Berita Viral

Kejanggalan Kematian Dosen Semarang Tanpa Busana, Tingkah AKBP Basuki Dicurigai Keluarga Korban

Sejumlah kejanggalan dalam kematian dosen hukum pidana Untag Semarang, Dwinanda Linchia Levi, kini menjadi sorotan publik dan keluarga korban.

Penulis: Tommy Kurniawan | Editor: Tommy Kurniawan
ist
Kejanggalan Kematian Dosen Semarang Tanpa Busana, Tingkah AKBP Basuki Dicurigai Keluarga Korban 

TRIBUNJAMBI.COM – Sejumlah kejanggalan dalam kematian dosen hukum pidana Untag Semarang, Dwinanda Linchia Levi, kini menjadi sorotan publik dan keluarga korban.

Ya, Dwinanda Linchia Levi Dosen muda berusia 35 tahun itu ditemukan meninggal dunia dalam kondisi yang dinilai sangat tidak wajar.

Diketahui Dwinanda tewas tanpa busana dan tergeletak di lantai kamar sebuah kos-hotel di Jalan Telaga Bodas Raya, Semarang, pada Senin (17/11/2025) sekitar pukul 05.30 WIB.

Penemuan itu langsung menimbulkan tanda tanya besar mengenai penyebab dan situasi kematian Dwinanda.

Yang kemudian menarik perhatian, seorang polisi bernama AKBP Basuki menjadi figur kunci dalam penemuan jasad Dwinanda.

Sebab, AKBP Basuki adalah orang pertama yang melihat kondisi korban dalam keadaan tak bernyawa di dalam kamar.

Berdasarkan fakta tersebut, pihak keluarga mulai mencurigai peran Kasubdit Dalmas Ditsamapta Polda Jateng tersebut dan mempertanyakan mengapa ia bisa berada di lokasi saat kejadian.

Baca juga: Bripda Waldi Menyesal Sudah Habisi Dosen Erni Yuniati, Ungkap Alasannya Membunuh: Sakit Hati

Baca juga: Ucapan Helwa Makan Nasi Campur Air Usai Dinikahi Habib Bahar Dicibir Zansalbella: Gak Masuk Akal!

Di balik misteri kematian Dwinanda, keluarga menyampaikan beberapa hal yang dianggap sebagai kejanggalan:

1. Kondisi jasad korban saat ditemukan dinilai sangat mencurigakan

Keluarga korban mengungkapkan bahwa mereka sempat menerima foto jenazah sesaat setelah Dwinanda ditemukan.

Dalam foto itu terlihat jelas bahwa tubuh sang dosen dalam kondisi telanjang, terbaring begitu saja di lantai tanpa alas.

Raut wajah korban juga disebut tampak berbeda dari biasanya.

Kerabat korban, Tiwi, mengatakan pihak keluarga juga melihat adanya darah keluar dari beberapa bagian tubuh korban, termasuk mulut, hidung dan diduga organ intimnya.

“Informasinya ada darah keluar dari hidung dan mulut korban. Sekilas dari foto yang kami terima, ada bercak darah dari bagian intim korban. Ini yang masih membuat keluarga merasa janggal,” ujar Tiwi, dikutip dari Tribun Jateng, Rabu (19/11/2025).

2. Kehadiran AKBP Basuki di lokasi kejadian menimbulkan banyak pertanyaan

Kejanggalan berikutnya adalah soal alasan mengapa seorang perwira polisi senior seperti Basuki bisa berada di kamar kos korban pada waktu subuh.

Ketua Komunitas Muda Mudi Alumni Untag Semarang, Jansen Henry Kurniawan, mempertanyakan hal ini karena Dwinanda selama hidup dikenal sebagai perempuan lajang, sedangkan Basuki berusia jauh lebih tua, sekitar 56 tahun.

“Kematian ini tidak wajar. Kenapa ada oknum polisi yang kebetulan berada di lokasi kejadian pada pukul 05.30 pagi?” ujar Jansen dikutip dari Kompas.com.

Lebih dari itu, Basuki pula yang langsung melaporkan peristiwa kematian tersebut kepada pihak hotel dan kepolisian.

3. Fakta bahwa korban satu KK dengan AKBP Basuki semakin memicu kecurigaan

Keluarga juga mengaku terkejut saat mengetahui bahwa nama Dwinanda ternyata tercatat dalam satu Kartu Keluarga dengan Basuki.

“Korban satu KK dengan saksi pertama. Katanya sebagai saudara. Tapi selama ini korban tak pernah bercerita apa pun soal Basuki,” kata Tiwi.

Keluarga menduga korban pernah dimasukkan ke KK Basuki hanya untuk mempermudah proses perpindahan administrasi kependudukan ke Semarang.

Namun, hubungan keduanya tetap menyisakan pertanyaan besar.

4. Tak hadirnya Basuki saat proses autopsi jenazah menambah tanda tanya

Keluarga juga mempertanyakan sikap Basuki yang justru tidak hadir saat autopsi dilakukan.

Padahal, jika benar ada hubungan dekat keluarga, ia seharusnya datang.

“Kalau namanya saudara, seharusnya hadir. Sampai sore tidak datang,” ungkap Tiwi.

Polisi sebut kematian karena sakit, keluarga belum yakin

Polisi sementara ini menyatakan bahwa Dwinanda diduga meninggal karena sakit, bukan tindakan kriminal.

Kapolsek Gajahmungkur, AKP Nasoir menjelaskan bahwa korban diketahui berobat ke RS Tlogorejo dua hari berturut-turut sebelum meninggal dunia.

“Penyebab kematian korban diduga karena sakit. Dua hari berturut-turut korban berobat ke rumah sakit,” ujarnya.

Rekam medis menunjukkan tekanan darah korban sangat tinggi (190 mmHg) serta kadar gula darah mencapai 600 mg/dl.

Tim Inafis Polrestabes Semarang juga menyatakan tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban.

Meski demikian, keluarga tetap berharap penyelidikan dilakukan secara menyeluruh demi menjawab kejanggalan-kejanggalan yang ada.

Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved