Ramadan Mubaraq

WASPADA - Hadist Palsu Tentang Ramadan Beredar, Hati-hati Jangan Ikut Memviralkan

Kurang sepekan lagi, seluruh umat Islam bakal menyambut kedatangan bulan Ramadan. Tentunya, seluruh umat Islam

Penulis: Fifi Suryani | Editor: Fifi Suryani
zoom-inlihat foto WASPADA - Hadist Palsu Tentang Ramadan Beredar, Hati-hati Jangan Ikut Memviralkan
TRIBUNJAMBI/HANIF BURHANI
Ilustrasi: mengaji di bulan Ramadan.

TRIBUNJAMBI.COM - Kurang sepekan lagi, seluruh umat Islam bakal menyambut kedatangan bulan Ramadan. Tentunya, seluruh umat Islam sudah mempersiapkan diri untuk bertemu serta menjalani kenikmatan bulan rahmat ini.

Namun, dalam kegembiraan menanti bulan yang penuh rahmat dan keberkahan, beredar pula hadist terkait kelebihan tarawih palsu di media sosial.

Hadis yang dimaksudkan itu adalah hadis yang isinya agak panjang, konon diriwayatkan oleh Sayyidina Ali r.a. yang sebahagian darinya dipalsukan seperti ini: "Diriwayatkan oleh Sayyidina Ali bahwa Rasulullah SAW telah bersabda berkenaan dengan fadilat sembahyang tarawih pada bulan Ramadan antaranya:

Baca: Remitansi di Jambi Belum Terpantau

Malam Pertama: Keluar dosa-dosa orang mukmin pada malam pertama seperti mana dia baru dilahirkan (mendapat keampunan dari ALLAH Taala).

Malam Keempat: Mendapat pahala sebagaimana pahala orang-orang yang membaca kitab Taurat, Zabur, Injil dan Alquran.

Malam Keenam: ALLAH kurniakan pahala kepadanya pahala malaikat-malaikat yang tawaf di Baitul-Ma`mur (sebanyak 70 ribu malaikat sekali tawaf), serta setiap batu-batu dan tanah akan mendoakan supaya ALLAH mengampuni dosa-dosa orang yang mengerjakan sembahyang tarawih pada malam ini.

Dan kelebihan-kelebihan seterusnya sehingga sampai ke malam yang ke-tiga puluh.

Namun, setelah diajukan pertanyaan kepada beberapa orang tokoh agama tentang kedudukan hadis ini, masing-masing tidak dapat memberikan penjelasan. Begitu juga dengan penelitian yang dibuat dalam kitab induk hadist seperti Sunan Sittah dan lain-lain kitab hadis lagi, ia masih tidak menemuinya.

Baca: Kucing Hutan dan 2 Anaknya Peliharaan Warga Legok Dilepasliarkan, BKSDA Masih Cari yang Jantan

Baca: Ramadan Pertama di Jambi, Indogrosir Adakan Festival Ramadan. Dari Produk Basic Hingga Parsel

Menurut Datuk Dr Abd Basit Abd Rahman, menerusi tulisannya yang pernah tersiar dalam Majalah i, Juli 2013 lalu, hadis palsu berkenaan juga tidak ditemui dalam kitab-kitab hadist palsu (maudhu`aat). Ini menunjukkan bahwa hadis tersebut merupakan satu hadis baru yang diada-adakan.

"Tidak seorang pun membantah kelebihan sembahyang tarawih dan kedudukannya di dalam sunnah. Namun, kita tidak mau umat Islam terus tertipu dengan berbagai janji palsu yang menyebabkan kita mengerjakan amalan-amalan kebaikan yang sebenarnya tidak terkandung pahala dan manfaat sebenarnya.

"Penularan hadis-hadis palsu seumpama ini hanya akan mencemarkan kesucian hadis Rasulullah SAW yang dipelihara dengan begitu baik oleh ulama-ulama kita dahulu," katanya.

Ditambahkan, Rasulullah SAW telah memberikan peringatan kepada orang-orang yang membuat kebohongan atas namanya dengan ancaman yang berat sebagaimana sabdanya yang berarti: Barang siapa sengaja mengadakan dusta atas namaku maka hendaklah dia menyediakan tempatnya dalam neraka. (Bukhori, Muslim)

Baca: Ini Tanggapan KPK Soal Indikasi Uang Ketok Palu Tahun 2017 yang Terungkap di Persidangan Supriyono

Baca: Job Fair 2018- Tercatat 700 Pencaker Sudah Masukkan Lamaran, Masih Ada 900-an Posisi Lagi

Baca: Four Twenty Kembali Sambangi Jambi, Jangan Lewatkan Perform Mereka Malam Ini

"Hadis ini diriwayatkan cukup banyak sehingga sampai ke peringkat Mutawatir. Ancaman ini merangkum segala jenis pembohongan atas nama Nabi SAW, sama dengan maksud mendorong supaya rajin beramal ibadat ataupun ancaman supaya menjauhi segala larangan ALLAH (targhib dan tarhib).

"Mulla Ali Qari dalam Al-Asrarul-Marfu'ah setelah menyampaikan lebih dari seratus riwayat hadis tentang pendustaan atas nama Nabi Muhammad SAW menjelaskan kata-kata Imam Nawawi dalam:

"Kata Imam Nawawi: Haram meriwayatkan sesuatu hadis palsu (maudhu`) bagi orang yang mengetahui bahwa hadis itu maudhu` atau dia hanya menyangka hadis ini maudhu`. Siapa yang menceritakan hadis yang dia tahu atau sangka bahawa ianya maudhu` serta dia tidak menerangkan keadaannya maka dia termasuk dalam ancaman ini," terangnya.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved