Fenomena Geng Motor di Jambi

Analisis Psikologi soal Geng Motor di Jambi, Akar Masalah dan Penyelesaian

Psikolog klinis di Jambi, Dian Syafitrah, memaparkan fenomena geng motor perlu dilihat dari sisi psikologis perkembangan remaja

|
Penulis: Rifani Halim | Editor: asto s
Tribun Jambi
Psikolog klinis praktik mandiri dan tenaga ahli di DPMPPA UPTD PPA Kota Jambi, Dian Syafitrah, memaparkan fenomena geng motor perlu dilihat dari sisi psikologis perkembangan remaja. 

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Fenomena geng motor perlu dilihat dari sisi psikologis perkembangan remaja.

Psikolog klinis praktik mandiri dan tenaga ahli di DPMPPA UPTD PPA Kota Jambi, Dian Syafitrah, mengungkapkan perilaku remaja yang tergabung dalam kelompok itu erat kaitannya dengan krisis identitas.

Dalam psikologi, perkembangan, masa remaja adalah tahap di mana seseorang mencari jati diri dan fungsi dirinya di lingkungan sosial. 

Ketika hal ini tidak ditemukan, mereka cenderung mencari pengakuan di luar, termasuk lewat kelompok seperti geng motor.

Dia mengatakan remaja yang belum menemukan arah identitas, kerap ingin menunjukkan eksistensi dan popularitas di lingkungannya. 

Mereka bergabung dengan geng motor dianggap keren, menjadi bagian dari kelompok yang mereka anggap ideal.

Namun, hal ini bisa berujung pada perilaku antisosial, seperti tindakan anarkis, tidak menghormati lingkungan, atau bahkan melakukan tindak kriminal. 

Ada kecenderungan perilaku antisosial, seperti kebohongan, penipuan, eksploitasi teman, hingga pelanggaran hukum. Ini bentuk ekspresi salah arah dari kebutuhan identitas yang belum terbentuk.

Upaya pencegahan tidak bisa dilakukan oleh aparat saja, tetapi harus melibatkan banyak pihak, termasuk keluarga. 

Yang paling penting adalah fungsi keluarga. 

Orang tua harus tahu anaknya ke mana, dengan siapa bergaul, dan bagaimana aktivitasnya.

Minimnya pengawasan dan ketidakharmonisan keluarga, dapat memicu anak mencari pelarian di luar rumah.

Faktor seperti konflik orang tua, ketidakamanan di rumah, hingga kondisi ekonomi bisa membuat anak merasa tidak nyaman dan mencari tempat lain untuk diterima.

Orang tua sebaiknya aktif memantau dan mendampingi anak-anak di masa remaja, karena fase ini merupakan masa transisi dengan pemikiran yang belum matang.

Remaja belum sepenuhnya bisa membedakan mana yang baik dan buruk. 

Sumber: Tribun Jambi
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved