Israel vs Iran

Update Perang Israel vs Iran, 610 Orang Tewas di Iran dan 28 Orang Tewas di Israel

Jumlah korban tewas akibat perang Israel vs Iran mencapai 638 orang di kedua belah pihak. Dampak itu belum lagi kerugian kemanusiaan, infrastruktur,

Editor: asto s
Tribunnews
DAMPAK PERANG Israel vs Iran selama 12 hari. 

TRIBUNJAMBI.COM - Jumlah korban tewas akibat perang Israel vs Iran mencapai 638 orang di kedua belah pihak.

Dampak itu belum lagi kerugian kemanusiaan, infrastruktur, perekonomian dan sosial politik di kedua negara.

Berikut ini update terbaru perang Israel vs Iran dan dampak kerugiannya.

Konflik antara Israel dan Iran menyebabkan krisis kemanusiaan dan kerugian ekonomi yang besar bagi kedua belah pihak serta memicu isu potensi gangguan perdagangan global dan terjadi pengalihan penerbangan.

Litbang Kompas menuliskan, perang 12 hari antara Iran dan Israel berakhir dengan gencatan senjata yang dimediasi Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. 

Salah satu konflik paling intens di Timur Tengah ini telah mengguncang kawasan yang sudah tidak stabil akibat kekerasan selama hampir dua tahun. 

Dengan gencatan senjata itu, ruang kembali terbuka untuk berdamai bagi kedua belah pihak.

Meskipun pertempuran langsung telah berhenti, baik Israel maupun Iran sama-sama mengklaim kemenangan. 

Presiden Iran Masoud Pezeshkian menyatakan, kemenangan baru-baru ini yang diraih Iran merupakan hasil langsung dari tekad yang kuat dan perlawanan heroik rakyat Iran

Warga Iran pun menggelar perayaan di jalan-jalan.

Di sisi lain, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengklaim sebuah ”kemenangan untuk generasi mendatang”. 

Dalam pesan video yang dirilis pada Selasa (24/6/2025), Netanyahu menekankan bahwa Israel berhasil menghilangkan dua ancaman eksistensial: bahaya yang mengancam yang ditimbulkan oleh program senjata nuklir Iran dan ancaman 20.000 rudal balistik yang sedang dikembangkan secara aktif oleh Teheran.

Para pakar menilai bahwa gencatan senjata ini hanyalah sebuah jeda, bukan sebuah perjanjian damai yang menyelesaikan akar permasalahan. 

Masa depan program nuklir Iran menjadi salah satu isu sentral yang akan menentukan arah perdamaian.

Pemimpin kelompok Hizbullah Lebanon (kanan) mengatakan semua tujuan Israel (PM Benjamin Netanyahu; kiri) dalam serangan terbarunya terhadap Iran gagal total, Kamis (26/6/2025).
Pemimpin kelompok Hizbullah Lebanon (kanan) mengatakan semua tujuan Israel (PM Benjamin Netanyahu; kiri) dalam serangan terbarunya terhadap Iran gagal total, Kamis (26/6/2025). (Ist/ Kolase Tribun Jambi)

Terlepas dari gencatan senjata yang sudah dicapai, konflik selama 12 hari tersebut telah meninggalkan luka yang mendalam bagi Iran dan Israel, membebani rantai pasok regional, dan mengirimkan dampak buruk ke pasar energi dan perdagangan global. 

Meskipun gencatan senjata masih berlaku, biaya penuh perang ini masih terus berlangsung hingga kini.

Kerugian Israel dan AS akibat perang dengan Iran

Perang antara Israel dan Iran telah menimbulkan krisis kemanusiaan dan kerugian ekonomi bagi kedua belah pihak. 

Bom, rudal, hingga pesawat nirawak (drone) silih berganti menghujam ke kedua belah pihak sehingga menimbulkan banyak korban jiwa, luka-luka, hingga hancurnya gedung dan infrastruktur.

The Times of Israel (24/6/2025) melaporkan, serangan rudal balistik Iran terhadap Israel selama 12 hari perang telah merenggut nyawa 28 orang dan melukai lebih dari 3.000 orang. 

Baca juga: Gencatan Senjata Israel-Iran Berlaku, Serangan di Gaza Belum Mereda

Kementerian Kesehatan Israel mengatakan, total 3.238 orang dirawat di rumah sakit, termasuk 23 orang yang terluka parah; 111 orang terluka sedang; 2.933 orang terluka ringan; 138 orang menderita kecemasan akut; dan 30 orang lainnya yang kondisinya belum dipastikan.

Sebagian besar korban adalah warga sipil Israel. Angkatan Bersenjata Israel (IDF) melaporkan hanya tujuh tentara terluka dalam satu dampak rudal di Israel dan seorang tentara yang sedang tidak bertugas tewas di Beersheba. 

Pihak berwenang Israel mengatakan lebih dari 9.000 orang telah mengungsi dari rumah mereka, puluhan di antaranya rusak atau hancur akibat serangan Iran.

Menurut IDF, Iran meluncurkan sekitar 550 rudal balistik dan sekitar 1.000 pesawat nirawak ke Israel selama perang. 

Sebagian besar rudal mampu dicegat oleh pertahanan udara Israel dan AS dengan tingkat intersepsi sekitar 90 persen.

Meski demikian, setidaknya 31 rudal balistik menghantam daerah berpenduduk atau lokasi infrastruktur penting, termasuk pembangkit listrik di Israel selatan, kilang minyak di Haifa, dan universitas di Israel tengah. 

Puluhan rudal lainnya menghantam daerah terbuka, tanpa menimbulkan kerusakan yang berarti.

Akibat konflik dengan Iran, ekonomi Israel harus menanggung biaya besar yang bernilai miliaran dollar AS. 

Financial Express melaporkan bahwa Israel menghabiskan sekitar 5 miliar dollar AS (sekitar Rp 81,6 triliun) hanya dalam pekan pertama serangan ke Iran.

Biaya yang dihabiskan per hari selama perang mencapai 725 juta dollar AS, sebagian besar di antaranya (593 juta dollar AS) untuk menyerang Iran.

Perkiraan kerugian ekonomi Israel juga diungkap dalam laman TRT Global (25/6/2025). 

Dalam laporannya, Israel diperkirakan menghabiskan sekitar 5 miliar dollar AS pada minggu pertama serangan terhadap Iran

Biaya perang harian berkisar 593 juta dollar AS hingga 725 juta dollar AS untuk operasi ofensif dan 132 juta dollar AS untuk pertahanan dan mobilisasi.

Menurut The Wall Street Journal, sistem antirudal saja menghabiskan biaya Israel antara 10 juta dollar AS dan 200 juta dollar AS per hari. 

Jika konflik berlanjut selama sebulan penuh, biaya yang dihabiskan mungkin melebihi 12 miliar dollar AS seturut perkiraan Institut Aaron untuk kebijakan ekonomi.

Meskipun secara ekonomi lebih tangguh, Israel diperkirakan mengalami kerugian sebesar 11,5 miliar dollar AS hingga 17,8 miliar dollar AS, atau 2,1 persen sampai 3,3 persen dari PDB Israel sebesar 540 miliar dollar AS. 

Angka itu mencakup pengeluaran militer, kerusakan infrastruktur, dan pencegatan lebih dari 400 rudal Iran.

Kendati demikian, angka tersebut belum memperhitungkan penutupan usaha, penangguhan penerbangan komersial, dan kesenjangan tenaga kerja di bidang pertanian dan konstruksi. 

Biaya peluang ini, termasuk penghentian investasi dan penundaan proyek-proyek besar, dapat berdampak jangka panjang.

Sementara itu, The Times of Israel pada Senin (22/6/2025) melaporkan biaya kerusakan properti akibat serangan rudal dari Iran telah mencapai 4,5 miliar shekel atau sekitar 1,32 miliar dollar AS. 

Total klaim itu diperkirakan akan meningkat hingga 500 juta shekel lagi. Sekitar 40.000 klaim properti atas perang tersebut telah diajukan. 

Angka itu diprediksi akan mencapai 50.000 klaim atau lebih, termasuk klaim dari pabrik-pabrik yang masih menilai tingkat kerusakannya.

Bagaimana dengan pihak AS? 

Amerika Serikat melalui serangan dengan nama sandi Operasi Godam Tengah Malam (Midnight Hammer), mengerahkan 125 pesawat, termasuk pengebom siluman B-2, dan rudal jelajah Tomahawk untuk menghantam jantung teknologi nuklir Iran, yakni Fordow, Natanz, dan Isfahan.

Operasi yang dilancarkan Presiden Trump itu menyebabkan AS mengalami ”peristiwa fiskal kecil” berkisar 1 miliar dollar AS dan 2 miliar dollar AS. 

Biaya operasi itu merupakan persentase kecil dari ekonomi AS yang mencapai 28 triliun dollar AS.

Berapa besar kerugian Iran akibat perang melawan Israel?

Eskalasi militer antara Iran dan Israel juga menciptakan krisis kemanusiaan dan kerugian ekonomi yang besar di pihak Iran

Selama 12 hari perang, Kementerian Kesehatan Iran melaporkan setidaknya 610 orang tewas akibat serangan militer Israel, termasuk 100 orang dalam 24 jam terakhir sebelum gencatan senjata diberlakukan, seperti dikutip dari laman New Arab (25/6/2025). 

Baca juga: Antre Tepung Berujung Maut, 80 Warga Gaza Tewas Ditembak Pasukan Israel

Sebanyak 4.700 orang di Iran juga dilaporkan mengalami luka-luka selama periode serangan tersebut.

Dari jumlah korban jiwa, 95 persen meninggal di bawah reruntuhan bangunan, sedangkan sisanya meninggal dalam perawatan medis. 

Tiga rumah sakit di Iran harus dievakuasi karena tidak lagi bisa menjamin keselamatan pasien.

Serangan Israel terhadap Iran menewaskan 28 ilmuwan Iran, termasuk 12 ahli nuklir dan dua spesialis kecerdasan artifisial (AI). 

Beberapa di antaranya adalah Mohammad Mehdi Tehranchi (ilmuwan nuklir utama), Fereydoun Abbasi (Kepala Organisasi Energi Atom); Tehranchi (fisikawan dan Rektor Universitas Islam Azad Iran); dan Abdolhamid Minouchehr (ilmuwan nuklir dan Dekan Fakultas Teknik Nuklir Universitas Shahid Baheshti).

Serangan Israel juga menyasar para petinggi militer Iran. Setidaknya 20 komandan militer senior Iran tewas akibat serangan Israel

Beberapa korban tewas di antaranya adalah Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran Mayjen Mohammad Bagheri, Kepala Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Mayjen Hossein Salami, Kepala Markas Pusat Khatam-al Anbiya (komando darurat) Mayjen Gholam Ali Rashid, beserta penggantinya, Mayjen Ali Shadmani. 

Selain itu, ratusan tentara IRGC lainnya, termasuk sejumlah anggota badan keamanan internal Basij, diperkirakan tewas dalam serangan Israel.

Israel juga menghantam 21 dari 31 provinsi Iran, merusak bandara (Tabriz, Mehrabad), lokasi nuklir dan militer (Natanz, Fordow, Pabrik Rudal Shiraz, Parchin), dan fasilitas energi. 

Pengeboman Israel juga menargetkan kementerian pertahanan, kantor pusat TV pemerintah, serta Organisasi Inovasi dan Penelitian Pertahanan Iran.

Ilustrasi serangan yang menyebabkan kebakaran. Tujuh tentara Israel dilaporkan tewas dalam serangan yang dilancarkan Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas di jalur Gaza pada Selasa (24/6/2025).
Ilustrasi serangan yang menyebabkan kebakaran. Tujuh tentara Israel dilaporkan tewas dalam serangan yang dilancarkan Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas di jalur Gaza pada Selasa (24/6/2025). (Ist)

Peretas Israel juga mengganggu sistem perbankan Iran dan meretas siaran TV pemerintah. 

Sementara itu, pasukan AS menggunakan bom penghancur bunker untuk menyerang fasilitas pengayaan nuklir di Isfahan, Natanz, dan Fordow pada 21 Juni.

Serangan Israel-AS terhadap Iran itu tentu menimbulkan kerusakan ekonomi di wilayah Iran

Dikutip dari laman TRT Global Selasa (25/6/2025), Krieg, seorang analis pertahanan, memperkirakan kerugian langsung dan tidak langsung Iran 24 miliar dollar AS hingga 35 miliar dollar AS. 

Kerugian tersebut berkisar 6,3 persen hingga 9,2 persen dari produk domestik bruto (PDB) Iran yang diperkirakan 380 miliar dollar AS.

Selain itu, serangan AS dan Israel telah merusak infrastruktur nuklir Iran dan menyebabkan penurunan tajam ekspor minyak Teheran. 

Kerusakan pada instalasi energi dan infrastruktur militer itu akan memperdalam kelemahan struktural Iran dan menunda pemulihan pascaperang.

Perang Israel-Iran berdampak pada perdagangan global?

Ketegangan geopolitik antara Israel dan Iran tersebut juga berdampak pada perdagangan dunia dan pasar energi. 

Salah satu dampak paling nyata dari konflik ini adalah potensi terganggunya pasokan minyak dunia. 

Para pedagang mengira Iran akan memblokir Selat Hormuz, jalur strategis yang dilalui sekitar 20 persen dari total transaksi minyak dunia pada tahun 2024.

Kekhawatiran penutupan jalur ini membuat kapal-kapal harus memilih jalur lain yang biayanya tidak seefisien pelayaran melalui Selat Hormuz. 

Menurut Energy Information Administration (EIA), disrupsi di jalur ini akan berdampak besar terhadap pasar energi di China, India, Jepang, dan Korea Selatan.

Akibatnya, premi asuransi untuk kapal tanker melonjak, dua kali lipat dalam beberapa kasus dan biaya pengiriman melonjak, karena harga minyak mentah sempat cenderung naik 15 persen sampai 20 persen karena konflik. 

Namun, ketika kesepakatan gencatan senjata Israel-Iran diumumkan Presiden AS Donald Trump pada 23 Juni 2025, harga minyak dunia langsung menyusut. 

Turun dari sebelumnya di atas 75 dollar AS/barel menjadi di bawah 70 dollar AS/barel. Harga ini sementara masih relatif stabil hingga saat ini.

Selain minyak, perdagangan yang lebih luas juga mengalami gejolak apabila konflik berkepanjangan. 

Perusahaan pelayaran global utama akan mengubah rute kapal, menyewa tonase siaga, dan menunda operasi ke Teluk. 

Perubahan logistik ini berisiko meningkatkan biaya dan memperpanjang waktu pengiriman, terutama berdampak pada ekonomi, seperti India, China, dan Eropa, yang sangat bergantung pada ekspor energi Teluk.

Sektor lain lagi, seperti pertanian, pulp, dan kertas, juga merasakan dampaknya karena keterlambatan pengiriman memicu biaya tersembunyi. 

Secara keseluruhan, perang ini memperlihatkan sensitivitas ekstrem perdagangan global terhadap konflik di Teluk dan menggarisbawahi pentingnya Hormuz sebagai jalur perdagangan global.

Perang Iran-Israel turut berdampak pada penerbangan internasional, termasuk berdampak pada sejumlah penerbangan dari dan menuju Indonesia. 

Beberapa maskapai memutuskan untuk membatalkan jadwal terbang menuju Timur Tengah guna menghindari konflik. 

Pembatalan penerbangan yang meluas dan pengalihan rute tersebut telah meningkatkan biaya operasional maskapai sehingga rentan merugikan kinerja bisnis.

Namun, seiring meredanya ketegangan Israel-Iran, sejumlah penerbangan ke Timur Tengah berangsur dibuka. 

Harapannya, konflik tak lagi meningkat sehingga kedamaian dan stabilitas kawasan tercipta. (*)

Baca juga: Khamenei Akhirnya Muncul, Klaim Iran Menang Lawan Israel dan Tampar Amerika Serikat

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved