WIKIJAMBI

Potensi Kepayang di Sarolangun Tak Hanya Digunakan Sebagai Minyak Goreng, Juga Kaya Antioksidan

Penulis: Rifani Halim
Editor: Nani Rachmaini
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Proses produksi buah kepayang di tangan terampil warga Batang Asai dan Limun Sarolangun, sebagian beras proses buah hingga menjadi produk dilakukan dengan alat tradisional.

Ketika masyarakat terluka, masyarakat biasa menyembuhkan luka dengan minyak hasil dari buah kepayang.

Dalam memproduksi minyak kepayang di Hulu Sarolangun, peran lelaki dalam memproduksi minyak hanyalah minoritas.

Lelaki di desa bertugas memanen buah kepayang dari hutan. Kemudian membawa buah kepayang ke rumahnya untuk diproduksi oleh perempuan.

Peran serta kelompok perempuan dalam memproduksi minyak kepayang di Hulu Sarolangun sangat kuat.

Proses produksi secara umum, buah kepayang diproduksi oleh 10 kelompok tani hutan di wilayah hulu Sarolangun masih menggunakan alat tradisional.

Prosesnya, biji atau buah kepayang diambil dari hutan, lalu direbus selama kurang lebih 2 jam, setelah direbus buah kepayang dicongkel, diambil daging buah, direndam di air mengalir selama 24 jam, dicincang, dijemur selama empat hingga enam jam.

Setelah buah kepayang dijemur, lalu ditumbuk dan dikukus dan di-press.

Proses pengolahan buah kepayang hingga menjadi minyak, tergantung oleh cuaca.

Jikalau cuaca cerah di kawasan hulu Sarolangun, pengolahan yang dilakukan masyarakat akan memakan waktu empat hari.

Dahulunya, para masyarakat yang memanfaatkan buah kepayang melakukan press dengan alat tradisional.

Mengunakan Kampo, Kampo tersebut ialah alat press berhan kayu yang dibuat sedemikian rupa, lalu buah yang telah menjalani proses dipukul di alat press tradisional Kampo dengan menggunakan tenaga dan waktu lumayan lama.

Setelah dilakukan pendampingan oleh KPHP Limau membantu alat press modern sekarang dapat digunakan masyarakat untuk meng-press buah hingga menjadi minyak kepayang.

Jika dibandingkan dengan minyak kepala sawit. KPHP Limau menilai, pohon kepayang adalah salah satu tanaman yang bernilai konservasi tinggi.

Berperan dalam mata air tanah, tajuk guna menahan air, perakaran yang kuat menahan tanah dari erosi, daun sersahnya bisa menjadi pupuk alami. Pohon kepayang juga pohon yang memang tumbuh sendiri di dalam hutan.

Di dua tahun terakhir, KPHP Limau mencatat dari 10 Kelompok Tani Hutan binaannya. Dari 10 KTH ada empat KTH yang memproduksi di tahun 2021.

Halaman
1234

Berita Terkini