WAWANCARA EKSKLUSIF

Tamara-Arif dan Tiga Negara, Kisah Dua Mahasiswa UIN STS Jambi di Garuda Nusa Youth Summit

Tamara dan Arif merupakan mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sulthan Thaha Saifuddin (STS) Jambi. Mereka berhasil lolos untuk mengikuti program

Penulis: tribunjambi | Editor: Duanto AS
TRIBUN JAMBI
Tamara dan Arif (tengah), mahasiswa UIN STS Jambi, bersama Jurnalis Tribun Jambi, Tommy Kurniawan dan M Ferry Fadly, di Studio Tribunjambi.com. 

Arif: Kegiatan seperti ini banyak yang menyelenggarakan. Ada Garuda Nusa Youth Summit, Indonesian Youth Action.

Nah, kami (berdua; red) ini dapat di Garuda Nusa. Teman saya yang lain ada dapat di Indonesian Youth.

Kalau sudah pernah ikut, boleh ikut lagi?

Arif: Boleh. Kalau orang yang belum pernah ikut kan daftar menjadi delegasinya, kita yang sudah pernah ikut selanjutnya bisa daftar jadi panitia. Karena kan kita sudah termasuk jadi alumni. Kami berdua sama-sama dari pesantren dan ngajar di pesantren.

Alasan kalian di pesantren itu apa? Kan kalian masih kuliah, apakah tidak menggangu kuliah?

Tamara: Tidak menggangu kuliah. Memang ada waktu yang dikorbankan sih. Misalkan pulang kuliah seharusnya istirahat atau main sama teman tetapi kita mengurus santri.

Jadi misalkan ketika jadwal kuliah dan mengajar itu waktunya serempak, maka waktu mengajarnya bisa diganti misalkan jadi sore hari atau malam hari. Tetapi kan mengajar itu tidak setiap hari, terus juga setiap hari kan kuliahnya juga tidak Senin sampai Minggu.

Arif: Prioritas kami tetap kuliah, dan juga pimpinan tahu kalau kami ini masih kuliah. Jadi kalau ditanya mengapa mengajar sambil kuliah? Menurut kami mencari karier itu bukan ketika lulus kuliah. Pas lagi kuliah pun kita bisa memulai karier.

Kalau tamat kuliah, kita mau apa, itu sudah terlambat mencari link dan sebagainya.

Maksud kami, di usia kalian itu rata-rata orang masih ingin bermain, mencari jati diri. Nah, kalian di usia yang masih muda apakah nggak sayang untuk hal itu?

Arif: : Lebih baik susah di waktu muda, dan senang di waktu tua. Karena benar, menurut saya bahagia di waktu tua itu lebih menyenangkan daripada bahagia di waktu muda susah mencari kerja nantinya.

Dorongan sendirikah untuk mengajar atau ada dorongan lain?

Arif: Pertama, dorongan sendiri untuk berkembang. Kedua, bantu orang tua juga. Karena kondisi sekarang, anak muda sekarang banyak ketergantungan dengan orang tua. Nah, kami ini walaupun masih mengharap dengan orang tua tapi setidaknya tidak sepenuhnya.

Capai nggak sih kegiatan seperti itu?

Arif: Capai. Kami itu belajar di kampus dari pagi sampai sore. Malamnya itu kami ngajar, dan paginya ketika kami tidak kuliah kami tetap ngajar juga. Jadi 24 jam itu memang di pondok.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved