Itu menjadikan keindahan masjid ini berbeda dari masjid lain.
Masjid ini memiliki empat pintu utama.
Tempat mengambil air wudhu laki-laki dan perempuan terletak di lantai dasar.
Di bagian bawah masjid juga terdapat ruang meeting dan tempat persinggahan bagi musafir.
Awalnya, Masjid As-Sulthon diperuntukkan sebagai pusat kegiatan keagamaan Islam bagi masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Sarolangun.
Sampai saat ini, masjid ini menjadi pusat kegiatan hari besar keagamaan Islam bagi pemda dan berbagai elemen masyarakat yang melakukan kajian Islam.
Lantas mengapa lokasinya di tepi Jalan Lintas Sumatra?
H Juaini mengatakan Masjid Al- Sulthon sejak awal memang sengaja berlokasi di sana.
Itu untuk memudahkan masyarakat, pengunjung dan musafir yang melintas untuk mampir salat dan melakukan aktivitas keagamaan.
"Selama bulan suci Ramadan, ada Salat Tarawih setiap malam. Seusai tarawih ada program baca Alquran satu juz semalam. Saat berakhirnya Ramadan, maka khatam 30 jus," ujar H Juaini.
Pada akhir-akhir bulan suci Ramadan, Pemkab Sarolangun rutin melakukan kegiatan malam Qiyamul Lail, Salat Sunah yang dilakukan di antara Salat Isya sampai dengan Salat Subuh
"Pada malam-malam ganjil mencari malam Lailatul Qadar. Kita juga iktikaf, baca Alquran hingga makan sahur bersama di masjid, kegiatan rutin dan berkesinambungan tiap tahun oleh Pemda Sarolangun," tuturnya. (hasbi sabirin)
Baca juga: Mengungkap Strategi di Balik Partai Simpan-Keluarkan Nama Bakal Calon Jelang Pilgub Jambi 2024
Baca juga: Tim Hotman 911 Minta Tujuh Poin ke Kapolres, Kasus Kematian Santri di Kabupaten Tebo