WAWANCARA EKSKLUSIF
Nasib Jokowi Setelah Prabowo Jadi Presiden, Ketua Dewan Pakar PAN Dradjad Wibowo Seri I
Sebagai seorang politikus dan pakar, bagaimana menempatkan Pak Jokowi setelah nggak jadi presiden? Pertanyaan itu dijawab oleh..
Indonesia juga sebenarnya sudah terpisah lho untuk dispenda.
Mereka kan sendiri nggak di bawah dinas yang lain kan, dinas kan levelnya seperti menteri kalau di daerah.
Jadi itu transformasi kelembagaannya, kemudian harus ada transformasi bidang IT-nya bidang segala macam, karena selama penerimaan pajak dan cukai enggak bisa sepenuhnya online maka kebocoran masih tetap besar jadi harus ada hilirisasi digital.
Penerimaan pajak kalau didigitalisasi bisa mengurangi kebocoran begitu, ya?
Oh, ya.
Contohnya, sekarang kalau kita makan di restoran di Jakarta di Surabaya kan bayar sudah sebagian besar harus pakai QRIS di kasir. Dengan begitu otomatis sudah langsung tercatat di dispenda.
Kita sudah langsung tahu volumenya dan itu akan mengurangi ilegal ekonomi mengurangi hengki-pengki, mengurangi macam-macam lah.
Pertanyaannya, mengapa untuk sistem PPN pajak keluaran-pajak masukan enggak bisa seperti itu, terus kenapa untuk pajak restitusi enggak bisa seperti itu.
Semuanya harus pakai proses, harus pakai permohonan atau segala macam.
Nah ini kita harapkan bisa dijalankan transformssi dari sisi teknologi dan sebagainya.
Kemudian yang ketiga, transformasi kulturalnya, baik dari petugasnya maupun dari pembayarnya.
Seperti yang terjadi di negara-negara maju.
Saya kasih contoh, waktu saya di Australia, itu saya enggak ngerasa bayar pajak karena sudah langsung dipotong.
Yang saya ingat, setiap akhir tahun saya itu dikirimin oleh kantor pajak tax return, istilahnya itu pengembalian uang saya yang kelebihan bayar pajak di tahun 1990-an.
Kalau rakyat sudah merasa seperti itu, enggak merasa dikejar-kejar segala macam, malah ujungnya akhir tahun mereka dikirim surat kelebihan bayar pajak Rp100 juta, itu kan enak.
Kita berharap sistem penerimaan negara kita bisa seperti itu, sehingga nanti planning-nya bisa lebih gampang karena orang bisa menghitung planning-nya tuh betul-betul berdasarkan apa yang kelihatan gitu.
Kalau sekarang ini banyak enggak kelihatan. Nah, itu yang kita kejar.
Sebagai kader PAN, apakah nanti mendapatkan satu portofolio tertentu? Apakah ada jatahnya?
Sudah otomatis itu. Kalau formulanya di Koalisi Indonesia Maju, sudah disepakati dengan Pak Prabowo dengan Mas Gibran, juga diketahui Pak Jokowi.
Nah, itu sudah tinggal portofolionya apa saja, itu kadang masih geser-geser.
Intinya sih bincang-bincang soal formula kabinet struktur kabinet itu sudah ada.
Kami enggak khawatir jatah akan berkurang, karena memang semuanya sudah kita mantapkan, sehingga ketika Nasdem dan PKB masuk, itu sudah enggak ngambil lagi porsi dari parpol-parpol yang sudah ada di KIM.
Tinggal sisanya saja begitu, ya?
Ah, nggak sisanya lah, tapi memang sudah ada yang memang kita siapkan untuk teman-teman yang akan masuk.
Sebagai seorang politikus dan pakar, bagaimana menempatkan Pak Jokowi setelah nggak jadi presiden?
Saya pernah mengatakan Pak Jokowi pasti akan ditempatkan di tempat yang sangat terhormat oleh Pak Prabowo.
Dan Pak Prabowo itu orang yang betul-betul sangat menghormati siapa pun yang berjasa.
Bahkan, Mas Febby bisa lihat sendiri kan, teman-temannya itu yang lama sama beliau itu kan, itu betul-betul dia hormati, dia tempatkan.
Nah, saya nggak tahu apakah nanti posisinya apa atau apa.
Tapi saya rasa, Pak Jokowi masih akan tetap berperan.
Bukan berperan dalam arti ngatur, enggak. Berperan dalam arti memberikan nasihat.
Berperan yang signifikan, ya, seperti yang saya sampaikan.
Jadi kalau Ketua Watimpres itu terhormat nggak sih, Mas?
Saya nggak tahu, apakah itu posisinya yang disiapkan nanti Pak Prabowo.
Tapi intinya, beliau pasti akan sangat didengarkan oleh Pak Prabowo dan pemerintahan yang akan datang.
Tapi juga saya melihat Pak Jokowi itu orang yang correct kok, orang yang ngerti ngewongke uwong, ngerti posisinya gitu.
Tahu di mana menempatkan diri.
Jadi beliau nanti mungkin setelah lengser ya, beliau akan jadi negarawan, nggak tahu apakah beliau akan mandito atau enggak, saya nggak tahu, ya.
Tapi, saya rasa beliau akan sangat memahami posisi yang memang.
Saya melihat, beliau itu mirip-mirip Pak Benny Moerdani almarhum dulu. Ingat nggak, ketika Pak Benny tidak menjadi Pangab (Panglima ABRI), Pak Tri jadi Pangab, dia langsung kasih hormat ke Pak Tri.
Jadi, Pak Jokowi seperti itu.
Tahu menempatkan diri.
Tapi, ya, karena kita juga melihat political reality, ya, realitasnya Pak Jokowi itu sangat populer.
Luar biasa populer.
Dan saya rasa, beliau pemimpin Indonesia yang paling populer sampai saat ini, ya.
Luar biasa populer.
Jadi siapa pun pemimpin berikutnya, ya, Pak Prabowo, Mas Gibran, itu pasti akan mendengarkan.
Orang, kalau populer, jangankan se-populer Pak Jokowi, viral di medsos saja, orang dengar lho.
Jadi kekuatan beliau itu di popularitas pribadi beliau yang sangat luar biasa. (tribun network/reynas abdila)
Baca juga: MISTERI Penyusun Skenario Kematian Santri Airul Harahap dan Dugaan Pemalsuan Surat Kematian
Baca juga: Kisah Jokowi Setelah 41 Tahun Ekspedisi Gunung Kerinci 1983, tak Sempat ke Sekepal Tanah dari Surga
Saksi Kata, Anggota HMI Dikeroyok di UIN STS Jambi hingga Kepala Bocor |
![]() |
---|
Saksi Kata: Sesepuh Kenali Asam Atas Kota Jambi Siap Mati, Heran Zona Merah Pertamina |
![]() |
---|
SAKSI KATA Pasien Somasi RSUD Kota Jambi, Pengacara: Anak 4 Tahun Meninggal |
![]() |
---|
Juliana Wanita SAD Jambi Pertama yang Kuliah, Menyalakan Harapan dari Dalam Rimba |
![]() |
---|
SAKSI KATA: Pengakuan Rosdewi Ojol Jambi yang Akunnya Di-suspend karena Ribut vs Pelanggan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.