ISI Pidato Prabowo Subianto, Visi dan Misi Capres Bertajuk Indonesia Menang (Bagian 1)

Editor: Duanto AS
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pidato Prabowo Subianto.

Para anggota DPR RI, DPD RI, DPRD-DPRD RI yang hadir malam hari ini sebagai wakil rakyat. Para duta besar dan perwakilan negara-negara sahabat yang berkenan memberi kehormatan kepada kita malam hari ini. Dan terutama saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air, di mana pun engkau berada pada malam hari ini.

Saya dan Saudara Sandiaga Salahuddin Uno mengucapkan terima kasih bahwa pada malam hari ini saudara-saudara telah meluangkan waktu untuk datang mendengarkan dan menyaksikan kami menyampaikan apa yang menjadi visi dan misi kami, Prabowo Subianto dan Sandiaga Salahuddin Uno.

Saya ingin membuka pidato saya malam hari ini dengan membacakan sebuah sajak. Sajak yang dapat menggambarkan mengapa kita berkumpul di malam hari ini, di tempat yang baik ini. Saya kutip, sajak ini diketemukan di kantong baju seorang perwira muda yang gugur dalam pertempuran di Banten pada tahun 1946.

Saya kutip: Kita tidak sendirian/beribu-ribu orang bergantung kepada kita/Rakyat yang tak pernah kita kenal/Rakyat yang mungkin tak akan pernah kita kenal/Tetapi apa yang kita lakukan sekarang/Akan menentukan apa yang terjadi kepada mereka.

Saudara-saudara sekalian, malam ini, ribuan sahabat-sahabat dan pendukung kita berkumpul di tempat yang baik ini. Dan juga mungkin puluhan juta rakyat kita terhubung ke ruangan ini dengan teknologi komunikasi karena 92 malam lagi kita akan bersama-sama menentukan masa depan bangsa Indonesia.

Karena sesungguhnya pemilihan umum ini bukan pemilihan umumnya Prabowo Subianto, bukan pemilihan umumnya Sandiaga Uno, tetapi adalah pemilihan umum bagi seluruh bangsa Indonesia. Karena itu, kemenangan yang dapat kita rebut pada tanggal 17 April 2019 yang akan datang bukan kemenangan Prabowo, bukan kemenangan Sandiaga Uno, tapi kemenangan bangsa dan rakyat Indonesia.

Atas dasar keyakinan ini, kami ingin agar seluruh masyarakat Indonesia mengerti betul apa yang akan kami perjuangkan selama lima tahun mendatang. Jika kami dan partai-partai politik yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Adil Makmur mendapat mandat dari rakyat pada pemilihan umum 17 April 2019 yang akan datang.

Kami juga ingin menyampaikan kepada saudara apa-apa yang menjadi kegusaran kami. Apa-apa yang mendorong kami untuk terus berjuang dan terus berada di dalam kancah politik. Dan menawarkan diri kami untuk memimpin dan membela Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Saudara-saudara sekalian, beberapa waktu yang lalu, saya mendapat laporan. Seorang buruh tani, seorang bapak, seorang kepala keluarga, namanya Hardi di Desa Tawangharjo, Grobogan, Jawa Tengah, meninggal dunia karena gantung diri di pohon jati di belakang rumahnya. Almarhum gantung diri meninggalkan istri dan anak karena merasa tidak sanggup membayar utang. Karena beban ekonomi dirasa terlalu berat.

Selama beberapa tahun terakhir ini, saya mendapat laporan ada belasan cerita tragis seperti Hardi ini. Ada kisah seorang guru di Pekalongan gantung diri. Terakhir tanggal 4 Januari yang lalu, Ibu Sudarsih di Desa Watusigar Gunungkidul gantung diri. Ini kisah-kisah yang masuk berita, yang tidak masuk berita mungkin lebih banyak lagi.

Saya juga baru datang dari Klaten. Di situ petani-petani beras bersedih, karena saat mereka panen beberapa bulan yang lalu, banjir beras dari luar negeri. Saya juga baru-baru ini juga dari Jawa Timur, di sana banyak petani tebu yang bersedih karena saat mereka panen, banjir gula dari luar negeri.

Sementara itu banyak emak-emak kita, di mana-mana mengeluh harga-harga sudah tidak terkendali dan tidak terjangkau. Harga telur, harga daging, harga beras, sudah sangat berat dirasakan oleh rakyat kita. Bagaimana bisa, di republik ini harga gula tiga kali lebih mahal dari harga dunia.

Saudara-saudara sekalian, pada saat petani garam juga mengalami kesulitan, banjir garam dari luar negeri. Saudara-saudara, kita impor semua bahan-bahan pangan yang mampu diproduksi oleh rakyat kita sendiri. Saudara-saudara, kadang-kadang kita heran apakah ada pemerintah yang seperti sekarang seolah-olah membiarkan rakyatnya sendiri. Tidak dibela, saudara-saudara sekalian.

Inikah negara yang kita cita-citakan dan diperjuangkan oleh para pendiri bangsa kita? Inikah yang dicita-citakan oleh Bung Karno, oleh Bung Hatta, Bung Syahrir, Panglima Besar Jenderal Soedirman, KH Hasyim Asyari, KH Ahmad Dahlan, KH Wahid Hasyim, KH Agus Salim, Bung Tomo, I Gusti Ngurah Rai, Mayor Daan Mogot, Wolter Monginsidi?

Negara yang sekarang begitu banyak rumah sakit menolak pasien karena BPJS belum mendapat bayaran sekian bulan. Yang rumah sakitnya terpaksa juga mengurangi pelayanan kepada rakyat yang paling membutuhkannya. Negara yang satu dari tiga anak di bawah 5 tahun mengalami gagal tumbuh karena kurang protein, kurang gizi. Karena ibunya juga kurang protein dan kurang gizi selama masa mengandung.

Halaman
1234

Berita Terkini