Lalu, kita terganggu dengan jumlah yang sedikit gitu, enggak lah.
Kita harus melihat berapa besar yang ke sini, berapa besar yang ke sana, ternyata yang ke sini 245 kok. 245 organisasi relawan yang terdata ya. Yang ke sini sedikit, kenapa mesti terganggu.
Bahwa kemudian dia pakai nama Jokowi, ya Jokowi tidak keberatan namanya dipakai nama organisasi relawan, mungkin ada nama bayi di mana kita tidak tahu namanya Joko Widodo, dan tidak bisa dilarang juga.
Jadi tidak masalah ketika mereka membawa nama Pak Jokowi tetapi berada di sebelah sana?
Pada akhirnya, waktu akan jadi penguji yang setia dari masing-masing kita, termasuk dari masing-masing ucapan kita, termasuk pilihan-pilihan kita, biarkan waktu yang menjawab itu.
Saya percaya orang bisa membohongi orang untuk beberapa waktu, tapi tidak pernah membohongi semua orang selamanya.
Bang, apakah partai pernah mencoba berkomunikasi dengan relawan Jokowi yang tampak di permukaan, seperti Projo yang ketuanya menjadi menteri? Sempat tidak, Bang? Atau ada ketertarikan enggak menjalin komunikasi dengan mereka ini?
Saya komunikasi, dengan banyak orang.
Saya ini politikus loh.
Politikus itu harus berkomunikasi dengan banyak orang, siapa pun, selama dia warga negara Indonesia, apapun dia, saya komunikasi.
Hasil komunikasi itu bisa disampaikan ke partai, bisa kita diskusikan, no problem.
Tapi Abang melihat relawan Pak Jokowi yang miliki nama besar seperti Projo ini punya kecenderungan ke mana?
Relawan pertama Jokowi buka Projo. Relawan pertama Jokowi namanya Pospera, Pos Perjuangan Rakyat.
Itulah kemudian yang pertama Jokowi dari Solo sampai ke Jakarta itulah relawan pertama yang dibentuk.
Yang Pospera ini mendukung Ganjar, sebagai struktur dewan pembina, dewan kehormatan Pak Jokowi masuk, ada. Sama.
Projo itu yang kesekian, dan kita tidak pernah khawatir. Apa yang mau dikhawatirkan ya.
Tetapi abang lihat ada yang unik tidak, ketika Ketua Umum Projo diangkat sebagai Menteri Komunikasi dan Informatika. Seolah-olah mendapatkan portofolio dari posisinya?
Yang saya bingung adalah ketika menjadi menteri kenapa diam.
Jangan-jangan jabatan itu untuk mendiamkan, agar publik tahu dong.
Oh, teryata ketika belum mendapatkan jabatan, begini, begini.
Tetapi ketika mendapat jabatan, diam.
Ngeremnya tiba-tiba toh.
Ini politik, langkah presiden kita itu cerdas banget.
Dan informasi yang saya dengar, jabatan yang ditawarkan untuk Menteri Kominfo itu kalau tidak salah tiga nama, yang dua mengatakan ketika disuruh menyelesaikan persoalan BTS ini, keberatan.
Satu di antara kelompok yang belum jadi, masih dalam posisi bakal calon, Pak Prabowo yang selama ini melakukan manuver yang dianggap luar biasa masih, ke sana-kemari, kemudian mencoba masuk ke relawan-relawan kantong-kantong Pak Jokowi yang tentu kantong-kantong Pak Ganjar juga. Menurut abang bagaimana?
Menurut saya apanya ya, yang bagian mananya.
Bagiannya ketika Prabowo mencoba mendekati menggunakan keluarganya Pak Jokowi?
Loh, kemarin isunya anaknya lalu Ibu Negara juga ditawari menjadi cawapres, katanya.
Kemudian, ada lagi isunya rumornya pak presiden mau menjadi sebagai ketua umum partai, apa ya.
Menurut saya kenapa harus begitu.
Kenapa kita tidak beradu gagasan ide, misalnya dia Menteri Pertahanan, ide tentang pertahanan 2024 sampai 2029 itu bagusnya kita pakai pesawat baru, atau pesawat bekas.
Kenapa kita melihat luas Indonesia gede banget sebagian besar laut dan hutan, apakah pesawat-pesawat bekas itu menjadi pilihan atau tidak.
Lalu bagaimana pola dan mekanisme berbentuk alat-alat pertahanan, apa Kamisan harus membuat perusahaan sendiri ataukah, kan banyak cara.
Itu yang seharusnya dikedepankan, bukan ngajak Gibran, ngajak ya.
Itu menurut saya kemunduran berpolitik loh. (tribun network/yuda).
Baca juga: Kisah Pengemudi Jalanan Baik Hati, Bantu Ambulans Jenazah Jambi-Sarolangun Meluncur Tanpa Lampu
Baca juga: Kisah Bayi Tertukar di Bogor Baru Terungkap 1 Tahun Kemudian, Jawaban Perawat Bikin Ibu Geregetan