pendiri JD.com 16 Jam Ditahan Polisi

Dini hari di 1 Oktober 1965, kurang dari 150 prajurit Cakrabirawa dibagi ke dalam beberapa kelompok.

Mereka diperintah menjemput para jenderal dalam keadaan hidup atau mati.

Di tengah situasi yang kalut itu, Ishak diperintah menembak seorang polisi bernama Sukitman.

Tapi ia menolak. Sebab Sukitman, hanya polisi yang secara kebetulan berpatroli di sekitar rumah Jenderal D.I. Pandjaitan pada dini hari itu.

Maka, ia pun menyuruh Sukitman bersembunyi di jipnya yang terparkir di area Lubang Buaya.

Sukitman menurut Ia meringkuk di jip hingga pagi datang.

Sukitman lantas ikut terbawa ke Istana Negara. Sampai di sana, Sukitman buru-buru meninggalkan Istana.

Sementara Ishak, beberapa jam setelah dari Istana Negara, ditangkap dan dijebloskan ke penjara bersama anggota Cakrabirawa lainnya karena dituduh pendukung PKI.

Belakangan pada 28 Maret 1966, pasukan elit ini dibubarkan.

Ishak lalu dibui di Rutan Cipinang. Sepekan di Cipinang, Ishak kemudian dipindah ke Salemba.

Baca: Daebak! Halaman Satu Tribun Jambi Diunggah Super Junior di Instagram

Baca: Hasil Akhir Capaian Medali Asian Games 2018, Selain Indonesia 4 Negara Ini Juga Pecahkan Rekor

Detik itu juga, hidupnya seakan roboh. Ia pun menyanggah tudingan tersebut.

Sebab sebelum menjadi tentara, Ishak seorang santri dan aktif di Muhammadiyah juga Masyumi.

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved