Tradisi Unik
Ini Mitos 4 Pantangan yang Tak Boleh Dilakukan Saat Bulan Suro
Suro merupakan satu di antara bulan dalam penanggalan Jawa yang diciptakan Sultan Agung, Raja Mataram abad ke-16 M, berdasarkan kalender Hijriah
Han Gagas berkata, "Budaya Suro bisa dianggap bulan spiritual sehingga waktunya untuk ibadah dan membersihkan dari sifat, sikap, watak nafsu angkara, aluamah, sufiyah, mutmainah, dan bisa dianggap sebagai bulan rehat dan refleksi renungan, bukan untuk membuat hajat yang berdampak pada pengeluaran keuangan terlalu banyak.
Hal ini tentu bermakna bahwa di bulan spiritual ini, alangkah lebih baik jika menggunakannya untuk beribadah, untuk merehatkan diri dari hingar-bingar dunia, bahkan untuk merenungkan kehidupan agar berjalan lebih baik.
Sedangkan, jika hajatan pernikahan atau hajatan lain digelar, masyarakat akan cenderung mengeluarkan biaya yang banyak untuk hajatan tersebut.
Hal ini tentu membuat bulan spiritual tidak dimanfaatkan dengan maksimal karena kesempatan untuk beribadah dan renungan berkurang atau malah hilang sama sekali berganti dengan pesta hajatan.
Selain dari segi spiritual, pantangan menikah di bulan Suro bisa pula dikaitkan dari segi sosial dan ekonomi.
Bukan Bulan Menakutkan?
Menurut KH Bukhari Masruri Bulan Muharam atau bulan Suro dalam istilah Jawa bukanlah bulan yang menakutkan.
Ketua PWNU Jawa Tengah periode 1985-1995 itu mengatakan sebaliknya, bahwa bulan Muharam itu memiliki banyak keutamaan dan penuh dengan keistimewaan.
“Masyarakat memandang bulan muharam sebagai bulan ketakutan. Padahal muharam itu bulan yang penuh dengan keberkahan,” katanya.
"Orang Jawa perlu let (jeda), termasuk kondisi keuangan. Jika terlalu banyak hajatan yang kudu nyumbang nanti kasihan bisa buat banyak yang marah atau terlalu ngoyo kerja buat nyumbang, itu bisa buat aura negatif. Ini versi yang modern ke manajemen uang," tambahnya.
Dalam masyakarakat Jawa, menikah bisa dilakukan sepanjang tahun, kecuali pantangan pada bulan Suro.
KH Sholeh Darat menyebutkan dalam kitab Lathaifut Thaharah wa Asrarus Shalah tentang kemuliaan bulan Muharram:
“Bahwa awal Muharram itu adalah tahun barunya seluruh umat Islam. Adapun tanggal 10 Muharram adalah “Hari Raya”yang digunakan untuk bergembira dengan shadaqah.
Hari raya ini adalah untuk mensyukuri nikmat Allah, bukan hari raya dengan shalat.
Tetap hari raya dengan pakaian rapi dan memberikan makanan kepada para faqir.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.