ISI Pidato Prabowo Subianto, Visi dan Misi Capres Bertajuk Indonesia Menang (Bagian 1)

Editor: Duanto AS
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pidato Prabowo Subianto.

Saudara-saudaraku sekalian, apakah kita mau terus seperti ini. Menjadi bangsa yang kalah sebelum keluar dari kandungan ibu. Negara yang terus menambah utang untuk membayar utang. Banyak negara meminjam uang, berutang tapi mereka utang untuk produksi. Kalau 1 dolar di Republik Rakyat Tiongkok, setelah 10 tahun mereka pinjam, jadi 14 dolar. Di Vietnam 1 dolar dipinjam selama 10 tahun menjadi 14 dolar. Di Indonesia, setelah 10 tahun jadi 3 atau 4 dolar.

Saudara-saudara sekalian, apakah ini negara yang kita inginkan. Negara yang bayar utang untuk bayar gaji pegawai negerinya. Negara yang membiarkan BUMN-BUMN kita yang kita banggakan, Pertamina, Garuda, pembawa bendera Indonesia, yang lahir dalam perang kemerdekaan kita, the flag carrier of Republic of Indonesia, sekarang, sekarang, dalam keadaan yang kalau bisa dibilang, ya, bangkrut.

Pertamina, penopang, perusahaan yang menopang pembangunan Indonesia selama dasawarsa-dasawarsa yang lalu, kebanggaan kita semua, panutan negara-negara berkembang, mereka belajar dari kita, sekarang juga dalam keadaan sulit. PLN, Krakatau Steel, kebanggaan kita, dulu dibangun oleh Bung Karno, diselesaikan oleh Pak Harto, sekarang juga utangnya mengerikan. Saudara-saudara, kalau ada BUMN yang untung, untungnya pun tak seberapa.

Negara, di mana ada warga negaranya, ada anak-anak yang tinggal hanya 5 jam dari Istana Negara, tidak mampu berangkat sekolah karena 2 hari belum makan. Negara yang beberapa waktu lalu panik, karena puluhan anak-anak di Kabupaten Asmat meninggal dunia karena kelaparan. Dan pejabat-pejabat pemerintahnya tidak hadir untuk membantu mereka.

Inilah keadaan dan kondisi yang saya sebut kejanggalan besar. Paradoks Indonesia, negara yang kaya rakyatnya masih banyak yang telantar dan miskin. Kalau kita tidak hati-hati, kalau kita tidak waspada, kalau kita tidak berubah, kalau kita tidak bertindak dengan segera, dan dengan berani, situasi ini akan terus berlanjut ke arah yang lebih buruk lagi.

Kami, saya bersama Sandiaga Uno, didukung oleh partai-partai Koalisi Indonesia Adil Makmur. Didukung oleh pejuang-pejuang, para purnawirawan pejuang yang begitu banyak telah mengabdi. Didukung oleh tokoh-tokoh pekerja buruh. Didukung oleh ulama-ulama besar. Didukung oleh emak-emak Indonesia. Didukung oleh guru-guru, dokter-dokter, perawat-perawat, bidan- bidan, nelayan-nelayan, petani-petani, di seluruh Indonesia.

Kami maju, kami maju, kami menawarkan diri mengabdi berbakti karena kami percaya dan yakin hal ini tidak boleh terjadi dalam negara yang sudah merdeka. Dalam negara yang begini kaya. Negara yang sudah 73 tahun merdeka. Kalau ada rakyat yang lapar, kalau ada rakyat yang menggantung diri karena putus asa, ini adalah penghinaan kepada pendiri-pendiri bangsa kita. Dan saya katakan ini adalah penghinaan kepada rakyat Indonesia.

Saudara-saudara sekalian, ada, ada yang mengatakan jangan pesimis harus optimis. Indonesia, Indonesia katanya akan bertahan 1.000 tahun lagi. Saudara, saudara, saya bertanya, apakah negara yang tidak mampu membayar rumah sakit, tidak mampu menjamin makan untuk rakyatnya, tidak membela petani nelayan dan pekerjanya, yang tentaranya tidak kuat, bisa bertahan 1.000 tahun? Jangan-jangan 10 tahun saja sudah setengah mati kita.

Apakah negara yang cadangan bahan bakarnya hanya bisa bertahan 20 hari, cadangan berasnya juga hanya bisa bertahan 3 minggu. Saudara-saudara, apakah ini negara yang kuat? Apa ini negara yang bisa langgeng?
Saudara-saudara sekalian, bahkan, bahkan menteri pertahanan pemerintah yang sekarang saja mengatakan kalau Indonesia terpaksa perang hari ini, kita hanya bisa bertahan 3 hari. Karena peluru hanya 3 hari yang ada.

Bukan saya yang sampaikan itu. Menteri pertahanan Republik Indonesia dari pemerintahan sekarang sendiri yang mengatakan. Karena beliau juga seorang patriot. Beliau ingin hal ini diketahui oleh rakyat Indonesia.

Saudara-saudara sekalian, kita harus ingat persaingan antara bangsa itu begitu keras, begitu keras. Sejarah peradaban manusia ribuan tahun itu keras. Tiap bangsa punya masalahnya sendiri. Tiap bangsa punya orang miskin. Tiap bangsa butuh sumber alam. Tiap-tiap bangsa punya kesulitan-kesulitan mereka sendiri.

Jangan kita pernah mengira bahwa kita boleh tergantung kepada bangsa lain. Jangan pernah kita berharap bangsa lain akan baik hati sama kita, akan kasihan sama kita, saudara-saudara sekalian. Kita mengenal rumus yang terkenal dari seorang ahli sejarah Yunani yang hidup 50 tahun Sebelum Masehi, yaitu Thucydides.

Hukum Thucydides bunyinya adalah dalam bahasa Inggris "the strong will do what they can, the weak suffer what they must". Dalam bahasa Indonesia artinya adalah "yang kuat akan berbuat apa yang dia mampu berbuat, yang lemah akan menderita apa yang dia harus menderita". Ini pelajaran yang diajarkan di semua lembaga kajian strategis di seluruh dunia.

Saudara-saudara sebangsa dan setanah air. Indonesia harus kuat. Indonesia harus kokoh. Indonesia harus bisa berdiri di atas kaki kita sendiri. Saya telah sampaikan mengapa saya dan Sandiaga Salahuddin Uno dan partai-partai yang mengusung dan mendukung kami maju dalam pemilihan umum tahun ini.

Saya selanjutnya akan menyampaikan apa yang akan kami lakukan. Strategi apa yang kami akan gunakan jika kami mendapat mandat untuk memimpin Indonesia lima tahun ke depan. Saya juga akan menyampaikan harapan kami, apa yang kami harapkan dari seluruh rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan bersama, apa-apa yang menjadi cita-cita kita bersama.

Halaman
1234

Berita Terkini