Berita Jambi
AJI Jambi Kecam Pemberitaan Berstigma terhadap Suku Anak Dalam
AJI Jambi mengecam keras praktik pemberitaan yang mengaitkan isu penculikan anak dengan Suku Anak Dalam (SAD) tanpa verifikasi, tanpa data.
Ringkasan Berita:AJI Jambi Kecam Pemberitaan Berstigma
- AJI Jambi menilai media telah melanggar Kode Etik Jurnalistik karena mengaitkan isu penculikan anak dengan Suku Anak Dalam tanpa verifikasi.
- Berbagai framing negatif di media memperburuk citra SAD, mulai dari narasi keterbelakangan, kecurigaan, hingga eksotisasi.
- Sementara klarifikasi dan informasi yang membela SAD justru muncul terlambat dan dalam volume yang jauh lebih kecil.
TRIBUMJAMBI.COM, JAMBI - Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jambi mengecam keras praktik pemberitaan yang mengaitkan isu penculikan anak dengan Suku Anak Dalam (SAD) tanpa verifikasi, tanpa data, dan tanpa mempertimbangkan dampak sosialnya.
Tindakan tersebut merupakan bentuk pelanggaran serius terhadap Kode Etik Jurnalistik, terutama terkait kewajiban menguji informasi, menghindari prasangka, dan melindungi kelompok rentan dari stigma.
Hasil kajian akademisi UIN Sultan Thaha Saefuddin, Ade Novia Maulana mengenai sentimen terhadap 650 artikel berita, postingan media sosial, dan diskusi publik, periode 3-16 November menunjukkan adanya kerusakan citra dari komunitas SAD.
Baca juga: AJI Jambi dan WWF Putar Berbagi Ruang, Diskusikan soal Konflik Manusia dan Satwa Liar
Pemberitaan memicu sentimen negatif terhadap SAD dengan cepat.
Pada tanggal 3 November, sentimen negatif terhadap SAD berada pada angka 25 persen, dengan mayoritas publik (65 persen) masih bersikap netral.
Namun, semakin intensif pemberitaan sentimen negatif melonjak tajam mencapai 88 persen, terutama saat polisi menyebut balita berinisial B (4) ditemukan di lokasi SAD.
Hal ini menjatuhkan sentimen netral yang merosot tajam hingga 9 persen.
Anomali sentimen terjadi saat B kembali ke Makassar, dan investigasi mengungkap bahwa tidak ada keterlibatan langsung SAD dalam penculikan yang membuat sentimen negatif menurun.
Baca juga: Kekayaan Seno Aji, Wakil Gubernur Kalimantan Timur periode 2025-2030, Hartanya Rp22,6 M
Dua hari berselang, terjadi titik balik, di mana sentimen negatif dan positif berada pada posisi yang sama yaitu 38 persen.
Setelah itu, sentimen positif terus meningkat hingga mencapai 55 persen hingga 16 November, sementara sentimen negatif turun menjadi 18 persen.
Transformasi ini menunjukkan kabar baik, sesungguhnya publik Indonesia responsif terhadap klarifikasi dan fakta.
Tapi, kerusakan citra komunitas SAD memiliki efek jangka panjang, yang membentuk persepsi kolektif masyarakat terhadap SAD.
Misalnya, narasi yang muncul dari Polrestabes Makassar bahwa balita berinisial B dibeli dengan uang senilai Rp 80 Juta.
Padahal, berdasarkan keterangan dari para temenggung SAD, mereka adalah korban penipuan oleh sindikat penculikan anak.
Sementara itu, pemberitaan media telah membentuk framing “keterbelakangan” dengan akumulasi 53 artikel yang menggambarkan SAD sebagai kelompok primitif, terisolasi, dan tidak beradab.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jambi/foto/bank/originals/logo-Aji-Jambi-2.jpg)