Seramnya Belantara Papua, Prajurit Kopassus Nyaris Tak Selamat Jika Tak Ditolong Sosok Tak Terlihat Ini
TRIBUNJAMBI.COM - Pembantaian para pekerja pembangunan jembatan dan jalan Trans Papua yang terjadi di Nduga, Papua jadi sorotan.
Para pekerja dibunuh oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) pimpinan Egianus Kogoya.
Panglima TNI langsung memerintahkan pasukan untuk memburu kelompok tersebut di hutan belantara Papua sekaligus mengevakuasi korban.
Jumat (7/12/2018) 16 jenazah yang ditemukan, sebanyak sembilan jenazah berhasil dievakuasi ke Timika, Kabupaten Mimika, untuk dilakukan identifikasi dan otopsi.
Hutan belantara Papua merupakan satu diantara lokasi yang terkenal dengan medan yang sulit dan angker.
Pasukan TNI yang pernah diturunkan di Papua seringkali kesulitan menghadapi ganasnya medan yang masih alami tersebut.
Baca: Efrandi Hutagaol Pengantin Baru, Tenaga Ahli BBPJN Gugur Jadi Korban Pembantaian KKB di Nduga Papua
Baca: Sosok Egianus Kogoya Otak Pembantaian di Nduga Papua, Ini 4 Kekacauan yang Pernah Dilakukannya
Baca: Ditantang Egianus Kogoya! TNI & Polri Buktikan Hanya dengan Waktu 2 Jam Untuk Kuasai Puncak Kabo
Bahkan prajurit Kopassus yang pernah diturunkan di sana pernah merasakan keangkeran hutan belantara Papua.
Dilansir dari buku Kopassus untuk Indonesia, karangan Iwan Santosa dan E.A Natanegara satu diantara prajurit Kopassus mengalami pengalaman mistis yang tak lazim.
Komando Pasukan Khusus (Kopassus) menjadi satu diantara pasukan elit yang dimiliki oleh TNI AD.
Kenyang asam garam di berbagai operasi militer, kemampuan Kopassus juga telah diakui oleh dunia.
Berbagai misi pertempuran mulai dari Operasi Trikora, Operasi Dwikora, Operasi Seroja, pemberantasan PRRI/Permesta hingga pembebasan sandera pesawat Garuda Woyla di Thailand.
Tak sembarangan tentara yang bisa bergabung dengan korps baret merah.
Mereka harus sosok pilihan yang mempunyai kemampuan di atas rata-rata.
Para prajurit Kopassus sering kali mendapat penugasan sulit di berbagai daerah.
Ini setelah para prajurit dinyatakan lulus melewati werving atau rangkaian tes kesehatan, fisik, akademi dan psikologi.
Dalam penugasan para prajurit mesti menghadapi ganasnya kondisi alam, bahkan anggota juga mengalami kejadian di luar nalar.
Baca: Derma Skin Care Ternyata Kosmetik Oplosan dan Ilegal, 7 Artis Terkenal yang Endorse akan Diperiksa
Baca: Pencuri Itu Ditembak Mati 20 Tahun Lalu, Kini Ada yang Aneh Tersembunyi di Rumah Ini
Baca: Jadwal Liga Inggris Pekan ke-16, Ini Prediksi Chelsea Vs Manchester City Live RCTI
Baca: Bawa 6 Kg Sabu, Pegawai Lapas Anak Muarabulian Diringkus Polda Sumsel
Seperti dikisahkan oleh satu diantara anggota Kopassus yang bertugas di Papua.
Dilansir dari buku Kopassus untuk Indonesia, karangan Iwan Santosa dan E.A Natanegara satu diantara prajurit Kopassus mengalami pengalaman mistis yang tak lazim.
Saat itu sang prajurit ditempatkan sebagai komandan pos di Timika.
Satu diantara pos yang waktu itu sangat rawan karena keberadaan pentolan Organisasi Papua Merdeka (OPM), Kelly Kwalik dan Thadeus Yogi.
Pasukan tersebut lalu diperintahkan untuk menggerebek markas OPM yang berjarak enam hari jalan kaki dari pos Timika.
Tim berangkat ke lokasi pada bulan Oktober yang juga bertepatan dengan musim penghujan.
Saat hari kelima, mereka bertemu sungai dengan arus yang sangat deras.
Mereka pun memutuskan untuk menyeberang dengan menggunakan tali.
Saat menyeberang tersebut ada prajurit yang berpangkat kopral masuk ke pusaran air dan hanyut.
Melihat hal ini sang komandan lalu menyelam untuk menolongnya.
Namun sampai suatu titik, sungai itu hilang dan menjadi air terjun.
Baca: Cuma Diminta Menumpas KKB Saja, Pasukan Raider Kostrad Malah Pernah Hancurkan Pasukan Elit Inggris
Baca: Kisah Mertua Jenderal Andika Perkasa Duel Lawan Ah San, Misi Kopassus di Kalimantan
Sang komandan pun menepi di tengah hutan Papua yang berada di ketinggian 4.000 meter di atas permukaan laut.
Lima orang sudah menyeberang, tiga belum menyeberang dan sang komandan hanyut bersama dengan si Kopral.
Karena terus berusaha mencari prajuritnya yang hilang sang komandan tersesat di dalam hutan belantara papua yang masih rapat.
Dia pun berusaha mencari arah untuk kembali ke Timika dengan harapan melaporkan anak buahnya yang hilang kepada atasan untuk selanjutnya mencari kembali.
Tiba hari keenam lokasi yang dicari tak juga ketemu. Prajurit ini sudah berada di ambang sadar.
Semua perlengkapan termasuk sepatunya hanyut dibawa arus sungai yang deras.
Dan di hari keenam itulah prajurit Kopassus ini mengalami pengalaman yang tak bisa dijelaskan dengan akal sehat.
Ia mengaku melihat alam lain, antara sadar dan tidak sara prajurit tersebut merasa masih terus berjalan.
Di hari kesebelas Ia berhasil menyeberangi sungai yang lebarnya 200 meter sebelum akhirnya tiba di Timika.
Selama 18 hari tersesat di dalam hutan akhirnya prajurit tersebut ditemukan oleh warga dalam kondisi selamat.
Saat itu saya kondisi tubuhnya hanya tinggal tulang berbalut kulit, mata yang terus berputar liar dan telapak kaki yang bengkak akibat tertancap potongan kayu.
Yang membuat merinding ternyata dalam mata prajurit tersebut selama tersesat di hutan Ia merasa dirinya diikuti oleh tiga sosok tak terlihat.
Menurut penuturannya saat matahari sudah terbenam, satu memijati kaki, satu memijati pundak dan satu lagi berbagi rokok dengan prajurit tersebut.
Meski dalam kondisi yang memprihatinkan dokter yang memeriksa menyatakan prajurit tersebut bebas dari penyakit malaria dan cacing tambang.