Twitter Mahfud MD Beberkan Pihak-pihak yang Ingin Mengganti Pancasila, Bukan Hanya PKI

Editor: Duanto AS
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mahfud MD. (kompas.com)

TRIBUNJAMBI.COM - Mahfud MD mengunggah tentang Hari Kesaktian Pancasila di twiternya, pada Senin (1/10/2018).

Mahfud MD yang mantan Ketua Mahkamah Konstitusi mengatakan Pancasila memang sakti, lantaran selalu menang, meski dilawan dengan makar hingga argumen.

Dia kembali mengingatkan semua elemen masyarakat bahwa Pancasila merupakan kesepakatan luhur dalam berbangsa dan bernegara.

"Pancasila itu sakti.

Dilawan dengan makar dan pemberontakan selalu menang.

Diadu dengan argummen selalu menang.

Diperdebatkan dlm lembaga konstitusional (pemilu dan sidang MPR) selalu unggul.

Hai warga bangsa, hai geerasi muda, Pancasila adl kesepakatan luhur berbangsa dan bernegara," tulis Mahfud MD.

Postingan itu pun kemudian mendapat lebih dari 7,490 ribu likes, hingga di-retweet lebih dari 4 ribu kali, dan mendapat ratusan komentar.

Baca: Ajudan Ahok Sedih, Ini yang Bikin Bosnya Tak Mau Keluar Penjara Agustus 2018

Baca: Cuitan Mahfud MD tentang Tragedi Suporter Persija, Horor dan Sangat Mengerikan

Baca: Masjid Pindah 50 Meter, Ini Titik Terdahsyat Kerusakan Akibat Gempa Sulawesi Tengah

Sejumlah warganet pun turut memberikan komentar.

"Bagi saya Pancasila itu Anugrah dari Tuhan YME, #Kesaktian nya sudah terUji, saya dan keluarga yg paling merasakan, hidup ‘nyaman’ diTengah2 Saudara saya yg mayoritas berbeda keyakinan dg saya, IndahnyaNKRI," tulis akun @simkuringporsea.

"Betul prof..jangan main main dengan pancasila," kata akun@adesuci36741631.

"Pancasila Itu membanggakan dan patut di perjuangkan, karena sudah bertahun tahun sudah berhasil menyatukan Semua Suku Ras Agama dan Budaya, dengan sebuah perbedaan yang begitu banyak kita bersatu menghormati nya karena kita adalah bagian dari Indonesia merdeka," tulis akun @Indra_BiruMuda.

Dari sekian banyak warganet yang memberikan komentar, ada yang menyinggung soal pelajaran sejarah yang menyebut hanya PKI yang berniat menggati pancasila

"Buku sejarah yg saya baca, cuma PKI yg mau ganti pancasila. Mungkin ada yg lain ya pak @mohmahfudmd mohon pencerahannya," tulis akun @WalewangkoRoy

Mahfud MD pun menanggapi komentar tersebut bahwa ada sederet peristiwa yang dilakukan berbagai kelompok untuk mengganti ideologi Pancasila.

"Awal2 kemerdekaan ada DI/TII, ada Permesta juga," tulisnya.

Pemberontakan Permesta

Dikutip dari Wikipedia, Perjuangan Semesta atau Perdjuangan Rakjat Semesta disingkat Permesta adalah sebuah gerakan militer di Indonesia.

Gerakan ini dideklarasikan oleh pemimpin sipil dan militer Indonesia bagian timur pada 2 Maret 1957 yaitu oleh Letkol Ventje Sumual. Pusat ini berada di Makassar yang pada waktu itu merupakan ibu kota Sulawesi.

Awalnya masyarakat Makassar mendukung gerakan ini. Perlahan-lahan, masyarakat Makassar mulai memusuhi pihak Permesta. Setahun kemudian, pada 1958 markas besar Permesta dipindahkan ke Manado.

Di sini timbul kontak senjata dengan pasukan pemerintah pusat sampai mencapai gencatan senjata. Masyarakat di daerah Manado waktu itu tidak puas dengan keadaan pembangunan mereka.

Pada waktu itu masyarakat Manado juga mengetahui bahwa mereka juga berhak atas hak menentukan diri sendiri (self determination) yang sesuai dengan sejumlah persetujuan dekolonisasi.

Di antaranya adalah Perjanjian Linggarjati, Perjanjian Renville dan Konferensi Meja Bundar yang berisi mengenai prosedur-prosedur dekolonisasi atas bekas wilayah Hindia Timur.

Pemerintah pusat Republik Indonesia yang dideklarasikan di Jakarta pada 17 Agustus 1945 kemudian menggunakan operasi-operasi militer untuk menghentikan gerakan-gerakan yang mengarah kepada kemerdekaan.

Pemberontakan DI/TII

Dikutip dari Wikipedia, Negara Islam Indonesia (disingkat NII; juga dikenal dengan nama Darul Islam atau DI) yang artinya adalah "Rumah Islam" adalah kelompok Islam di Indonesia yang bertujuan untuk pembentukan negara Islam di Indonesia.

Ini dimulai pada 7 Agustus 1949 oleh sekelompok milisi Muslim, dikoordinasikan oleh seorang politisi Muslim radikal, Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo di Desa Cisampah, Kecamatan Ciawiligar, Kawedanan Cisayong, Tasikmalaya, Jawa Barat.

Kelompok ini mengakui syariat islam sebagai sumber hukum yang valid. Gerakan ini telah menghasilkan pecahan maupun cabang yang terbentang dari Jemaah Islamiyah ke kelompok agama non-kekerasan.

Gerakan ini bertujuan menjadikan Republik Indonesia yang saat itu baru saja diproklamasikan kemerdekaannya dan ada pada masa perang dengan tentara Kerajaan Belanda sebagai negara teokrasi dengan agama Islam sebagai dasar negara.

Dalam proklamasinya bahwa "Hukum yang berlaku dalam Negara Islam Indonesia adalah Hukum Islam", lebih jelas lagi dalam undang-undangnya dinyatakan bahwa "Negara berdasarkan Islam" dan "Hukum yang tertinggi adalah Al Quran dan Sunnah"

Proklamasi Negara Islam Indonesia dengan tegas menyatakan kewajiban negara untuk membuat undang-undang yang berlandaskan syariat Islam, dan penolakan yang keras terhadap ideologi selain Alqur'an dan Hadits Shahih, yang mereka sebut dengan "hukum kafir".

Tragedi di Balik Hari Kesaktian Pancasila

Hari Kesaktian Pancasila berkaitan dengan peristiwa Gerakan 30 September (G30S) 1965.

Dilansir TribunWow.com dari TribunJogja, Senin (1/10/2018), hingga kini, insiden G30S masih menjadi perdebatan di lingkungan akademis terkait motif dan penggiat di baliknya.

Otoritas militer dan kelompok besar saat itu menyebut jika insiden G30S merupakan usaha Partai Komunis Indonesia (PKI) untuk mengubah Pancasila menjadi ideologi komunis.

Pemerintah saat itu menggambarkan oknum-oknum tertentu melakukan upaya kudeta dengan membunuh enam jenderal, satu orang kapten dan beberapa orang lainnya.

Otoritas militer Indonesia akhirnya berhasil meredam gejolak yang timbul dari G30S.

Atas insiden yang telah terjadi, pemerintah Orde Baru akhirnya menetapkan tanggal 30 september sebagai Hari Peringatan G30S.

Sedangkan tanggal 1 Oktober ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila.

Peringati Hari Kesaktian Pancasila, Dipo Alam: Semoga Pengkhianatan pada Pancasila Tak Terjadi Lagi

Mantan Sekretaris Kabinet era Susilo Bambang Yudhoyono, Dipo Alam turut memperingati Hari Kesaktian Pancasila.

Hal ini terlihat dari laman Twitter Dipo Alam @dipoalam49, Senin (1/9/2018).

Dipo alam mengunggah ucapan peringatan 1 Oktober 2018 sebagai Hari Kesaktian Pancasila.

Dengan diperingatinya Hari Kesaktian Pancasila, Dipo Alam berharap penghianatan terhadap pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidak terjadi lagi.

"1 Oktober 2018, SELAMAT HARI KESAKTIAN PANCASILA. Semoga pengkhianatan G-30S-PKI, dan semacamnya, terhadap PancasIla dan NKRI tidak terjadi lagi. Aamin," tulis Dipo Alam dalam akun Twitternya.

Unggahan Peringatan Hari Kesaktian Pancasila oleh Dipo Alam (Twitter @dipoalam49) ()

Unggahan Peringatan Hari Kesaktian Pancasila oleh Dipo Alam (Twitter @dipoalam49)

Dikutip dari catatan Kompas.com, Staf Pusat Studi Pancasila Universitas Gadjah Mada (UGM) Diasma Sandi Swandaru memberi penjelasan mengenai Hari Kesaktian Pancasila.

Menurutnya, peringatan 1 Oktober sebagai Hari Peringatan Pancasila dilatarbelakangi tragedi berdarah yang menewaskan enam jenderal pada 30 Oktober 1965.

Sejak peristiwa tersebut, beberapa rangkaian kegiatan terus dilakukan.

Di antaranya pemasangan bendera setengah tiang, peringatan Hari Kesaktian Pancasila, pembuatan Monumen Pancasila, dan pemberian gelar Pahlawan Revolusi kepada korban gerakan tersebut.

Pemerintah pada saat itu meyakini gerakan tersebut merupakan pertarungan ideologi Pancasila dengan komunis.

Perang terhadap komunis pada saat itu langsung diserukan.

Pemerintah melakukan aksi sapu bersih dan menewaskan 500 ribu warga serta ribuan warga lainnya dipenjara tanpa proses pengadilan.

Hal ini lantaran mereka dicap sebagai komunis yang anti dengaanPancasila.

Dengan demikian, Pancasila dinilai ampuh dan berhasil menumpas komunis dan PKI dari Indonesia.

Pada pemerintahan Orde Baru, Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia telah dimonopoli penguasa yang mengarah pada otoritarian.

ikap otoriter ini yang menjadi penyebab munculnya gerakan Reformasi 1998.

Kesaktian Pancasila disebut tidak memerlukan hal yang bersifat formal.

Hal ini karena Pancasila merupakan nilai yang mengakar pada jiwa bangsa Indonesia.

Pada era reformasi, Pancasila sengaja dibiarkan tanpa adanya perhatian khusus dari pemerintah.

Saat seperti itulah muncul keunikan bangsa di mana nilai pancasila terus hidup sebagai akar falsafah bangsa.(*)

Baca: Penampakan Petobo dari Udara, Titik Terparah Kerusakannya Akibat Gempa Sulawesi Tengah

Baca: Fitri Terjepit Reruntuhan Bangunan 3 Hari Tidak makan, Hotel Roa-roa Runtuh

Baca: Sejarah Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober, Berawal dari Penculikan Para Jenderal Oleh G30S PKI

Baca: Nasib Letkol Untung Usai G 30S Gagal, Tidak Sengaja Ketemu 2 Anggota Armed

Berita Terkini