Ritual Mandi Balimau, Salah Satu Kebudayaan Masyarakat Kerinci dari Zaman Dahulu Kala
Dalam banyak kesempatan disetiap acara “Kenduri Sko” yang dilaksanakan di Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi, saya melihat ada kegiatan “Mandi Balimau”
Ditulis Oleh : Zarmoni, Pegiat Budaya Kerinci
Dalam banyak kesempatan disetiap acara “Kenduri Sko” yang dilaksanakan di Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi, saya melihat ada kegiatan “Mandi Balimau” yang dilaksanakan secara masal, dan juga “Mandi Balimau” untuk barang pusaka.
Ritual tersebut rutin dilaksanakan, dan akhirnya saya mencoba untuk mencari informasi tentang kebudayaan mandi balimau itu.
Pada hari kamis tanggal 14 November 2024, saya mengunjungi salah seorang tokoh Adat yang berasal dari Siulak Kecil, yaitu Bapak Mat Tana’in untuk mendengar pendapat beliau tentang “Mandi Balimau”.
Menurut Mat Tana’in, “Pada zaman dahulu kala, ketika kesialan serta musibah atau bencana alam yang kerap terjadi di suatu daerah dalam Kabupaten Kerinci, atau penyakit seseorang yang tidak bisa disembuhkan dengan pengobatan medis maupun herbal, maka masyarakat mengadakan acara Ritual Khusus (ritus) “Mandingin Neghi” dan “Mandi Balimau” di sungai untuk menghilangkan malapetaka dan musibah serta kesialan yang dialami.
Sehingga, sebagian masyarakat terus melestarikan kearifan lokal ini dalam ritual khusus (ritus) Mandingin Neghi, Tolak Bala ataupun kenduri sko dan kenduri sudah tuai. Dimana hutan, sungai, dan tempat hunian manusia diyakini oleh masyarakat ada yang menjaga dan memelihara.
Oleh karena itu, menjaga kelestarian hutan, sungai, dan hubungan sosial kemasyarakatan telah diatur secara adat tradisional oleh para leluhur yang disebut “Ninek” oleh masyarakat Kerinci.
Saya juga menemui salah seorang Tokoh Pelestari Ritus di Kerinci, yaitu Baliyan Salih (Baliyan salih adalah salah seorang yang bisa berkomunikasi dengan arwah leluhur atau makhluk gaib) yang bernama Ibu Zaidan.
Baca juga: Wisata Jambi Danau Sigombak, Destinasi yang Menawarkan Tradisi Mandi Balimau Gedang Sejak 1967
Baca juga: Jelang Nataru Harga Cabai Merah di Batanghari Naik Jadi Rp 35 Per Kg, Harga Daging Stabil
Menurut beliau, mandi balimau adalah menyucikan jiwa dan raga manusia dengan menggunakan media limau/jeruk yang sudah di mantrai oleh baliyan shalih.
Lain kesempatan, saya berkunjung ke Desa Plak Naneh untuk bertemu dengan Bapak Salamuddin gelar Jindah Putih Duo Kaludun salah satu tokoh Adat masyarakat Kerinci, menurut pendapat beliau, Mandi Balimau ialah salah satu sarana penyucian lahir dan bathin manusia sebelum masuk bulan ramadhan dan sebelum Idul Fitri.
Sementara itu menurut salah satu ulama Kerinci, Buya Idris M.PdI, Mandi Balimau merupakan sarana pembersihan diri pada zaman dahulu sebelum sabun ditemukan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Mandi Balimau ini merupakan salah satu adat tradisi dan kebudayaan masyarakat Kerinci yang telah dilaksanakan secara turun temurun dari zaman nenek moyang, tentunya dengan memperhatikan situasi dan kondisi tertentu dalam menjaga keselarasan antara manusia dengan alam dan Sang Pencipta.
“Mandi Balimau bisa dilaksanakan secara massal ataupun perseorangan. Adapun waktu mandi balimau ini ialah ketika tengah hari sekitar pukul 11.00 WIB atau tengah malam sekitar pukul 22.00 WIB. Dimana diyakini bahwa ketika hari tengah hari, para Mambang atau makhluk halus sedang banyak yang melakukan mandi di tengah sungai” Ujar Buk Zaidan selaku Balian Salih.
“Adapun media yang biasa digunakan untuk ritual mandi balimau ini diantaranya Limau Puhut/Jeruk purut, Limau Kapeh/Jeruk nipis, Limau kunci/Jeruk kunci.
Aisar Khaled Ungkap Alasan Mendekati Fuji: Dia Pekerja Keras |
![]() |
---|
Jelang Nataru Harga Cabai Merah di Batanghari Naik Jadi Rp 35 Per Kg, Harga Daging Stabil |
![]() |
---|
Viral Video Dokter Koas di Palembang Dipukuli Karena Jadwal Jaga |
![]() |
---|
Eks Ajudan Wali Kota Sungai Penuh Ditahan Polda Jambi, Kasus Perusakan 5 TPS Kabur Pakai Mobil Dinas |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.