Harga TBS di Sarolangun Rendah, Petani Pilih Jual ke Kabupaten Lain
Harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit di Kabupaten Sarolangun masih berkisaran Rp 800-1.000an per kilo.
Penulis: Wahyu Herliyanto | Editor: Teguh Suprayitno
Laporan wartawan Tribun jambi, wahyu Herliyan
TRIBUNJAMBI.COM, SAROLANGUN- Harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit di Kabupaten Sarolangun masih berkisaran Rp 800-1.000an per kilo.
"Kini 1.020 rupiah, pokoknyo kini bervariasi, di daerah lain Rp 1.100 lebih," kata Sopiyan petani sawit daerah Kecamatan Pelawan, Jumat (14/12).
Menurutnya, harga sawit ini naik dibanding bulan sebelumnya dengan harga TBS 908 rupiah. Namun bulan Desember ini sudah mencapai 1.020 rupiah.
"Hargo kini tu yang mantap yo ini, sebelumnyo masih 98," katanya.
Sawit sekarang bervariasi karena dipengaruhi oleh cuaca sehingga buah yang hasilkan juga tidak sesuai yang diharapkan. Ditambah sistem pemupukan yang harus selalu diatur mengingat ini musim penghujan. Dan sistem transportasi pengangkutan sawit lebih lama dikarenakan jalan susah dilewati
"Sawit tu dak tentu kadang turun, kadang naik, tiap hari turun naik,"ujarnya
"Kito kalok bicaro dampak jugo yang jelas sawit kini tu macam-macam hargo, padek-padek (pandai-pandai) kitolah jual," katanya.
Baca: Sebut Aksi Penolakan Tak Jelas, Presiden Mahasiswa UIN Jambi Tolak Ikut Demo Jokowi
Baca: Catat! Setelah 30 Desember 2018, Empat Pecahan Uang Ini Tak Laku Lagi
Baca: Harga Beras Naik, Perum Bulog Subdrive Kuala Tungkal Sebut Ini Penyebabnya
Baca: Telah Divonis Setahun Karena Korupsi, Ketua Partai Hanura Tak Kunjung PAW
Baca: Diguyur Hujan Petir dan Angin, Rumah Warga di Sarolangun Terendam Banjir
Kata Sopiyan, harga setiap daerah berbeda, dan dia memilih menjualnya ditempat yang menawar paling tinggi.
"Kalok 1 bak truk isinya 10 ton, di sini harga turun, daerah lain bagus hargonyo, kito jual ke sano, selisihnyo jugo banyak," katanya.
Sementara Joko petani di Kecamatan Pauh, harga sawit miliknya dihargai Rp 750 per kilo. Kendati demikian harga tersebut lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya yang hanya dihargai Rp 600.
"Yo naik turun sawit nih, kito enak jual di luar, kayak di Pamenang, hargonyo tinggi," katanya.