Pencemaran Sungai Batanghari
Hilangnya Ikan Tapah Raksasa di Sungai Batanghari Jambi, Perubahan 1995 dan Sampah
Perubahan besar Sungai Batanghari mulai dirasakan sekira 1995. Pada tahun-tahun itu, hutan di Jambi digunduli secara besar-besaran
Penulis: Rifani Halim | Editor: asto s
"Ikan besar kecil mati semua. Tempat ikan makan hancur. Kalau yang kecil mati, yang besar mau makan apa lagi?" katanya, suaranya meninggi.
Penggunaan setrum listrik pun merajalela. Kerap terjadi, saat Jufri mengangkat rawai, yang diperoleh hanya berisi bangkai ikan kecil.
"Macam disapu bersih," ujarnya.
Masalah lain datang dari ikan sapu jagat, yang ia sebut “ikan Indosiar” karena dulu sering muncul di iklan.
"Entah siapa lepas. Sekarang penuh sungai. Sekali dia masuk jaring, habis. Jaring tak bisa dibuka. Terpaksa bakar. Banyak uang habis karena itu," kata Jufri.
Dampak ke Pendapatan
Semua perubahan sungai itu membuat pendapatan Jufri tak menentu.
Dulu, dia turun pagi, pulang siang, turun lagi sore, kadang malam hingga Subuh.
"Dulu kalau tarik rawai, penuh. Sekarang kosong," ujarnya.
Akhirnya, kini Jufri harus bekerja serabutan, dari menebas rumput, ikut di kebun sawit, atau memperbaiki jaring orang.
"Kalau berharap ikan saja, anak bini mau makan apa?" ujarnya, sembari melepaskan pandangan jauh ke depan.
Di kursinya, dia menatap batang tubuh sungai yang tidak terlihat dari depan rumah, tetapi hanya berjarak beberapa lorong. Suaranya melemah saat berbicara tentang harapannya.
"Tolonglah Batanghari kami ini. Tolong bersihkan. Kami nelayan kecil mau mengadu ke siapa?" katanya.
Sembari memukul kayu pegangan kursi, Jufri mengulang filosofi yang dipelajarinya sejak kecil.
"Orang sungai hidup ikut buntut ikan. Kalau ikannya hilang, hilang jugalah rezeki kami," tuturnya.
Petani Karamba pun Terdampak
Siang itu, derap langkah seorang pria muda terdengar berat di atas papan karamba yang bergoyang pelan mengikuti arus Sungai Batanghari.
Azhar (32), warga Desa Sungai Duren, Kecamatan Jambi Luar Kota, bolak-balik memikul karung-karung pakan ikan nila.
Di atas karamba miliknya, Azhar menuturkan kepada Tribun Jambi sudah menjadi petani ikan sejak enam tahun terakhir.
"Saya sudah hampir jalan enam tahun berkaramba. Ini punya sendiri, ngurus semua dari kecil sampai panen." ujarnya sambil menurunkan satu karung pakan dan mengatur posisinya di sudut keramba.
Ketika ditanya bagaimana perubahan Sungai Batanghari yang dia rasakan sejak dulu hingga sekarang, wajah Azhar langsung berubah.
Dia langsung menatap air sungai yang bergelombang kecoklatan, pekat tak tembus mata tengah dan dasarnya.
"Sudah luar biasa bedanya," katanya.
"Air jernih itu sudah ndak pernah lagi. Mau naik, mau surut, warnanya, ya, begin, keruh saja." lanjutnya.
Dia mengingat masa kecilnya, ketika Sungai Batanghari masih sesekali jernih.
"Dulu waktu kecil, ada lah air jernihnya. Bapak saya dulu sudah mulai berkaramba juga, waktu itu ikannya hidupnya bagus. Tahun 2000-an sampai 2010 ke bawah itu masih bagus benar,” ujar dia.
Azhar mengatakan kualitas air yang turun drastis membuat kondisi ikan nila tidak sebaik dulu.
Dia menunjuk salah satu kolam keramba yang berisi ikan berukuran besar.
"Kalau sudah besar, air surut, kemarau panjang, itu mulai nampak dampaknya. Banyak mati merah. Itu karena panasnya," tuturnya.
Penyebab utama turunnya kualitas air, menurut pengamatannya sebagai warga bantaran sungai, ada beberapa hal.
"Pertama, yo, faktor sedotan emas itu. Orang nyedot emas. Kalau pasir bae mungkin dak pengaruh. Tapi yang nyedot itu kan lumpurnya turun. Belum lagi keramba kita sudah ribuan sekarang. Dari pakannya, dari tinjanya, semua pengaruh," ujarnya.
Selain itu, aliran sungai yang dulunya deras kini semakin tergenang.
“Dulu alirannya deras. Sekarang banyak lumpur, banyak keramba. Dari ulu sana juga banyak terbis-terbis itu. Air ndak jalan lagi.”
Pertumbuhan Ikan Terhambat
Dia juga menjelaskan bagaimana kekeruhan air memengaruhi pertumbuhan ikan nila.
"Pengaruh, Bang. Kalau hujan deras pun pengaruh. Ikan jadi lambat makan. Ada yang tak mau makan sama sekali. Tapi memang yang paling berpengaruh itu pasang surutnya air. Kalau berubah sedikit, makan ikan langsung berubah,” kata Azhar
Saat diwawancarai, Azhar beberapa kali berhenti sejenak untuk menuangkan pakan ke keramba sembari mengamati gerakan ikan.
Dia menunjukkan dua aliran sungai kecil yang mengarah ke lokasi keramba.
Menurutnya, kedua anak sungai itu juga membawa lumpur dan memengaruhi arus.
Soal sejak kapan Sungai Batanghari keruh seperti sekarang, Azhar mengingat jelas dua fase perubahan.
"Kalau dari lama, dari 2011 itu sudah keruh. Cuma belum separah sekarang. Masih ada jernih-jernihnya dulu,” katanya.
“Kalau tiga tahun terakhir ini, sejak kemarau-kemarau panjang, memang makin keruh. Dari atas keruh, turun pun tetap keruh. Dak ada berubahnya. Dari dulu sampai sekarang tetap begitu,” lanjut Azhar.
Di atas karamba yang terus bergoyang, dia kembali mengangkat satu karung pakan, memikulnya di pundak, lalu berjalan pelan melewati papan-papan yang basah.
Karamba itu bukan hanya tempat bekerja baginya, tetapi juga tempatnya menyaksikan sendiri bagaimana Sungai Batanghari berubah dari masa ke masa.
"Air ndak jernih lagi. Dan itu yang paling terasa sekarang," ucapnya singkat. (Tribun Jambi/Rifani Halim)
Baca juga: Warga Benteng Rendah Batang Hari Jambi Ajukan Lima Tuntutan, Desak Kades Dicopot
Baca juga: Ratusan Warga Jambi Geruduk Pertamina, Tuntut Cabut Status Zona Merah
| Prediksi Skor Italia U-17 vs Austria U-17, Head-to-Head dan Statistik di Piala Dunia U17 |
|
|---|
| Jadwal Operasi Zebra Siginjai 2025 di Jambi Hari Ini, Lokasi Rawan Razia Kendaraan |
|
|---|
| Prediksi Skor Al-Duhail vs Al Ittihad FC , Head-to-Head dan Statistik di Liga Champions AFC |
|
|---|
| Prediksi Skor Sassuolo vs Pisa , Head-to-Head dan Statistik di Serie A Italia |
|
|---|
| Prediksi Skor Torino vs Como , Head-to-Head dan Statistik di Serie A Italia |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jambi/foto/bank/originals/Tribun-Jambi-edisi-24-November-2025-tentang-ikan-Tapah-di-Sungai-Batanghari-Jambi.jpg)