Berita Viral

Duel Maut Ocang dan Ular Kobra di Cipetir, Pria Itu Roboh Bersama Hewan Berbisa

Sebuah duel maut antara manusia bernama Ocang dan ular paling beracun di Asia terjadi di Kampung Cipetir, Sukabumi.

Penulis: Heri Prihartono | Editor: Heri Prihartono
Polsek Sagaranten/ Tribun Jabar
DUEL MAUT.Sebuah duel maut antara manusia bernama Ocang dan ular paling beracun di Asia terjadi di Kampung Cipetir, Sukabumi. 

TRIBUNJAMBI.COM - Senin pagi, 6 Oktober 2025, warga dikejutkan oleh kabar kematian Ocang (73), yang ditemukan tak bernyawa di jalan setapak dekat rumah panggungnya.

 Bukan karena usia atau penyakit, melainkan karena pertarungan hidup-mati melawan seekor King cobra sepanjang empat meter.

Selama puluhan tahun, Ocang hidup seorang diri di rumah kayu panggung, jauh dari riuh permukiman. 

Ia menggarap lahan orang lain sebagai petani serabutan, menanam sayur dan memelihara ayam sebagai sumber penghidupan. 

Warga mengenalnya sebagai sosok ulet dan pantang menyerah, meski hidupnya bergantung pada kerja keras tangan sendiri.

Namun beberapa bulan terakhir, ketenangan itu terusik.

 Seekor ular besar berwarna hitam, yang kemudian diidentifikasi sebagai King cobra, berulang kali muncul di sekitar rumah Ocang


Bukan tanpa tujuan ular itu rupanya mengincar ayam-ayam peliharaan Ocang yang disimpan di kolong rumah. 

Menurut kesaksian Libra Rustiana (67), teman kecil sekaligus tetangganya, pertemuan antara Ocang dan ular itu bukan yang pertama.

"Ini sudah tiga kali ular tersebut datang semacam itu juga tiga kali ke rumahnya yang dicari oleh ular adalah ayam.

 Nah makanya ayam pun sudah pernah menghilang, sudah tiga kali datang ya, terpaksa (Ocang bunuh ular),” ujar Libra kepada Tribunjabar.id.

Pada Senin pagi itu, pertemuan keempat menjadi yang terakhir.

 Sekitar pukul 05.00, Ocang diduga mendapati ular itu kembali melilit di sekitar kolong rumah. 

Ia mengambil parang dan tongkat kayu dua alat sederhana yang selalu disiapkannya. Pertarungan sengit pun terjadi di bawah sinar fajar yang baru merekah.

 Tak ada saksi mata, tapi jejak di lokasi mengisahkan kekerasan yang tak biasa: tanah berceceran darah, dan ular raksasa itu akhirnya tewas dengan tongkat kayu masih tertancap di tubuhnya.

“Ini kejadiannya pun tidak tahu persis jam berapa, yang jelas diketemukan jam 06.00 pagi, darah masih segar, diperkirakan itu sekitar jam 5 atau setengah enam itu pertarungan terjadi dengan ular tersebut," kata Libra.

Kapolsek Sagaranten, Aiptu Yadi Supriyadi, membenarkan peristiwa tersebut.

 Polisi menemukan luka gigitan di sela jempol kaki kanan Ocang, dengan warna lebam kebiruan. 


"Di lokasi ditemukan parang dan tongkat kayu yang diduga digunakan korban untuk melawan ular," ujarnya.

 King cobra sepanjang empat meter itu pun ditemukan sudah tak bernyawa, menandakan Ocang berhasil membunuh lawannya meski racun mematikan sang ular lebih dulu mengalir dalam tubuhnya.

Ocang sempat berjalan sekitar 15 meter menuju jalan setapak, kemungkinan berusaha mencari pertolongan ke rumah warga.

 Namun, racun yang cepat menyebar membuatnya kehilangan kesadaran dan ambruk. Ia ditemukan tewas tak lama kemudian oleh warga yang hendak ke kebun.

“Ini duluan ular matinya. Karena tidak kuat karena akibat gigitan ular tadi ya,” tutup Libra Rustiana lirih, mengenang sahabat masa kecilnya itu.

Bagi warga Kampung Cipetir, kisah Ocang bukan sekadar tragedi—melainkan simbol keberanian dan kesetiaan seorang petani terhadap kehidupannya yang sederhana.

 Ia bukan pahlawan dengan senjata, tapi seorang kakek yang mempertaruhkan nyawa demi ayam-ayam yang menjadi teman di kesunyian.

Libra mengenang, di masa mudanya, Ocang pernah dikenal sebagai pencari ular sawah. Ia menjual kulit ular untuk bertahan hidup saat berusia 40 hingga 50 tahun. 

“Dia tinggal di perkebunan kampung yang diduduki sekarang ini, di situ dia bertempat tapi jauh dengan tetangga,” kenang Libra.

 Dua anak Ocang kini telah berkeluarga dan tinggal terpisah, sementara sang ayah memilih bertahan di rumah lamanya, bersama kenangan, dan rupanya, takdir yang menunggunya di ujung jalan setapak itu.

Kematian Ocang menambah satu lagi kisah tragis tentang manusia dan alam yang saling bertemu di garis batas kehidupan. 

Di Kampung Cipetir, duel maut antara seorang petani tua dan King cobra akan lama dikenang—bukan sekadar cerita tentang kematian, melainkan tentang keberanian seorang manusia sederhana yang tak pernah menyerah pada apa pun, bahkan pada racun kehidupan itu sendiri.

Artikel diolah dari Tribun Solo

Baca juga: Ular Kobra Sepanjang 1 Meter Ditemukan di Sumur Warga di Tebo, Dievakuasi Damkar

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved