Konflik Suriah
Runutan Lengkap Sejarah Konflik di Suriah
Ini sekaligus mengakhiri dinasti keluarga Assad yang telah berkuasa di Suriah selama 50 tahun terakhir. Bagaimana awal mula konflik di Suriah terjadi
TRIBUNJAMBI.COM - Update terkait konflik Suriah, rezim Presiden Bashar al-Assad di Suriah berakhir pada Minggu (8/12/2024).
Pemberontakan yang dipimpin kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS) Suriah, mengumumkan penggulingan kekuasaan melalui siaran televisi nasional. Ini sekaligus mengakhiri dinasti keluarga Assad yang telah berkuasa di Suriah selama 50 tahun terakhir.
Bagaimana awal mula konflik di Suriah terjadi?
Konflik yang terjadi di Suriah tidak dapat terlepas dari fenomena Arab Spring yang mulai muncul pada tahun 2010.
Dalam buku Sejarah Timur Tengah Jilid 2 (2013) karya Isawati, Arab Spring merupakan gelombang gerakan revolusioner yang disebabkan oleh banyaknya rezim otoriter yang berkuasa di kawasan Timur Tengah.
Pada 2011, gelombang fenomena Arab Spring mulai menjalar di Suriah.
Hal ini menjadi penyebab bangkitnya gerakan revolusioner Suriah melawan pemerintahan otoriter Bashar al-Assad.
Latar belakang Akar konflik Suriah berawal dari ketidakpuasan rakyat terhadap pemerintahan Bashar al-Assad.
Bashar al-Assad adalah penerus rezim Assad sekaligus keturunan dari Hefedz al-Assad.
Rezim Assad terkenal dengan pemerintahan otoriter yang berlangsung di Suriah selama lebih dari 30 tahun.
Beberapa faktor yang menjadi latar belakang konflik di Suriah, yaitu:
Kesenjangan sosial pada masa pemerintahan Bashar al-Assad.
Dominasi partai Ba’ath yang sudah lama berkuasa di Suriah.
Kurangnya distribusi pangan dan tingkat pengangguran yang tinggi.
Aksi represif pemerintah Suriah dalam menghalau kritik dari masyarakat.
Kronologi konflik Suriah
Kronologi Konflik Suriah berawal pada 11 Maret 2011 ketika kelompok remaja menggambar slogan anti pemerintahan di kota Daraa.
Slogan tersebut berisi ajakan untuk menggulingkan rezim Bashar al-Assad.
Pemerintah Suriah menanggapi peristiwa tersebut dengan kekerasan.
Kepolisian Suriah memenjarakan dan menyiksa seluruh pemuda yang dianggap terlibat dalam penyebaran slogan anti pemerintah.

Tindakan represif kepolisian mengakibatkan aksi protes tambah meluas hingga ke kota-kota lain di Suriah.
Cepatnya persebaran informasi disebabkan oleh perkembangan internet serta teknologi komunikasi.
Masyarakat memperoleh informasi dari media sosial yang ada pada saat itu.
Memasuki 2012, situasi politik Suriah semakin memanas.
Dalam buku Prahara Suriah: Membongkar Persekongkolan Multinasional (2013) karya Dina Y Sulaiman, Bashar al-Assad menginstruksikan kepada polisi dan militer untuk menghalalkan segala cara dalam menghalau aksi protes masyarakat.
Selain itu, terjadi pula perang saudara antara masyarakat pro-pemerintah dan golongan revolusioner di berbagai kota Suriah.
Pada 2014, muncul kelompok oposisi baru yaitu ISIS dan Jabhat al-Nushra.
Mereka berupaya untuk mendirikan negara Islam di Suriah dengan melakukan teror kepada masyarakat dan pemerintahan Suriah.
Di bawah pimpinan Abu Bakar al-Baghdadi, ISIS mampu menguasai sebagian besar wilayah Suriah pada 2015-2017.
Eksistensi ISIS di Suriah mengakibatakan kekhawatiran dunia Internasional.
PBB dan negara-negara besar dunia ikut turut campur dalam membasmi keberadaan ISIS pada akhir 2015.
Pada Maret 2019, ISIS berhasil dikalahkan dan wilayah Suriah berada dalam pengawasan Dewan Keamanan PBB.
Dampak konflik Suriah Konflik Suriah yang berlangsung selama lebih dari 8 tahun menyebabkan dampak yang besar bagi masyarakat Suriah dan dunia Internasional.
Dampak Konflik Suriah
Munculnya gerakan Islam radikal di beberapa negara dunia yang terhubung dengan ISIS.
Munculnya krisis sosial dan politik di kawasan Timur Tengah.
Adanya perebutan kepentingan antara negara-negara besar di Suriah.
Penyebab Perang Saudara di Suriah
Perang Saudara Suriah adalah konflik yang berlangsung di Suriah antara golongan pemberontak pro-demokrasi dan Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Aksi yang dimulai sebagai protes tanpa kekerasan pada 2011, berkembang menjadi perang besar-besaran yang berlangsung lebih dari satu dekade.
Sejak pertempuran dimulai, lebih dari 500.000 orang telah tewas, lebih dari 1 juta orang terluka, dan jutaan lainnya terpaksa mengungsi.
Meski disebut perang saudara, konflik yang telah menghancurkan beberapa kota di Suriah ini juga melibatkan beberapa negara dan organisasi teroris.
Lantas, apa sebenarnya penyebab terjadinya perang saudara di Suriah?
Dipicu Arab Spring
Meski perang saudara di Suriah disebabkan oleh banyak faktor yang kompleks, salah satu pemicunya adalah fenomena Arab Spring yang pertama muncul pada 2010.
Arab Spring adalah gelombang gerakan revolusioner yang disebabkan oleh adanya rezim otoriter yang berkuasa di kawasan Timur Tengah.
Pada 2011, fenomena Arab Spring telah menyebar hingga ke Suriah, yang memicu lahirnya gerakan revolusioner Suriah yang berusaha melawan sistem pemerintahan otoriter di bawah kekuasaan Bashar al-Assad.
Fenomena Arab Spring menginspirasi para aktivis pro-demokrasi di Suriah untuk lebih berani menyuarakan kritik terhadap pemerintah.
Pada Maret 2011, 15 anak sekolah di Suriah ditangkap dan disiksa setelah menulis grafiti yang terinspirasi oleh Arab Spring.
Penangkapan tersebut memicu kemarahan dan demonstrasi di seluruh negeri, yang menandai dimulainya perang saudara di Suriah.
Rasa tidak puas rakyat terhadap pemerintah Aksi para aktivis pro-demokrasi di Suriah didorong oleh ketidakpuasan rakyat terhadap pemerintahan Bashar al-Assad, yang merupakan penerus rezim Assad.
Masa pemerintahan Assad, yang dikenal otoriter, berlangsung di Suriah selama lebih dari 40 tahun, sejak 1971.
Sejak itu, banyak masyarakat tidak puas atas ketidakmampuan pemerintah, kurangnya kebebasan rakyat, dan kondisi kehidupan di Suriah.
Pada 2000, Bassar al-Assad menjadi presiden Suriah, menggantikan ayahnya.
Kepemimpinan Bashar al-Assad diwarnai dengan kesenjangan sosial, dominasi Partai Ba'ath yang sudah lama berkuasa di Suriah, distribusi pangan yang berkurang, serta aksi represif pemerintah dalam menerima kritik dari masyarakat.
Alhasil, tingkat pengangguran di Suriah sangat tinggi, korupsi pemerintah terus merajalela, dan diperparah dengan kekeringan, yang membuat rakyat semakin frustrasi terhadap pemerintahan Assad.
Beberapa aktivis HAM bahkan menuduh pemimpin Bassar al-Assad kerap menyiksa dan membunuh lawan politik selama masa kepresidenannya.
Hal inilah yang memicu sekelompok remaja membuat slogan antipemerintahan di Kota Daraa, yang berisi ajakan untuk menggulingkan rezim Bashar al-Assad pada 11 Maret 2011, yang menandai dimulainya perang saudara di Suriah.
Pemerintah Suriah menanggapi aksi tersebut dengan cara kekerasan.
Seluruh pemuda yang dianggap terlibat dalam penyebaran slogan dipenjara dan disiksa oleh Kepolisian Suriah.
Penangkapan dan penyiksaan yang memakan satu korban jiwa itu memicu kemarahan dan demonstrasi di seluruh negeri.
Aksi protes terus meluas hingga ke kota-kota lain di Suriah setelah pemerintah kembali menanggapi dengan menangkap dan membunuh ratusan demonstran.

Rakyat Suriah kemudian menuntut agar Assad mengundurkan diri.
Ketika Assad dengan tegas menolak, perang pecah antara pendukungnya dan golongan pro-demokrasi.
Masalah Agama
Perang Saudara di Suriah juga dipicu masalah agama.
Perlu diketahui, mayoritas rakyat Suriah adalah Muslim Sunni.
Sedangkan rezim Assad didominasi oleh golongan Syiah Alawi.
Hubungan dua aliran tersebut telah lama memanas baik di Suriah ataupun di negara-negara lain di Timur Tengah.
Situasi di Suriah menjadi jauh lebih rumit ketika negara-negara lain dan pejuang terorganisir memasuki konflik.
Pada dasarnya, pendukung utama pemerintah Suriah adalah Rusia, Iran dan Hizbullah (kelompok milisi yang berbasis di Lebanon).
Sedangkan Amerika Serikat, Arab Saudi, Qatar, Turki, dan negara-negara Barat lainnya adalah pendukung kelompok pemberontak moderat.
Selain itu, banyak kelompok pemberontak baru yang bermunculan sejak perang dimulai pada 2011.
Konflik yang sedang berlangsung juga mendorong organisasi teroris, seperti ISIS dan Al-Qaeda, untuk bergabung dalam kekacauan.
Itulah mengapa, perang saudara di Suriah semakin membesar dan tidak kunjung usai. (kompas.com)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.