WAWANCARA EKSKLUSIF
Rawat Anak Meski Digempur Bom Israel, Bincang Bareng Ita Muswita, Relawan MER-C, Seri II
Peristiwa itu terekam dalam benak Ketua Tim/Bidan dan Perawat Bedah MER-C, Ita Muswita, selama bertugas sebagai relawan medis di Gaza.
Kita terlalu pede terhadap istri, terhadap suami, terhadap anak. Padahal kenyataannya itu bukan milik kita. Di sini saya bilang. Oh iya ya itu Cuma titipan. Persalinan sejauh ini alat-alat sih yang kurang. Obat-obatan.
Kita tahu, di sana pasokan makanan kurang, nutrisi-nutrisi untuk ibu hamil dan untuk bayi juga kurang. Bagaimana ibu kondisinya di sana saat persalinan?
Kami dari MER-C bawa logistik obat-obatan yang cukup banyak. Mungkin untuk seribu pasien pertama. Kita bawa. Bahkan sampai umbilical klep tali pusar itu serta obat-obat untuk. Kasus patah tulang.
Sampai instrumen-instrumennya. Bukannya selengkap itu. Kami bawa 40 koper besar. Peralatan itu baik dari logistik kita maupun logistik medis.
Saya pikir lumayan nih untuk sebulan. Nggak nyampe sebulan saking banyaknya yang membutuhkan disitu kita telepon lagi tim kedua. Kalian bawa ini. Langsung kita buat catatan, jadi saya minta ke setiap tim. Ayo teman-teman yang dari kamar bedah, ortopedi, yang dari primary health care kita minta lagi.
Tim kedua bawa lagi logistik cepet abis karena memang rolenya itu nggak berhenti. Umbilikal klaim lagi sebanyak 5 ribu itu Cuma buat dua minggu.
Baru pada sadar. Itu paling Cuma untuk seminggu lebih. Jadi kelihatannya besar tapi karena pemakaiannya tinggi pasokan sudah kosong.
Saya sih bilang gini ke teman-teman medis, kita saat perang jangan terpaku hospital minded. Kita harus mendayaupayakan. Apa yang bisa kita pakai kalau kita ngomong nggak steril tuh alatnya. Itu kan nggak steril. Nggak ada.
Saya juga tahu gimana. Proses steril tapi kita berharap dalam sesuatu sih. Kasih sayang Allah. Semoga tidak ada infeksi. Semoga kan kita bilang berharap ya Allah. Jangan ada infeksi ya Allah. Kasihan ini. Ya Allah. Ini yang bisa kita lakukan.
Saya cerita sama teman saya, dia tanya kak lu kok sekarang banyak nangis. Iya gua banyak nangis sekarang. Sangat saya pahami ya teman-teman di daerah perang mereka jahitnya itu dilantai, saya bilang kita sudah tidak ada tempat.
Pasien datangnya tuh. Kalau kita kan belum mampu. Nggak bisa diterima di rujuk rumah sakit lain. Nggak ada. Pasien harus diterima. Untuk rujuk ke sana pun nggak ada kendaraan.
Ambulans datang. Hilang lagi. Cari ke tempat lain. Ambil pasien. Gitu kan bulat balik. Nggak ada lagi yang kita tolong sebisa yang kita bantu.
Tadi ibu bilang, peralatan habis gitu, ya, tapi pintu Rafah belum dibuka. Memang itu dibukanya berapa kali?
Pada saat itu sebenarnya. Seminggu dua kali. Senin dan Rabu untuk tim pembedah, pokoknya untuk tim kesehatan.
Nah nanti untuk logistik. Beda lagi tidak berbarengan. Tapi itu pun tergantung otoritas. Entah bagaimana syaratnya.
Prosedurnya kami kurang tahu. Pokoknya pernah tertutup.
Kalau tertutup itu apa yang terjadi di Gaza. Semua harga-harga melonjak. Bahan bakar susah. Tepung susah. Telur susah. Ayam susah. Daging susah. Semuanya susah. Jadi kita bertahan.
Dengan harap-harap cemas. Semoga minggu besok. Pintu terbuka. Tapi kan makan tetap. Iya. Bener. Makan kan tetap. Setiap hari. Kayak kita misalnya lah orang gajian kan udah tahu nih. Kita gajian per minggu.
Sudah budget bulanan. Kita tuh nggak bisa di sana. Bisa aja mungkin. Ada orang yang punya uang. Tapi barang nggak ada. Itu saya bilang di daerah perang itu kita makan Cuma untuk survive. Alhamdulillah.
Kami punya logistik. MER-C Selalu membekali timnya dengan logistik yang cukup. Jadi kita tidak menyulitkan tuan rumah. Kita harus bertahan dengan logistik kita yang ada. Alhamdulillah sejauh ini kami tim tidak kurang makan.
Tapi dengan pengaturan cara makan. Kita makan untuk survive bukan untuk kenyang-kenyang. Bukan untuk selera, yang ada dimakan sampai teman saya mengatakan seumur-umur tidak pernah makan bawang.
Makanannya, kalau boleh tahu, apa di sana?
Kalau di sana roti, kami sendiri tetap bawa beras. Jadi mereka itu makan roti. Roti sama humus ada sesuatu yang dicolek begitu kan
Itu tiga kali sehari atau gimana?
Mereka ada yang dua. Ada yang tiga kali.
Tapi ibu bisa diceritain nggak sih, fakta-fakta menarik yang orang nggak tahu, misalnya lihat di medsos doang?
Kita itu punya teman. Tim-tim saya itu suka ngobrol begini eh elu perhatiin nggak sih kalau kita nolong pasien dari tenda. Dari luar. Keringet-keringetan nggak ada yang bau ya. Nggak ada yang bau ketiak.
Nggak ada yang bau. Nggak ada loh. Padahal kan posisinya kurang air nggak mandi dan panas. Tinggalnya juga di tenda tapi dia nggak bau. Terus kita cari lagi ke teman-teman.
Cari tahu kan. Kalau kami kan di rumah sakit kebidanan. Artinya buka-bukaan doang. Kita tahu rumah kebidanan. Kita tanya lagi ke teman-teman yang di rumah sakitan aja. Kayak, iya kak nggak bau.
Nggak ada yang bau. Itu saya bilang mereka padahal makan bawang. Sama sama kita. Makannya apa sih gitu. Saya bilang, kalau mereka pakai deodoran, saya nggak yakin dalam situasi kayak gitu. Tapi itu fakta uniknya.
Terus, kalau kita lihat, tenaga kesehatan setiap hari datang. Mereka happy. Nggak pernah marah-marah. Padahal kan mereka melayani pasien suatu saat saya iseng kita berpikir mereka digaji nggak sih.
Mereka bilang digaji 100 USD per bulan. Kalau dilihat dari nominal, nggak masuk akal. Nggak sebanding. Mereka tetap survive sampai sekian bulan itu dengan harga-harga yang mahal. Dia bilang, kalau bukan kasih sayang Allah.
Mereka bisa bertahan.
Itu jawabannya. Saya nggak mau nanya lagi. Karena kasih sayang Allah. Mereka bisa bertahan. Benarnya hitung-hitungan Allah nggak pake kalkulator. Jangan pakai kalkulator manusia. (tribun network/reynas abdila)
Baca juga: Kisah Ita Muswita di Jalur Gaza, Relawan MER-C, Seri I
Saksi Kata, Anggota HMI Dikeroyok di UIN STS Jambi hingga Kepala Bocor |
![]() |
---|
Saksi Kata: Sesepuh Kenali Asam Atas Kota Jambi Siap Mati, Heran Zona Merah Pertamina |
![]() |
---|
SAKSI KATA Pasien Somasi RSUD Kota Jambi, Pengacara: Anak 4 Tahun Meninggal |
![]() |
---|
Juliana Wanita SAD Jambi Pertama yang Kuliah, Menyalakan Harapan dari Dalam Rimba |
![]() |
---|
SAKSI KATA: Pengakuan Rosdewi Ojol Jambi yang Akunnya Di-suspend karena Ribut vs Pelanggan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.