WAWANCARA EKSKLUSIF
Rawat Anak Meski Digempur Bom Israel, Bincang Bareng Ita Muswita, Relawan MER-C, Seri II
Peristiwa itu terekam dalam benak Ketua Tim/Bidan dan Perawat Bedah MER-C, Ita Muswita, selama bertugas sebagai relawan medis di Gaza.
Aduh. Kenapa sih diceritain sama ibu itu. Ini kan jadi sontak air mata kan.
Saya sama teman saya itu. Cerita. Dia ngerti kan. Betul-betul bahasa Arab. Pemenangnya kan memang ngerti Bahasa Arab. Dia ngerti gue. Ngantar. Kita rapiin. Saya kasih ibu. Ibu ini selamat ya. Anak ibu laki-laki. Air mata yang lahir.
Saya tuh paling nggak kuat kalau gini kan gitu kan. Udah saya tinggalin. Kamu pegang anak kamu ya. Saya bantu yang lain. Padahal saya tuh udah nggak kuat tuh.
Terus. Ketika saya bilang. Ada teman saya bilang. Kalau ada nggak anak gaza yang mau diadopsi. Teman saya itu kebetulan sudah 9 tahun menikah, sangat mapan siap ambil anak gaza.
Jadi di sana sulit di sana gitu misalnya model human trafficking itu susah. Walaupun sesusah-susahnya hidup anak itu tetap direngkuh. Walaupun kita lihat itu anak-anak berkeliaran di jalan. Tapi tetap aja ibu di sana itu pasti nanti selesai akan bawa anaknya itu pulang.
Keren menurut saya sih. Seringkali kita lihat itu lelah menjalankan hidup di sana mungkin ada pemikiran siapa yang mau ambil anak gue. Banyak-banyak yang gitu kan. Itu yang sulit.
Beberapa kali saya tanya bahkan saya mau punya anak. Saya mau adopsi. Saya mau ambil. Mereka bilang kami nggak ada istilah adopsi. Tetap orang tuanya tuh. Saya akan handle sendiri.
Ibu-ibu hamil di Palestina apakah pernah ada yang kepikiran untuk menggugurkan anaknya di tengah kondisi perang begitu?
Sejauh saya di sana nggak dapetin itu. Sejauh saya di sana ya. Di luar itu saya nggak tau. Karena saya di persalinan sejauh itu nggak ada. Ternyata mereka berjuang untuk kehamilannya.
Saya bilang ini sesuatu yang tidak memungkinkan untuk hamil dan punya anak. Untuk membesarkan anak di tenda. Tapi ini nggak ada. Nggak ada yang bilang ya sudah kalau mau itu ambil anak saya. Nggak ada satupun itu kami dengar.
Kalau itu ada pasti semuanya akan terinfo gitu ya. Nggak ada. Nggak ada. Mereka menyambut anaknya sebagai anugerah. Karena pernah saya bilang kenapa sih anaknya nggak diadopsi.
Mereka merasa hari-harinya itu bersama anaknya. Artinya untuk apa juga di buang, lebih baik mati sahid di tangan.
Itu yang saya bilang, sepertinya saya belum sampai pada level itu.
Seiring bertambahnya waktu karena kita ngeliat orang-orang di sana rata-rata begitu.
Oh iya, pada dasarnya memang kita antara saudara memang harus saling mengasihi karena hari ini kita hidup belum tentu besok kita hidup.
Makna kasih sayang itu. Saya dapat ketika di situ soalnya saya nggak tahu. Bisa ngebesarin anak sampai umur berapa. Kita kan terlalu pede kalau di sini.
Saksi Kata, Anggota HMI Dikeroyok di UIN STS Jambi hingga Kepala Bocor |
![]() |
---|
Saksi Kata: Sesepuh Kenali Asam Atas Kota Jambi Siap Mati, Heran Zona Merah Pertamina |
![]() |
---|
SAKSI KATA Pasien Somasi RSUD Kota Jambi, Pengacara: Anak 4 Tahun Meninggal |
![]() |
---|
Juliana Wanita SAD Jambi Pertama yang Kuliah, Menyalakan Harapan dari Dalam Rimba |
![]() |
---|
SAKSI KATA: Pengakuan Rosdewi Ojol Jambi yang Akunnya Di-suspend karena Ribut vs Pelanggan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.