Berita Tebo

Pihak Ponpes Raudhatul Mujawwidin Buka Suara Soal Insiden Santrinya Tewas

Setelah berjalan satu minggu penyelidikan atas tewasnya Airul (13) santri di pondok pesantren Raudhatul Mujawwidin Unit 6 Rimbo Bukan, Kabupaten Tebo,

Penulis: Wira Dani Damanik | Editor: Rian Aidilfi Afriandi
TRIBUNJAMBI/Wira Dani Damanik
Polisi olah TKP pasca tewasnya AH santri Pondok Pesantren (Ponpes) Raudhatul Muzawwidin Unit 6 Rimbo Bujang, Kabupaten Tebo. 

TRIBUNJAMBI.COM, MUARATEBO - Setelah berjalan satu minggu penyelidikan atas tewasnya Airul (13) santri di pondok pesantren Raudhatul Mujawwidin Unit 6 Rimbo Bukan, Kabupaten Tebo, Jambi pihak ponpes akhirnya buka suara.

Pihak ponpes mengaku insiden meninggalnya Airul di pondok pesantren Raudhtul Mujawwidin beberapa waktu lalu diakuinya sangat singkat, jelang waktu magrib pihak ponpes mengaku ada seorang santri melapor ke wali kamar terkait ditemukannya Airul dilantai tiga asrama akibat tesengat listrik.

"Ngalapornya ngini, mas Airul kesetrum, kemudian wali berlari dan menengok anak tersebut dalam keadaan lemas dan pingsan, saat itu juga langsung dibawa ke rumah sakit central medical Kecamatan Rimbo Bujang," kata Ustads Ahmad Karimudin, selaku pengurus ponpes, pada senin (20/11/2023).

Setelah dilakukan pertolongan pertama oleh pihak klinik, lanjut Ahmad Karimudin, kemudian pihak klinik memanggil dan memberitahu bahwa anak tersebut tidak bisa ditolong lagi.

Pada saat jenazah akan dibawa pulang, salah satu perawat yang ia tidak tau namanya itu memanggil dan mengatakan "pak tunggu sebentar, ada apa mbak? saya jawab gitu, ini ada yang tunggu sebentar ya akan kita kasih surat keterangan kematian begitu.

"Akhirnya saya jawab, itu langsung dengan saya dan akhirnya saya jawab kalau kawan saya yang nunggu gimana? o ya bisa kata perawat itu, kalau gitu kawan saya lah yang nunggu disini. Akhirnya jenazah iti kami bawa pulang menggunakan ambulance rumah sakit ke pondok pesantren," jelasnya.

Setelah jenazah sampai di pondok, pihak pengurus pondok akhirnya melakukan musyawarah untuk mengambil langkah yang terbaik. Dan akhirnya pihak ponpes sepakat untuk memberitahu pihak keluarga langsung bukan melalui telpon.

"Karena ini masalah besar, janganlah menyampaikan ke pihak keluarga melalui telpon ataupun WA, dikarenakan kami tidak tau masuk ke jalur rumah duka akhirnya kami menelpon salah satu wali santri yang rumahnya dekat dengan rumah Airul," sebut Ahmad.

"Akhirnya kita telpon, pak minta jemput kami di simpang tower, lo ada apa pak? kami mau silaturahmi mau datang ke rumah Airul yang saat ini kena musibah di pesantren meninggal kena sengatan listrik. Kita juga bilang agar hal itu jangan disampaikan ke pihak korban karena biar kami yang menyampaikan secara lisan ke pihak korban," ujarnya.

Diberitakan sebelumnya, pada Selasa (14/11) sekira pukul 17:30 WIB AH ditemukan tewas di lantai tiga atau rooftop asrama An-Nawawi Ponpes Raudhatul Mujawwidin.

Berdasarkan surat keterangan kematian dari Klinik Rimbo Medical Centre disebut akibat tersengat listrik.

Salim Harahap selaku orangtua korban mengungkapkan sejam sebelum kejadian itu, dirinya dan istri masih berkomunikasi melalui sambungan telepon.

Ia merasa janggal dengan peristiwa itu sebab pihak keluarga tidak dikabari soal kematian anaknya. Selain itu ditemukan bekas luka di bagian bibir, siku tangan dan bagian kaki korban. Pihaknya pun membawa jenazah ke RSUD STS Tebo untuk dilakukan visum ulang.

Ia pun telah melaporkan kejadian ini ke Polres Tebo, bahkan pihak keluarga sudah menyetujui rencana kepolisian untuk melakukan ekshumasi dan autopsi untuk mengusut penyebab kematian.

Di sisi lain, terungkap melalui pengakuan beberapa santri di Ponpes Raudhatul Mujawwidin, bahwa kejadian seperti ini sudah dua kali terjadi. Sekira tiga tahun lalu pernah terjadi satu santri tewas akibat tersengat listrik.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved