Konflik Suriah
Runutan Lengkap Sejarah Konflik di Suriah
Ini sekaligus mengakhiri dinasti keluarga Assad yang telah berkuasa di Suriah selama 50 tahun terakhir. Bagaimana awal mula konflik di Suriah terjadi
Fenomena Arab Spring menginspirasi para aktivis pro-demokrasi di Suriah untuk lebih berani menyuarakan kritik terhadap pemerintah.
Pada Maret 2011, 15 anak sekolah di Suriah ditangkap dan disiksa setelah menulis grafiti yang terinspirasi oleh Arab Spring.
Penangkapan tersebut memicu kemarahan dan demonstrasi di seluruh negeri, yang menandai dimulainya perang saudara di Suriah.
Rasa tidak puas rakyat terhadap pemerintah Aksi para aktivis pro-demokrasi di Suriah didorong oleh ketidakpuasan rakyat terhadap pemerintahan Bashar al-Assad, yang merupakan penerus rezim Assad.
Masa pemerintahan Assad, yang dikenal otoriter, berlangsung di Suriah selama lebih dari 40 tahun, sejak 1971.
Sejak itu, banyak masyarakat tidak puas atas ketidakmampuan pemerintah, kurangnya kebebasan rakyat, dan kondisi kehidupan di Suriah.
Pada 2000, Bassar al-Assad menjadi presiden Suriah, menggantikan ayahnya.
Kepemimpinan Bashar al-Assad diwarnai dengan kesenjangan sosial, dominasi Partai Ba'ath yang sudah lama berkuasa di Suriah, distribusi pangan yang berkurang, serta aksi represif pemerintah dalam menerima kritik dari masyarakat.
Alhasil, tingkat pengangguran di Suriah sangat tinggi, korupsi pemerintah terus merajalela, dan diperparah dengan kekeringan, yang membuat rakyat semakin frustrasi terhadap pemerintahan Assad.
Beberapa aktivis HAM bahkan menuduh pemimpin Bassar al-Assad kerap menyiksa dan membunuh lawan politik selama masa kepresidenannya.
Hal inilah yang memicu sekelompok remaja membuat slogan antipemerintahan di Kota Daraa, yang berisi ajakan untuk menggulingkan rezim Bashar al-Assad pada 11 Maret 2011, yang menandai dimulainya perang saudara di Suriah.
Pemerintah Suriah menanggapi aksi tersebut dengan cara kekerasan.
Seluruh pemuda yang dianggap terlibat dalam penyebaran slogan dipenjara dan disiksa oleh Kepolisian Suriah.
Penangkapan dan penyiksaan yang memakan satu korban jiwa itu memicu kemarahan dan demonstrasi di seluruh negeri.
Aksi protes terus meluas hingga ke kota-kota lain di Suriah setelah pemerintah kembali menanggapi dengan menangkap dan membunuh ratusan demonstran.

Rakyat Suriah kemudian menuntut agar Assad mengundurkan diri.
Ketika Assad dengan tegas menolak, perang pecah antara pendukungnya dan golongan pro-demokrasi.
Masalah Agama
Perang Saudara di Suriah juga dipicu masalah agama.
Perlu diketahui, mayoritas rakyat Suriah adalah Muslim Sunni.
Sedangkan rezim Assad didominasi oleh golongan Syiah Alawi.
Hubungan dua aliran tersebut telah lama memanas baik di Suriah ataupun di negara-negara lain di Timur Tengah.
Situasi di Suriah menjadi jauh lebih rumit ketika negara-negara lain dan pejuang terorganisir memasuki konflik.
Pada dasarnya, pendukung utama pemerintah Suriah adalah Rusia, Iran dan Hizbullah (kelompok milisi yang berbasis di Lebanon).
Sedangkan Amerika Serikat, Arab Saudi, Qatar, Turki, dan negara-negara Barat lainnya adalah pendukung kelompok pemberontak moderat.
Selain itu, banyak kelompok pemberontak baru yang bermunculan sejak perang dimulai pada 2011.
Konflik yang sedang berlangsung juga mendorong organisasi teroris, seperti ISIS dan Al-Qaeda, untuk bergabung dalam kekacauan.
Itulah mengapa, perang saudara di Suriah semakin membesar dan tidak kunjung usai. (kompas.com)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.