Soekarno Angkat Dirinya Jadi Presiden Seumur Hidup, Percobaan Pembunuhan Pun Kerap Datang Padanya
Aktivitas Bung Karno dilakukan tanpa sembunyi-sembunyi. Bung Karno bahkan menjadi pemimpin Partindo dan lagi-lagi membuat gusar Belanda.
Pemerintahan Bung Karno sampai kocar-kacir dan harus berpindah tempat serta berubah sistem.
Tapi berkat perjuangan fisik dan diplomasi internasional Bung Karno-Bung Hatta kembali lagi memimpin Negara Kesatuan RI pada 17 Agustus 1950.

Roda pemerintahan RI di bawah pimpinan Bung Karno-Bung Hatta mulai berjalan melaju.
Visi Bung Karno tak hanya memajukan bangsa tapi juga banyak memberikan gagasan-gagasan di dunia internasional.
Tahun 1955 Bung Karno mengambil inisiatif untuk mengadakan Konferensi Asia-Afrika di Bandung yang kemudian menjadi gerakan Non-Blok.
Prinsip Non Blok yang melandasi hubungan internasional Indonesia dengan negara lain itu bahkan masih dilestarikan hingga saat ini.
Gerakan Non Blok yang berlangsung di sejumlah negara Afrika berakibat sangat positif.
Beberapa negara memperoleh kemerdekaannya tanpa melalui kekerasan berkat gerakan Non Blok sehingga nama Soekarno cukup populer di Asia-Afrika.
Baca: Meski Sudah Diperpanjang, Pendaftar Lelang Jabatan Sekda Bungo Masih Kurang Dari Batas Minimal
Tak hanya itu untuk menjalankan politik Non Blok dan politik luar negeri yang bebas aktif Bung Karno juga mengunjungi berbagai negara dan bertemu dengan pemimpin-pemimpin negara yang berkaliber dunia.
Di antaranya Nikita Khrushchev (Uni Soviet), John F. Kennedy (AS), Fidel Castro (Kuba), Mao Tse-Tung (China), dan lainnya. Nama Bung Karno makin populer di tingkat internasional.
Setelah mengukir sejumlah prestasi, mulai tahun 1955 Bung Karno menghadapi guncang lagi.
Demi memenuhi kebutuhan membentuk Badan Konstituante untuk menyusun konstitusi baru Bung Karno menyetujui penyelenggaraan Pemilu.
Hasil dari pemilu yang pertama sekaligus terakhir bagi Bung Karno itu memunculkan empat partai pemenang seperti PSI, Masjumi, NU serta PKI.
Ketika empat partai itu mulai bersidang untuk menyusun UUD baru yang terjadi justru konflik yang berkepanjangan dan mengancam kesatuan negara termasuk kredibilitas Bung Karno sendiri.