Rumahnya pernah didatangi Hasan Basri Agus (HBA) yang kala itu menjabat Bupati Sarolangun.
Selama 40 tahun memberikan kebutuhan tempe dan tahu, Cahyono dan Wara hanya diberi bantuan 2 kuali dan 2 buah tungku oleh pemerintah.
Baca juga: VIRAL Video CCTV Detik-detik Kecelakaan Maut yang Melibatkan Chacha Sherly hingga Meninggal Dunia
Ia lupa siapa yang memberikannya, karena hal itu sudah sangat lama.
Kalau soal pajak, Wara setiap tahun selalu didatangi 'orang pajak' dan membayarnya.
Tapi bantuan modal ataupun bantuan Covid-19, sebutir beras saja tak dapat dirasakan pasangan itu.
Hidup terasa kurang adil baginya, sebab beberapa pedagang di pasar mengklaim ia tergolong mampu.
Padahal kenyataannya, rumah tua yang ia tinggali sekarang hanya beton di bagian depan saja, itupun ukuran sangat kecil.
Belum lagi bagian produksi tempenya papan tua yang rentan rubuh, terasa sempit ditambah lagi dengan bahan-bahan tempe yang memenuhi sudut rumahnya.
Bagaimana cara Cahyono saat harga kedelai tak bersahabat?
Ia mengurangi porsi kedelai yang dibungkus dengan plastik ukuran seperempat kilogram.
"Ya dikurangi dikit, karena kedelai mahal. Semoga pembeli mengerti," ungkap Cahyono dengan umur yang tidak produktif lagi untuk mencari nafkah.
Cahyono dan Wara memiliki lima anak.
Empat anaknya mengikuti jejaknya sebagai pembuat tempe.
Baca juga: Apa Beda Indomie Pulau Jawa dan Pulau Sumatera, Ternyata Begini Isinya
Hampir seluruh anaknya mengikuti jejak Cahyono dan Wara.
Ada satu anaknya yang sukses di Jakarta menjadi tentara.