Berita Politik

Ketum Rampai Nusantara Balas Ahmad Sahroni Minta Jokowi Belajar ke SBY, Singgung Demokrat

Pernyataan politisi Partai Nasdem, Ahmad Sahroni yang meminta agar Jokowi mencontoh SBY)  pasca lengser dari kepala negara direspon Mardiansyah Semar.

Penulis: Darwin Sijabat | Editor: Darwin Sijabat
Dok. Biro Pers Sekretariat Presiden
Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bersalaman dengan Presiden Joko Widodo sebelum membicarakan sejumlah hal di Istana Merdeka, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Sabtu (21/9/2024).. Pernyataan politisi Partai Nasdem, Ahmad Sahroni yang meminta agar Jokowi mencontoh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)  pasca lengser dari kepala negara direspon Ketua Umum Rampai Nusantara, Mardiansyah Semar. (Dok. Biro Pers Sekretariat Presiden) 

Ketum Rampai Nusantara Balas Ahmad Sahroni Minta Jokowi Belajar ke SBY, Singgung Demokrat

TRIBUNJAMBI.COM - Pernyataan politisi Partai Nasdem, Ahmad Sahroni yang meminta agar Jokowi mencontoh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)  pasca lengser dari kepala negara direspon Ketua Umum Rampai Nusantara, Mardiansyah Semar.

Kata Mardiansyah, setiap warga negara memiliki hak politik dan dilindungi Undang-Undang, termasuk bagi Presiden ke-7, Joko Widodo.

Dia menyampaikan itu menanggapi berbagai spekulasi perkembangan politik nasional saat ini.

Seperti diketahui, Jokowi belakangan ini menyatakan akan bergabung ke PSI dan dikabarkan akan menjadi Ketua Umum.

Kabar tersebut sebelumnya direspon Ahmad Sahroni dengan meminta agar mencontoh ke SBY dengan memberikan urusan politik kepada anak dan menantu.

Permintaan Ahmad Sahroni itu kemudian direspon Mardiansyah Semar, dengan mengatakan hak politik semua warga sama.

“Hak politik adalah hak konstitusional setiap warga negara, termasuk bapak Joko Widodo. Tidak ada aturan yang melarang beliau untuk memilih arah politiknya setelah selesai menjabat, apalagi yang dijadikan rujukan Pak SBY ya tentu tidak tepat karena sampai saat ini beliau menjabat Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat,” ujar Semar kepada wartawan, Rabu (11/6/2025).

Menurutnya, wacana pihak yang mencoba membatasi atau menggiring opini bahwa Jokowi untuk tidak berpolitik lagi setelah masa tugasnya merupakan bentuk pengkerdilan terhadap demokrasi.

Baca juga: KONTROVERSI Kader PSI Anggap Jokowi Nabi, Politisi PDIP: Fanatisme Ekstrem, Pembodohan Publik

Baca juga: PERKARA SIULAN Guru di Demak Jateng Tendang Kepala Siswa SMP Viral, Kasus Kini Ditangani Polisi

Baca juga: MODUS Yekis Wanimbo Kelabuhi Satgas Cartenz Terungkap, Pelarian DPO KKB Papua Berakhir di Bui

“Silakan saja beliau menentukan sikap politik, apakah tetap aktif, bergabung dengan partai, atau membentuk wadah baru. Itu semua sah menurut hukum dan demokrasi,” tambahnya.

Semar juga mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menghormati hak-hak dasar politik setiap individu tanpa prasangka.

 “Demokrasi akan tumbuh sehat jika semua pihak saling menghargai pilihan politik orang lain termasuk Pak Jokowi tanpa terkecuali,” pungkas Mardiansyah.

Sebelumnya, Bendahara Umum Partai NasDem, Ahmad Sahroni mengatakan, Presiden ke-7 Joko Widodo atau Jokowi bebas menentukan arah politiknya pasca-menjabat sebagai kepala negara.

Hal ini merespons isu pencalonan Jokowi sebagai Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) maupun Partai Solidaritas Indonesia (PSI).

"Beliau (Jokowi) mau kemana saja boleh kok," kata Sahroni kepada wartawan, Senin (9/6/2025).

Namun, Sahroni menyarankan agar Jokowi menimbang opsi untuk tidak lagi aktif dalam politik praktis. 

Dia mencontohkan mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang memilih hidup tenang setelah masa jabatannya berakhir.

Baca juga: JOKOWI Disebut Miliki Kriteria Nabi, Kader PSI: Beliau Menikmati Menjadi Manusia Biasa

"Saran saya sebagai adik, kiranya Pak Jokowi lihat, contoh kayak Pak SBY hidup tenang dan menikmati hidup setelah tidak lagi jadi presiden. Saya bangga lihatnya," ujar Sahroni.

Sahroni menilai, saat ini merupakan momentum bagi Jokowi untuk memberikan ruang kepada anak-anaknya, termasuk Gibran Rakabuming Raka dan menantunya, Bobby Nasution, yang telah aktif di dunia politik.  

"Sebagai saran dan masukan, berilah urusan politik bagi anak dan mantu yang saat ini sedang bertugas. Pak Jokowi sebagai ayah harus selalu ngawasin anak dan mantunya yang lagi bekerja untuk rakyat. Insya Allah mereka akan jadi penerus Pak Jokowi ke depan," ungkapnya.

Sinyal Jokowi untuk bergabung PSI, partai yang diketuai putra bungsunya, Kaesang Pangarep, tampaknya semakin menguat.

Sebab, ketika ditanya wartawan, Jokowi enggan untuk masuk PPP meski santer disebut masuk dalam bursa calon ketua umum (caketum).

Jokowi mengatakan, di dalam internal PPP, masih banyak tokoh yang lebih layak memimpin partai berlambang Ka'bah itu ketimbang dirinya.

"Yang di PPP saya kira banyak calon-calon ketua umum yang jauh lebih baik, yang punya kapasitas, kapabilitas, punya kompetensi. Banyak calon yang dipilih, banyak sekali,” ujar Jokowi di Solo, Jumat (6/6/2025), dikutip dari Tribun Solo.

Setelah itu, Jokowi memberikan penegasan bahwa dirinya lebih memilih masuk ke PSI meski belum ada pencalonan resmi sebagai caketum.

"Saya di PSI saja lah," katanya singkat.

Jokowi juga menjawab kemungkinan dilirik partai lain selain PSI dan PPP.

Lagi-lagi, mantan Wali Kota Solo itu kembali menegaskan lebih memilih untuk masuk ke PSI.

Simak berita terbaru Tribunjambi.com di Google News

Baca juga: Damkar Tak Kunjung Datang, Warga Kerinci Jambi Padamkan Api dengan Air Kemasan

Baca juga: KONTROVERSI Kader PSI Anggap Jokowi Nabi, Politisi PDIP: Fanatisme Ekstrem, Pembodohan Publik

Baca juga: Pengakuan Mahasiswi di Jambi Kepala Dihantam Pakai Airsoft Gun Gara-gara 5 Kali Tagih Utang

Baca juga: PERKARA SIULAN Guru di Demak Jateng Tendang Kepala Siswa SMP Viral, Kasus Kini Ditangani Polisi

Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved