Pelecehan Seksual di UIN STS Jambi hingga Bimbingan di Hotel, Mahasiswa Demo Minta Pelaku Dipecat
Dugaan pelecehan seksual yang diduga dilakukan oknum pejabat di Rektorat Universitas Islam Negeri STS Jambi pada pegawai honorer bukan hanya kali ini
Penulis: Samsul Bahri | Editor: Teguh Suprayitno
TRIBUNJAMBI.COM, SENGETI-Dugaan pelecehan seksual yang diduga dilakukan oknum pejabat di Rektorat UIN STS Jambi pada pegawai honorer bukan kali ini saja. Hal ini diungkapkan oleh Presiden UIN STS Jambi, Ari Kurniadi, Rabu (20/3).
Kata Ari, kejadian ini sebenarnya sudah lama. Namun, tidak ada kejelasan dari permasalahan ini, terkesan ditutup-tutupi.
"Kejadian seperti ini terkesan seperti ditutupi dan kurang publikasi sehingga ini berlarut lama bukan sebentar," katanya.
Ari mengatakan bahwa Ia telah bertemu dengan MS yang menjadi korban pelecehan seksual yang diduga dilakukan oleh oknum pejabat di Rektorat UIN STS Jambi, berinisial JO.
Baca: Tujuh Kursi Pejabat Tinggi di Sarolangun Kosong, Pemda Belum Berikan Tanda-tanda Lelang Jabatan
Baca: Warga Sungai Ning Kagum dan Bangga Atas Semangat Tim Satgas TMMD ke 104
Baca: Empat Kecamatan di Tanjab Barat Rawan Narkoba, BNN Janji Beri Hadiah Bagi Penangkap Pelaku Narkoba
Baca: 1.898 Personel Akan Disiagakan untuk Amankan Pemilu Serentak di Tanjab Timur Jambi
Baca: Kasus Dugaan Politik Uang Caleg PKB di Tanjab Barat Ditutup, Bawaslu Mengaku Kesulitan Cari Saksi
"Saya sudah menemui korban bahkan banyak juga yang bicara bahwa kejadian ini bukan sekali dua kali. Korban mengatakan bahwa sering dipegang-pegang sama dia sampai dia nangis dan bahkan tepat 1 bulan lalu dia melaporkan ke pimpinan atas perlakuan yang didapatinya," kata Ari menjelaskan.
MS juga sempat dipeluk dari belakang oleh oknum tersebut. Tidak hanya persoalan oknum pejabat di Rektorat, Ia juga menceritakan mengenai kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh oknum dosen.
"Terkait dengan AS itu videonya sudah viral. Kami mahasiswa sebenarnya taat aturan ketika proses hukum dilakukan kemudian ditunggu tapi kami tunggu tidak ada kejelasan," sebutnya.
Bahkan diungkapkan oleh Ari sampai dengan saat ini, oknum dosen tersebut masih mengajar seperti biasanya dan terkesan tidak ada persoalan. Disampaikan oleh Ari, untuk kasus oknum dosen tersebut yakni AS tertangkap di sebuah hotel di Kota Jambi dengan seorang mahasiswinya.
"AS masih mengajar di kampus seperti tidak ada terjadi apa-apa sampai saat ini. Padahal video beliau sudah viral walaupun tidak terlihat jelas tapi kita tahu kalau itu dia dan juga banyak laporan mahasiswa bagaimana dia nelpon dengan bahasa-bahasa merayu pada mahasiswinya," terangnya.
"Informasinya itu tertangkap di hotel itu alasannya bimbingan dengan mahasiswanya yang lagi skripsi," sambungnya.
Baca: Bukan Hanya Pejabat di Rektorat UIN Jambi, Oknum Dosen Juga Diduga Pernah Lakukan Pelecehan Seksual
Baca: Dugaan Pelecehan Seksual di UIN STS Jambi, Mahasiswi dan Honorer Jadi Korban, Begini Tindakan Rektor
Baca: Dugaan Pelecehan Seksual Oleh Oknum Pejabat di Rektorat UIN Jambi, Mahasiswa Beri Waktu 3 Hari
Baca: Breaking News,Mahasiswa Demo, Oknum Pegawai Rektorat UIN STS Jambi, Diduga Lakukan Pelecehan Seksual
Hal inilah yang dipertanyakan oleh Ari mewakili mahasiswa UIN STS Jambi yang merasa tidak ada tindakan tegas dari pihak kampus terhadap kedua oknum tersebut. Terlebih terhadap AS yang kasusnya sudah lama, namun sampai saat ini AS masih mengajar tanpa ada sanksi yang diberikan.
"Sanksi itu tidak ada, jadi semacam tidak ada ketegasan dari pihak kampus. Apakah kampus kita ini lemah terhadap pengawasan atau lemah dalam pendidikan, saya kurang paham. Tapi yang jelas harusnya kampus lebih tegas karena mencoreng nama baik UIN STS Jambi," pintanya.
Sementara itu, Ia berharap kepada pihak rektorat UIN STS Jambi untuk segera menyelesaikan persoalan tersebut. Terhadap penyegelan yang dilakukan dalam unjuk rasa itu, menurut Ari itu sebagai bentuk kekecewaan mahasiswa terhadap pihak kampus.
"Kami minta pihak kampus segera untuk menyelesaikan permasalahan ini. Kami minta untuk oknum tersebut di berhentikan, dan penyegelan tadi sebagai simbolik atas kekecewaan kami terhadap kampus dan oknum itu sendiri," pungkasnya.