WIKIJAMBI

Potensi Kepayang di Sarolangun Tak Hanya Digunakan Sebagai Minyak Goreng, Juga Kaya Antioksidan

Penulis: Rifani Halim
Editor: Nani Rachmaini
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Proses produksi buah kepayang di tangan terampil warga Batang Asai dan Limun Sarolangun, sebagian beras proses buah hingga menjadi produk dilakukan dengan alat tradisional.

TRIBUNJAMBI.COM, SAROLANGUN - Kesatuan pengelolaan hutan produksi Limau unit Hulu VII Sarolangun beberapa tahun lalu mengembangkan potensi masyarakat desa.

Di mana sejatinya sejak dahulu telah memanfaatkan hasil hutan bukan kayu secara turun menurun.

Hasil hutan bukan kayu, buah kepayang telah dimanfaatkan masyarakat Batang Asai maupun Limun Sarolangun, Kabupaten Sarolangun, Jambi sejak orang tua terdahulu.

Buah ini sangat ramah lingkungan dan mendukung upaya pelestarian alam di wilayah.

Warga Sungai Bemban Kecamatan Batang Asai tak hanya memandang lagi pohon kepayang sebagai penghasil minyak pribadi saja.

Namun kini, buah kepayang menjadi potensi ekonomi dan kelestarian hutan mereka.

Baca juga: WIKIJAMBI Pohon Kepayang di Sarolangun Idola Turuntemurun, Biji Diolah Jadi Minyak Goreng Kemasan

"Selama ini cuma tanaman gaharu dan karet. Panen gaharu agak lama, kondisi harga karet sudah anjlok, kita berpikir sebagai kelompok tani kita harus manfaatkan buah kepayang untuk kita olah sebagai minyak. Berdasarkan dorongan dari KPHP Limau," cerita Jamel ketua Kelompok Tani Hutan, dalam arsip KPHP Limau.

Proses produksi buah kepayang di tangan terampil warga Batang Asai dan Limun Sarolangun, sebagian beras proses buah hingga menjadi produk dilakukan dengan alat tradisional. (ist/arsip KPHP Limau unit Hulu VII Sarolangun)

Menelisik sejarah pemanfaatan kepayang oleh masyarakat hulu Sarolangun. Sejak zaman Belanda, sebelum masyarakat mengenal minyak kepala sawit.

Masyarakat hulu Sarolangun memanfaatkan buah kepayang dan mengolah buah kepayang menjadi minyak goreng.

Minyak kepayang diolah oleh masyarakat setempat sebagai minyak goreng untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.

KPHP Limau mencoba menelusuri sejarah dari sejak kapan masyarakat hulu Sarolangun memanfaatkan kepayang, Namun tak menemukan.

Baca juga: KPHP Limau Pamerkan Hasil Hutan Bukan Kayu, Ada Garam Gunung, Minyak Kepayang, Dll

Baca juga: Diam-diam Minyak Kepayang Sarolangun sudah Sampai Belanda dan Jepang, Jajaki London dan Spanyol

Baca juga: Sederet Manfaat Buah Kepayang atau Kluek yang Tak Diketahui Orang, Olahan Produk Turunan

Dalam seloko adat, pohon kepayang dipercayai oleh masyarakat telah diamanahkan oleh leluhur untuk dijaga dan dilestarikan.

Hal tersebut tentunya terbukti dalam catatan dalam seloko adat setempat.

"Nutuh kepayang nubo tepian"

Diartikan, masyarakat harus melestarikan pohon kepayang tak boleh ditebang.

Halaman
1234

Berita Terkini