Tradisi Unik

Arakan Sahur di Tungkal Sudah Jadi Budaya

TRIBUNJAMBI.COM - Arak-arakan sahur, sebuah identitas yang sangat melekat dan merupakan budaya di Kuala Tungkal.

Penulis: Awang Azhari | Editor: Rahimin
TRIBUNJAMBI/AWANG AZHARI
Sekda Tanjabbar Muklis melepas peserta arakan sahur 

Laporan Wartawan Tribun Jambi, Awang Azhari

TRIBUNJAMBI.COM, KUALA TUNGKAL - Arak-arakan sahur, sebuah identitas yang sangat melekat dan merupakan budaya di Kuala Tungkal. Kegiatan yang dilaksanakan setiap malam Minggu selama Ramadan ini selalu meriah layaknya karnaval atau pesta rakyat.

 Keberadaannya bukan sekedar menghibur atau mencari peserta terbaik, namun ini menandakan betapa atusiasnya warga atas hadirnya bulan suci. Ribuan orang selalu memadati sepanjang jalan yang menjadi rute arak-arakan sahur.

 Pesertanya didominasi remaja yang mewakili seluruh masjid atau langgar yang ada di Kuala Tungkal. Mereka berusaha untuk menampilkan yang terbaik, bukan hanya permainan musik dan lagu-lagu, namun juga keindahan maket yang dibuat.

 Macam-macam maket digambarkan peserta dalam berbagai bentuk. Ada yang menyerupai Alquran raksasa, miniatur masjid, kapal pinisi, dan banyak lainnya.

 Barisan rapi para peserta memanjang hampir satu kilometer, anak-anak dan orang dewasa yang menjadi peserta berseragam menyesuaikan tema yang diusung timnya.

 Kumandang takbir dan lafaz-lafaz ke-Islaman menggema memecahkan dinginnya dinihari kota pesisir, terlebih diiringi suara tabuh-tabuhan para peserta yang terbuat dari besi, bambu dan beduk. Tepuk tangan penonton dan letupan kembang api pun membuat suana semakin meriah. Dapat dipastikan, tak satupun event yang ada di Tanjab Barat mampu mengalahkan meriahnya arak-arakan sahur.

 Entah siapa yang memulai namun budaya ini sudah sangat melekat di masyarakat Kuala Tungkal khususnya. Sejauh ini, belum satupun orang yang mampu menerangkan sejarah munculnya budaya ini.

 Bahkan meski secara resmi event ini disponsori oleh pemerintah, namun pihak pemerintah sendiri tak mengetahui kapan asal muasal budaya ini ada. "Dulu budaya ini tidak terorganisir, masing-masing masjid melakukan layaknya takbiran. Tapi melihat budaya yang menarik ini, akhirnya diorganisir oleh pemerintah," kata Kabag Humas Pemkab Tanjab Barat.

 Yang jelas, kata Kabag Humas, sebagai identitas daerah, budaya ini harus tetap dijaga, jangan sampai meredup seiring majunya era modernisasi. 

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved