Akibatnya, situasi sidang untuk menyiapkan Pemilu 2004 berubah mencekam.
Seorang anggota dewan bahkan ditembak teroris demi memberi peringatan kepada yang lain agar tidak melakukan perlawanan.
Selanjutnya, teroris meminta kepada pemerintah RI untuk menebus para sandera dengan tiga hal.
Uang 50 juta Dollar AS, menyiapkan sebuah helikopter dan meminta berbicara langsung dengan Kapolri.
Bila permintaan tidak dipenuhi, teroris yang menyebut dirinya Musang mengancam melakukan pembunuhan dan penghancuran besar-besaran.
Pemerintah segera meminta TNI dan Polri melumpuhkan teroris. Perencanaan disusun dengan cepat. Permintaan teroris juga disediakan.
Tetapi, tanpa sepengetahuan kawanan teroris ( Musang) , ‘hadiah khusus’ tengah disiapkan. Yaitu pasukan khusus gabungan lawan teroris yang sudah terlatih dengan baik.
Musang terus melakukan ulah berlebihan. Merasa posisinya berada di atas angin, mereka melakukan show of force.
Demi melakukan teror lebih besar, Musang pun menembak satu sandera lainnya.
Tindakan semena-mena ini tentu saja memancing kemarahan pemerintah RI. Niat memberikan toleransi akhirnya berubah menjadi tindakan pembasmian.
Untuk pertama kalinya, tiga pasukan khusus dari TNI yakni Satuan 81 Kopassus (TNI AD), Detasemen Jala Mangkara (Marinir TNI AL), Detasemen Bravo 90 (TNI AU) dan satu khusus Satuan I Gegana dari Kepolisian RI dikirim untuk memberangus.
Baca Juga:
Sebuah Klub Malam Meminta Korban, Enam Orang Menemui Ajalnya Terinjak-injak: Seperti Ini Faktanya
Inilah 6 Jenis Olahraga yang Bisa Tingkatkan Gairah Saat Berhubungan Intim
Banyak Orang yang Menyepelekan Keberadaan Ikan Teri, Luar Biasa Ini 7 Manfaatnya
Tindakan penyergapan TNI-Polri dilakukan pertama kali melalui penerjunan Denjaka ke atas gedung Nusantara III.
Setelah itu penurunan Bravo 90 menggunakan tali dari helikopter, juga ke gedung yang sama.
Di luar gedung, sepasukan Bravo 90, Denjaka dan Sat-81 bersiap mendobrak gedung. Mereka bersenjata lengkap didukung kendaraan tempur.
Meski berupa simulasi pertempuran, aksi gabungan pasukan khusus melawan teroris dapat dikatakan tidak main-main.
Beberapa kaca di lantai lima gedung Nusantara III dipecahkan melalui tendangan kaki Denjaka dan Bravo 90 yang turun menggunakan tali.