Ngatima memijat orang dewasa dan anak-anak. Pekerjaan itu dia tekuni sudah lama.
Tak hanya itu, di sela-sela kesibukannya sebagai tukang pijat, Ngatima juga menjadi buruh tandur di sawah serta berdagang sayur dan buah keliling.
Aktivitas itu juga dijadikannya kesempatan untuk berolahraga sembari berjemur di bawah sinar matahari pagi. Fisik Ngatima masih bugar. Giginya juga rapat, tak satupun yang tanggal.
Selama ini, Ngatima menghindari makanan cepat saji dan bergerak setiap hari. Nenek Ngatima tinggal bersama salah seorang cucunya di Desa Leces, sementara anak-anaknya tersebar di beberapa tempat.
Di usianya yang sudah mencapai satu abad ini, ia berdoa agar diberi kelancaran selama menunaikan ibadah haji.
"Saya berangkat sendirian ke tanah suci. Mudah-mudahan anak-anak dan cucu saya juga bisa berangkat haji," tukas Ngatima.
Perempuan kelahiran 5 Juli 1924 ini akan berangkat pada Minggu (19/5/) bersama kloter 33 Kabupaten Probolinggo menuju embarkasi Surabaya. (tribun network/kompas.com)
Baca juga: Kisah Nenek Sajeriah yang Disabilitas Netra asal Sulawesi Selatan Pergi Haji
Baca juga: Kisah Jokowi Setelah 41 Tahun Ekspedisi Gunung Kerinci 1983, tak Sempat ke Sekepal Tanah dari Surga