Kematian Brigadir Nurhadi

Geruh Wanita Jambi Misri Puspita yang Terus Disudutkan, padahal Ada Dua Tersangka Lain

Pihak keluarga Misri Puspita Sari (24) menyayangkan wanita asal Jambi itu terus disudutkan di media sosial.

Penulis: Mareza Sutan AJ | Editor: Mareza Sutan AJ
istimewa
KERASUKAN - Misri Puspita Sari, wanita asal Jambi yang terseret kasus kematian Brigadir Muhammad Nurhadi, polisi aasl NTB, sempat kesurupan. Dia menyebut nama-nama pelaku yang terlibat. Ada tiga tersangka terjerat dalam kasus ini, yakni Misri, Kompol I Made Yogi Purusa Utama dan Ipda Haris Chandra, yang sebelumnya bertugas di Propam Polda NTB. 

Neni mengungkapkan keponakannya merupakan pribadi yang berprestasi, baik akademik maupun nonakademik.

“Buktinya, Misri menjadi kandidat Bujang Gadis Jambi. Bahkan di nasional, serta berjumpa langsung dengan Presiden Jokowi," katanya sembari menunjukkan beberapa penghargaan Misri.

Berderet-deret penghargaan telah dikoleksi Misri Puspita Sari

Keponakannya itu sempat mendapat beasiswa prestasi untuk kuliah, tapi tidak diambilnya karena memikirkan adik-adiknya.

"Dia (Misri) mengutamakan keluarga kecilnya (ayah, ibu, adik-adik). Bahkan pasca ayahnya meninggal dia menjadi tulang punggung keluarga," tuturnya.

Neni menjelaskan, Misri bahkan pernah bekerja di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Jambi sebelum bekerja di Jakarta.

Imbas Misri ke Jakarta, adiknya tidak bisa masuk sekolah.
"Satu (adik) tidak jadi masuk kuliah, satu lagi tidak jadi masuk TK, karena biaya," jelasnya. 

Pihak keluarga berharap, kasus ini dikupas dengan seadil-adilnya.

"Kami menuntut transparansi atas kasus ini," katanya.

Rawan Stigma dan Diskriminasi

Misri Puspita Sari atau M (24), disebut mengalami tekanan mental yang cukup serius usai ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus kematian Brigadir Muhammad Nurhadi, anggota Paminal Propam Polda NTB.

Menurut Yan Mangandar Putra dari Aliansi Reformasi Polri untuk Masyarakat NTB, Misri rentan mengalami stigma dan diskriminasi.

Perempuan asal Kota Jambi ini bahkan mengalami kerasukan saat menjalani pemeriksaan pada 29 Juni 2025.

"Puncak kondisi psikis M yang tertekan terjadi pada malam itu, ketika M mengalami kerasukan.

Ia kerasukan arwah seorang Brigadir MN dan mengungkapkan nama pelaku serta cara pembunuhannya," ungkap Yan Mangandar, pada Tribun Lombok, Rabu (9/7).

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved