Berita Sarolangun

KTP dan BPJS Lengkap, Warga SAD Sarolangun Jambi Tetap Sulit Berobat

SAD di Desa Pematang Kejumat, Kelurahan Limbur Tembesi, Kecamatan Bathin VIII, Kabupaten Sarolangun, Jambi tengah merasakan ketidakadilan

Penulis: Khusnul Khotimah | Editor: Nurlailis
Tribunjambi.com/ Khusnul Khotimah
Masyarakat Suku Anak Dalam (SAD) di Desa Pematang Kejumat, Kelurahan Limbur Tembesi, Kecamatan Bathin VIII, Kabupaten Sarolangun, tengah merasakan ketidakadilan dan kesulitan dalam mendapatkan akses layanan kesehatan yang memadai. 

TRIBUNJAMBI.COM, SAROLANGUN - Masyarakat Suku Anak Dalam (SAD) di Desa Pematang Kejumat, Kelurahan Limbur Tembesi, Kecamatan Bathin VIII, Kabupaten Sarolangun, Jambi tengah merasakan ketidakadilan dan kesulitan dalam mendapatkan akses layanan kesehatan yang memadai. 

Meski janji-janji pemerintah pernah dilontarkan untuk memperbaiki fasilitas dan pelayanan, kenyataannya banyak dari mereka yang merasa diabaikan. 

Juray, Tumenggung SAD Desa Pematang Kejumat menyatakan bahwa meskipun administrasi BPJS dan KTP mereka sudah lengkap, mereka tetap mengalami penolakan saat membutuhkan perawatan medis.

Baca juga: Tapal Batas SAD dan Hutan Konservasi di Tebo Jambi Belum Jelas

"Dulu banyak yang datang meminta suara kami. Tapi sekarang, tidak ada apa-apa yang kami dapatkan. Kami sudah banyak berbicara, tetapi tetap saja tidak ada hasil," Kata Juray Minggu malam (20/7/2025).

Masyarakat SAD di desa ini mengalami berbagai kendala dalam hal kesehatan. Tidak jarang mereka merasa diperlakukan berbeda.

Satu diantara insiden yang menguatkan kekecewaan mereka adalah ketika cucu warga tersebut demam, namun menurutnya obat yang diberikan adalah obat luka. 

Kejadian seperti ini semakin memperburuk rasa ketidakpercayaan mereka terhadap fasilitas kesehatan yang ada di sekitar mereka, terutama di Puskesmas Limbur Tembesi yang seharusnya menjadi tempat mereka mendapatkan perawatan.

Menurut informasi yang dihimpun, banyak warga yang bahkan terpaksa pergi ke Bangko (Kabupaten Merangin) untuk berobat, karena mereka merasa lebih diprioritaskan di sana meski administrasi belum sepenuhnya selesai.

Baca juga: Warga SAD Diduga Tertembak Rekan Sendiri Saat Berburu Babi di Sarolangun

"Di Bangko, kami di tolong dulu orang sakit, administrasi nanti dulu. kalau kami pergi ke Sarolangun, enggak seperti itu pelayanannya," tambah seorang warga lainnya.

Ironisnya, pernah terjadi seorang warga yang meninggal di rumah sakit Sarolangun karena tidak ditangani dengan baik, bahkan setelah meninggal pun, mereka merasa tidak mendapat perhatian yang layak.

Meski kondisi ini masih terjadi, warga di desa ini tetap menunjukkan semangat untuk memperbaiki kehidupan mereka. 

Prayoga pendamping SAD dari komunitas Pundi Sumatra mengatakan bahwa didesa ini sudah ada pelatihan kepada masyarakat SAD

Pelatihan yang diadakan di desa ini, seperti pelatihan bengkel dan pembuatan gelang dari biji sawit, serta adanya usaha ternak ikan yang bertujuan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. 

"Ada rencana untuk membangun bengkel khusus untuk suku SAD di pemukiman ini. Kami berharap hal ini bisa membuka peluang ekonomi dan memperbaiki kondisi sosial di sini," kata Prayoga 

Dengan jumlah rumah yang hanya sekira 19 rumah, 18 KK dan 54 jiwa, serta fasilitas seperti 3 MCK dan satu pendopo, warga SAD di desa ini sebenarnya sudah mulai beradaptasi dengan kehidupan modern.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved