Berita Kota Jambi

4 Fakta Flyover Simpang Mayang-Pasar Angso Duo Kota Jambi, Sudah Siapkan Study Kelayakan dan Desain

Gubernur Jambi Al Haris telah mengusulkan desain pembangunan flyover di Kota Jambi ke Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

FACEBOOK/RIDWAN KAMIL
ILUSTRASI desain flyover 

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Gubernur Jambi Al Haris telah mengusulkan desain pembangunan flyover di Kota Jambi ke Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

Gubernur Jambi, Al Haris, mengatakan usul tersebut sudah sesuai program kerja di Kementerian PUPR perihal pembangunan flyover untuk daerah.

Berikut lima fakta pembangunan flyover Kota Jambi:

1. Usulkan ke Kementerian PUPR dari Simpang Mayang-Pasar Angso Duo.

ILUSTRASI desain flyover
ILUSTRASI desain flyover (FACEBOOK/RIDWAN KAMIL)

Mengenai usulan tersebut Gubernur Jambi Al Haris menyebut jika Kementerian PUPR memiliki program pembangunan flyover dan pihaknya sudah sampaikan semua data desain kepada Kementerian PUPR.

Rencana pembangunan fly over sudah didesain Gubernur Jambi Al Haris dan diusul ke Kementerian PUPR, di mana desain tersebut meliputi Simpang Mayang hingga Pasar Angso Duo Kota Jambi.

 "Kementerian PUPR ada program pembangunan flyover dan kami sudah sampaikan semua data desain kita kepada Pak Menteri PU, mudah-mudahan ini segera beliau bisa membangunkan dan dari mulai Simpang Mayang sampai ke Pasar Angso Duo," ujarnya pada Rapat Paripurna DPRD Kota Jambi, Selasa (28/05/2024).

Baca juga: Flyover Simpang Mayang Senilai Rp170 Miliar Bakal Dibangun di Jambi, Ini Panjang dan Lokasinya

2. Butuh Rp170 Miliar

Setelah Gubernur Al Haris menyampaikan ke Kementerian PUPR, wacana pembangunan flyover di Kota Jambi kembali menguat.

Awalnya, Pemprov Jambi telah mengkaji kelayakan pembangunan flyover Tugu Juang menuju STM Atas.

Hasil kajian Dinas PUPR Provinsi Jambi, jalan layang tersebut berlintasan sepanjang 653 meter.

"Rencananya anggaran mencapai Rp170 miliar," ujar Kepala Bidang Bina Program Dinas PUPR Provinsi Jambi, Wahyudi.

Beberapa tahun lalu, rencana pembangunan flyover ruas Tugu Juang menuju STM atas sempat berada di tahap finalisasi anggaran. Namun, pembangunan tertunda karena pandemi Covid-19.

"Ruas Tugu Juang menuju STM Atas yang sudah tersedia desainnya. Kita sudah menyiapkan, dari studi kelayakan sampai ke desain, hingga ke Amdal lalin sudah disiapkan. Bahkan saat itu sempat kita bahas," tuturnya, Rabu (29/5/2024).

Kata Wahyudi, perihal pembangunan flyover kala itu nyaris ke tahap finalisasi anggaran, namun tertunda disebabkan wabah Covid-19.

Kemudian, juga banyak kebutuhan terhadap program-program jalan lain yang menurut pandangan pemerintah provinsi perlu mendapat perhatian.

"Tentu studi yang sudah selesai Simpang Mayang ke Tugu Juang ini untuk mengatasi kemacetan. Tapi, tentu kalau terkait kebijakan anggaran, kita harus melaporkan ke Pak Sekda selaku TAPD.

Kalau memang nanti ada peluang untuk melanjutkan program ini tentu akan kita sampaikan kembali ke TAPD dan DPRD,” pungkasnya.

Baca juga: 3 Titik Puncak Kemacetan di Bakal Lokasi Flyover Simpang Mayang Kota Jambi

3. Dibangun Sepanjang 653 Meter

Hasil kajian Dinas PUPR Provinsi Jambi, jalan layang tersebut berlintasan sepanjang 653 meter.

"Rencananya anggaran mencapai Rp170 miliar," ujar Kepala Bidang Bina Program Dinas PUPR Provinsi Jambi, Wahyudi.

Beberapa tahun lalu, rencana pembangunan flyover ruas Tugu Juang menuju STM atas sempat berada di tahap finalisasi anggaran. Namun, pembangunan tertunda karena pandemi Covid-19.

"Ruas Tugu Juang menuju STM Atas yang sudah tersedia desainnya. Kita sudah menyiapkan, dari studi kelayakan sampai ke desain, hingga ke Amdal lalin sudah disiapkan. Bahkan saat itu sempat kita bahas," tuturnya, Rabu (29/5/2024).

Kata Wahyudi, perihal pembangunan flyover kala itu nyaris ke tahap finalisasi anggaran, namun tertunda disebabkan wabah Covid-19.

Kemudian, juga banyak kebutuhan terhadap program-program jalan lain yang menurut pandangan pemerintah provinsi perlu mendapat perhatian.

"Tentu studi yang sudah selesai Simpang Mayang ke Tugu Juang ini untuk mengatasi kemacetan. Tapi, tentu kalau terkait kebijakan anggaran, kita harus melaporkan ke Pak Sekda selaku TAPD.

Kalau memang nanti ada peluang untuk melanjutkan program ini tentu akan kita sampaikan kembali ke TAPD dan DPRD,” pungkasnya.

Baca juga: Butuh Rp 170 M untuk Bangun Flyover STM Atas-Tugu Juang Kota Jambi, Urai Macet di Simp Mayang

4. Urai Kemacetan

Pada jam tertentu kondisi arus lalu lintas di simpang Mayang memang menjadi rawan kemacetan, perubahan rute juga tidak mengurai kemacetan. 
Pada jam tertentu kondisi arus lalu lintas di simpang Mayang memang menjadi rawan kemacetan, perubahan rute juga tidak mengurai kemacetan.  (TRIBUNJAMBI/ABDULLAH USMAN)

Kawasan Simpang Mayang, Kota Jambi yang bakal jadi lokasi berdirinya flyover atau jembatan layang, mengalami kemacetan parah minimal tiga kali sehari.

Rencananya, Pemprov Jambi bakal membangun flyover Simpang Mayang - Angso Duo di Kota Jambi.

Pada jam-jam tertentu, arus lalu lintas di Simpang Mayang rawan kemacetan.

Bahkan itu bisa berdampak jauh hingga sepanjang Jalan Soemantri Brojonrgoro hingga Tugu Pers di kawasan Murni.

Perubahan rute pun tidak mengurai kemacetan.

Bagi warga Jambi, rute itu merupakan satu dari sekian titik kemacetan yang bakal dihindari.

Kemacetan dominan terjadi pada jam-jam sibuk, pagi hari berangkat kantor maupun pulang kantor.

Terkadang, pada malam hari, penumpukan kendaraan kerap terjadi kawasan itu.

Kondisi tersebut terjadi, mengingat Simpang Mayang merupakan simpul pertemuan kawasan perdagangan dan perbelanjaan.

Meski sudah ada lampu lalu lintas, Itu begitu efektif mengurai kemacetan.

Bahkan justru membuat antrean kendaraan semakin panjang.

Pantauan Tribun Jambi, kemacetan biasa terjadi pada pukul 07.00-10.00 WIB. volume kendaraan cukup tinggi.

Pengguna mobil mesti mengalami dua kali putaran lampu traffic light.

Pukul 10.00-13.00 WIB, arus lalu lintas terbilang normal.

Kemudian, pada pukul 16.00-18.30 WIB dan kisaran pukul 21.00 WIB, arus lalu lintas padat kembali.

Arman, warga Kota Jambi yang juga driver online, menuturkan kawasan Simpang Mayang hingga Simpang Pulai memang jadi kawasan rawan kemacetan.

"Tidak jarang ketika menjemput atau mengantar penumpang, kita terlambat. Karena memang susah untuk bisa tepat waktu. Terutama saat pagi atau sore hari, “ ujarnya.

Lantas mengapa Simpang Mayang dan dekat bundaran Tugu Juang kerap macet?

Arman menuturkan ketika terjadi penumpukan kendaraan di salah satu titik tadi, maka arus lalu lintas di titik lain, hingga akhirnya kedua titik sama sama macet.

"Yang sering itu kalau weekend atau liburan (tnggal merah) atau malam mau lebaran, jalur tersebut sudah dipastikan akan terjadi kemacetan, “ tuturnya.

"Masukan juga, karena di simpang tersebut tidak ada petugas yang berjaga, jadi masih banyak pengendara yang menerobos, meski lampu sudah merah. Itu juga yang jadi penyebab kemacetan,“ tandasnya.

Baca juga: Al Haris Usul ke Kementerian PUPR Desain Fly Over Simpang Mayang ke Angso Duo Kota Jambi

5. Sebuah Keharusan

Pemerhati masalah sosial Provinsi Jambi, Bahren Nurdin, mengatakan wacana Pemerintah Provinsi Jambi untuk membangun flyover di Simpang Mayang-Angso Duo, merupakan sebuah keharusan.

Kondisi Kota Jambi yang terus berkembang pesat, baik dari pembangunan infrastruktur dan perkembangan sumber daya manusia (SDM), sedikit banyak berpengaruh dengan kepadatan penduduk dan kondisi lalu lintas.

Wacana pemerintah provinsi untuk membangun flyover di titik titik rawan kemacetan, seperti Simpang mayang, hal tersebut bukan lagi wacana bagus, melainkan sebuah keharusan.

Sebenarnya itu harusnya sejak dahulu sudah dibangun.

Itu sebuah keharusan, justru terbilang terlambat.

Mayang itu sudah macet.

Itu sebabnya, flyover mayang sudah menjadi keharusan.

Mengapa demikian?

Karena nanti ketika Jambi Business Center (JBC) sudah beroperasi, maka semua kawasan Simpang Mayang akan menjadi crowded (padat).

Justru seharusnya, selain dari dulu, di Simpang Mayang itu lebih pas lagi jika dibuatkan underpass (terowongan bawah tanah).

Jika memang flyover terlalu berat dalam pembangunannya.

Jika ditanya, flyover itu baik atau tidak, tentu jawabannya itu sebuah keharusan untuk menghindari kemacetan.

Terkait plus minus adanya pembangunan, sedikit banyak pastinya tetap ada.

Minusnya soal anggaran, mengingat semua kota sudah memiliki flyover, hanya Jambi yang belum ada.

Terkait dampak minus akan terjadi pada pedagang kecil di sekitar Mayang, itu merupakan cerita lama.

Masyarakat Jambi sangat adaptif. Ketika di wilayah lamanya tidak lagi terjamin (laku), maka mereka dengan sendirinya akan berpindah mencari tempat yang lebih baik lagi.

Berkaca pada proyek sebelumnya, pembangunan Jembatan Gentala Arasy, tentang kekhawatiran penambang ketek akan mati pendapatannya, ternyata sampai sekarang masih ada penambang ketek dan tidak menjadi masalah.

Pemerintah jangan terlalu terpengaruh dengan isu-isu seperti itu. Ketika pemerintah ingin membangun, maka bangun saja, karena tujuan pembangunan flyover itu untuk mengatasi kemacetan, solusi.

 

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved