Anak Gajah Sumatera Menjerit Tengah Malam sebelum Ditemukan Mati pada Subuh

"Namun, setelah diberikan penanganan, gajah kembali bangun, minum, dan menyusu,” ujar Supartono.

Ia sempat kembali berdiri dan menyusu setelah ditangani, tetapi satu jam kemudian kembali mengeluarkan jeritan kesakitan.

“Sekitar pukul 05.00 WIB Gajah Laila sempat bersuara, kemudian dilakukan pemeriksaan, dan sekitar pukul 05.30 WIB, dalam kondisi terbaring, Gajah Laila dinyatakan sudah mati,” tambahnya.

Untuk memastikan penyebab kematian, tim BBKSDA langsung melakukan nekropsi dan mengumpulkan sampel jaringan untuk analisis laboratorium.

Tim BBKSDA kemudian melakukan nekropsi untuk melihat kondisi organ dalam dan mengambil sampel jaringan untuk uji laboratorium.

"Selain itu, akan dilakukan pengambilan sampel jaringan yang selanjutnya akan diuji di laboratorium,” paparnya.

Hasil laboratorium diharapkan dapat mengungkap penyebab pasti kematian mendadak anak gajah yang menjadi aset konservasi Riau ini.

“Kami berharap hasil laboratorium memberi jawaban pasti atas kematian mendadak ini,” tambah Supartono.

Bukan Kasus Pertama

Kematian Laila menambah daftar kasus kematian anak gajah di Riau.

Sebelumnya, pada September 2025, seekor anak gajah bernama Tari juga ditemukan mati mendadak di Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN).

Tari dikenal sebagai ikon konservasi dan simbol harapan di wilayah tersebut.

Pada April 2025, anak gajah bernama Yuni yang ditemukan terpisah dari induknya juga mati pada usia tiga bulan di Kabupaten Kampar.

Serangkaian kematian ini menambah kekhawatiran mengenai kondisi populasi gajah Sumatera yang semakin rentan.