Dihantam Cuaca Ekstrem, Nelayan di Kuala Tungkal Pilih Jadi Tukang Ojek
Cuaca ekstrem yang melanda perairan pantai timur, Kabupaten Tanjab Barat membuat sejumlah nelayan enggan melaut.
Penulis: Darwin Sijabat | Editor: Teguh Suprayitno
Laporan Wartawan Tribunjambi.com, Darwin Sijabat
TRIBUNJAMBI.COM, KUALA TUNGKAL - Cuaca ekstrem yang melanda perairan pantai timur, Kabupaten Tanjab Barat membuat sejumlah nelayan enggan mengadu nasib untuk pergi melaut.
Meski tak melaut, para nelayan tetap bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Banyak di antara nelayan yang kemudian beralih profesi seperti kuli bangunan dan tukang ojek
Seperti Gazali, salah seorang nelayan di Kuala Tungkal mengatakan, kondisi saat ini cuaca buruk disertai dengan gelombang tinggi kurang lebih dua meter.
Hal inilah membuat dirinya takut melaut dan terpaksa memilih menambatkan perahunya dan memilih jalan lain untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Baca: Matahari Bertabur Diskon, dari 70 Persen Hingga Beli 1 Gratis 2
Baca: Penyelenggara Pemilu Diindikasi Berat Sebelah, Ketua DPC Hanura Sarolangun Lapor DKPP
Baca: Dirjen Migas Berencana Bangun Jaringan Gas Rumah Tangga di Sarolangun
Baca: Razia Resto & Cafe, Tim Terpadu Kota Jambi Temukan Banyak Pelanggaran
Baca: Tangkapan Ikan Sungai Menurun, DKP Jambi Tuding Gara-gara PETI
Gazali menjelaskan keadaan cuaca seperti ini sudah terjadi beberapa bulan belakangan, dan dirinya juga mempridiksi jika kondisi cuaca buruk akan terus melanda hingga bulan Maret nanti.
"Namanya hidup, butuh makan dan lain lain, kita cari cara halal lain lah. Kalau nggak gimana kita bisa makan dan memenuhi kebutuhan anak dan istri," katanya.
Untuk mencukupi kebutuhan sehari-ia dan beberapa nelayan lain akhirnya terpaksa mengalihkan pekerjaannya seperti menjadi buruh bangunan dan tukang ojek.
Hal senada juga dikatakan Yani, akibat cuaca yang kurang bersahabat seperti saat ini, sudah kurang lebih satu bulan ia tidak lagi melaut. Terpaksa ia harus cari pekerjaan lain dengan menjadi tukang ojek.
Menurutnya cuaca buruk seperti saat ini selain dapat membahayakan diri, sementara tangkapan hasil laut pun berkurang dan jika dipaksakan melaut biaya operasional pun lebih tinggi dari pendapatan.
"Kita lebih memilih gantung jaring, soalnya tangkapan itu tak seberapa, bahaya di depan mata," ungkapnya.
Untuk diketahui akibat tidak melautnya kebanyakan para nelayan saat ini hasil tangkapan laut dipasar-pasar yang ada di Kuala Tungkal susah didapati. Jikapun ada harganya pun saat ini naik 15 persen dibandingakan hari biasanya.
Baca: Direlokasi ke Pasar Aurduri Baru, Pedagang: Ini Bukan Memecah Masalah, Tapi Nambah Masalah
Baca: Begini Kronologi Penyelundupan Sabu dengan Bola Tenis di Lapas Klas II A Jambi
Baca: 615 Rumah di Kota Jambi Dapat Program Bedah Rumah, Berikut Daftarnya
Baca: Puluhan Pejabat Eselon II Muarojambi Akan Diganti, Bupati Masnah Masih Rahasiakan Waktunya
Baca: Herman Teriak Maling, Andini Lalu Dikepung Warga yang Hendak Salat Subuh