SEMBARI menutup senyumnya menggunakan tangan, sorot mata perempuan berkulit kuning langsat itu berbinar-binar saat ditanyai perkara kegiatannya.
Luna Febri Nabila, nama lengkapnya.
Ia memang kesulitan mendengar sejak lahir, kemampuan mendengarnya akan lebih baik apabila dia menggunakan alat bantu dengar.
Namun keadaan tak memutuskan semangatnya untuk bisa berbicara menggunakan lisan.
Apabila bertemu dengan teman dengar, Luna menggunakan gerakan tangan sebagai bahasa isyarat ketika berbicara dengan sesama tunarungu.
Nabila seolah jadi sosok yang sangat istimewa.
Walau seorang tunarungu, tetapi Luna memiliki kepercayaan diri yang tinggi, berbeda dari sesama disabilitas kebanyakan.
Dia tak mau terlihat lemah, ketika ditanyai Tribun Jambi soal kepercayaan dirinya ditawari jadi seorang model, dengan lantangnya ia berusaha menjawab.
"Iya, langsung mau," tiba-tiba saja dengan mata bulatnya dan senyum semringah, ia menjawab tanpa ragu.
Kehidupan Nabila tak lepas dari hal-hal positif, sejak mengenal dunia modeling, ia memiliki keinginan untuk terus melanjutkan pendidikan hingga perguruan tinggi.
Menjadi seseseorang memiliki keahlian dalam hal make up, peragaan busana, menurutnya adalah kemampuan yang harus diasah.
Ia tidak mau anugerah yang dimilikinya berhenti hingga ia tamat kelas tiga SMA.
Dia memang masih kelas dua, tetapi mengambil kesempatan sebanyak-banyaknya adalah hal yang realistis di depan mata untuk bisa dicapai.
Tidak ada hal yang muluk-muluk yang diinginkannya, mengusahakan jadi model terbaik setiap ia tampil fashion show atau ketika lomba make up adalah sebuah keharusan.
Bagi dia, buat apa menjadi seorang yang tidak percaya diri, justru itu akan membuat geraknya menjadi terbatas.