WAWANCARA EKSKLUSIF
TB Hasanuddin: Makin Banyak Cawe-cawe, Makin Bikin Pusing, Seri I
TB Hasanuddin menilai DPA yang akan dibuat setara dengan presiden justru membuat persoalan baru. Menurutnya, presiden terpilih Prabowo Subianto juga
WAKIL Ketua Komisi I DPR RI, TB Hasanuddin, mempertanyakan urgensi dari rencana mengubah nomenklatur Dewan Pertimbangan Presiden ( Wantimpres ) menjadi Dewan Pertimbangan Agung (DPA).
TB Hasanuddin menilai DPA yang akan dibuat setara dengan presiden justru membuat persoalan baru.
"Begini kita kan sudah memilih sistem kita presidensial. Ya, presiden memiliki banyak staf, ada kementerian, ya, sebagai pembantu-pembantu presiden. Menurut hemat saya, cukup," katanya dalam podcast di Studio Tribun Network, Palmerah, Jakarta, Selasa (16/7).
Menurutnya, presiden terpilih Prabowo Subianto juga mampu bekerja tanpa DPA. Kehadiran DPA justru membuat pemerintahan tidak efektif dan efisien. "Makin terlalu banyak yang menyarankan dan ikut cawe-cawe, makin membuat pusing, ya, karena terlalu banyak pilihan nanti," tambahnya.
TB Hasanuddin mengingat pesan Bung Hatta bahwa undang-undang, peraturan dan sebagainya yang paling menentukan adalah para penyelenggara negara ini. "Jadi harus memiliki kesadaran yang baik, yang benar, untuk kepentingan rakyat, itu saja. Selama itu kepentingan pribadi, kepentingan kelompok, kepentingan golongan, kepentingan lain, bukan atas dasar kepentingan rakyat, maka kita akan terus saja begitu," tukasnya.
Berikut wawancara Direktur Pemberitaan Tribun Network, Febby Mahendra Putra, dengan TB Hasanuddin:
Bisa cerita mengenai munculnya draft Revisi Undang-Undang Nomor 19 tahun 2006 tentang Wantimpres, kemudian nomenklaturnya mau diubah jadi Dewan Pertimbangan Agung (DPA)?
Jadi begini, yang pertama, di dalam paripurna itu bukan mengesahkan. Tetapi masing-masing fraksi menyetujui bahwa revisi tentang Wantimpres menjadi DPR disetujui dan kemudian nanti dibahas oleh Badan Legislatif.
Nah, itu yang pertama. Kemudian saya baru hari itulah mendapatkan tugas untuk masuk menjadi anggota Baleg.
Saya tanya kepada teman-teman, itu bagaimana ceritanya? Ini hasil Baleg dan kemudian dapat arahan, ya, ujung-ujungnya sebetulnya dari pemerintah. Yang kemudian, yasudah supaya cepat nanti atas inisiatif DPR.
Jadi bahannya dari pemerintah, ya?
Kira-kira begitulah, kan biasa juga. Ada yang kemudian bahannya dari pemerintah, biar cepat prosedurnya dijadikan inisiatif DPR. Saya pernah mengalami juga banyak-banyak menyelesaikan masalah undang-undang itu diambil untuk singkatnya saja. Hanya masalahnya kebetulan saya sekarang menjadi anggota Baleg, saya belum melihat draftnya.
Oh, belum melihat draftnya? Baru dengar-dengar saja?
Kemudian, saya sudah bertemu dengan banyak komunitas masyarakat sipil yang pada umumnya, semua menolak.
Ya, nanti kita akan diskusikan seperti apa dan sekarang ini, kami kan sedang reses.
Juliana Wanita SAD Jambi Pertama yang Kuliah, Menyalakan Harapan dari Dalam Rimba |
![]() |
---|
SAKSI KATA: Pengakuan Rosdewi Ojol Jambi yang Akunnya Di-suspend karena Ribut vs Pelanggan |
![]() |
---|
SAKSI KATA: Pengakuan Ayah Ragil Soal 2 Polisi yang Bunuh Anaknya di Polsek Kumpeh Muaro Jambi |
![]() |
---|
Misteri Kematian Pemuda di Sel Polsek Kumpeh Ilir Jambi, Ayah Korban: Saya Masih Bertanya |
![]() |
---|
Partisun, Jangan Cuma Asal Bapak Senang, Gubernur Al Haris Kelola Potensi Alam Jambi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.