Exit Tol Tempino Butuh 65 Hektare Lahan, Ternyata Begini Kondisinya

Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Jambi mengharapkan bantuan Pemerintah Provinsi Jambi untuk menyelesaikan permasalahan terkait fasum tersebut.

Penulis: tribunjambi | Editor: Duanto AS
TRIBUNJOGJA.COM
Ilustrasi desain jalan tol yang ada di atas Selokan Mataram. 

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Pembebasan lahan yang dilintasi tol Bayung Lincir-Tempino Seksi 3, hingga saat ini belum selesai.

Pasalnya, terdapat tiga bidang lahan fasilitas umum (fasum) dan satu lahan pribadi yang diperkirakan terimbas untuk Exit Tol Tempino ( tol Jambi-Sumsel ) di proyek jalan Trans Sumatra tersebut.

Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Jambi mengharapkan bantuan Pemerintah Provinsi Jambi untuk menyelesaikan permasalahan terkait fasum tersebut.

"Fasum ini terkait tanah milik Supriyadi, informasinya diagunkan di bank, ada sekolah MIN, musala dan permakaman," kata Ajahar, Kasi Pembangunan Jalan dan Jembatan BPJN Jambi saat rapat koordinasi bersama Pemprov Jambi membahas pembebasan lahan fasum pembanguan jalan tol pada Jumat (21/7).

Selain itu, dia mengatakan melakukan revisi detail engineering design (DED) terhadap kekurangan lahan setelah melakukan pembahasan secara maraton di Jakarta.

"Kita evaluasi, exit tol masih memerlukan Penetapan Lokasi (Penlok) II. Exit tol itu belum dimasukan kemarin dalam Penlok I untuk pembebasan lahannya," ujar Ajahar yang mewakili Kepala BPJN Jambi.

Dia mengatakan sangat membutuhkan bantuan dari Pemprov Jambi untuk segera mengeluarkan penlok itu, sehingga proses ke depan bisa diinventarisasi dan pembelian oleh Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP).

Sementara itu, Kepala Satuan Kerja Pembangunan Jalan Bebas Hambatan Provinsi Jambi, Benny, mengatakan pada Mei 2023 lalu Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) sudah bersurat ke Pemprov Jambi tentang permohonan penambahan penlok.

Waktu itu, kata dia, telah diusulkan seluas 65 hektare tambahan lahan.

"Exit tol kami butuh bantuan Gubernur Jambi," ujarnya.

Menurut Benny, terkait fasum, seperti lahan milik Supriyadi dan areal permakaman yang akan terkena di badan jalan tol, mau tidak mau harus menunggu pembebasannya.

Sementara itu, Ajahar mengatakan untuk sekolah MIN (madrasah ibtidaiyah negeri) secara engenering bisa dihindari dengan membuat dinding penahan tanah.

"Tapi, sempat dikhawatirkan, kalau itu posisinya dekat dengan jalan tol, bagaimana kerawanannya, itu bisa dilakukan kalau waktunya tidak mencukupi untuk pembebasan sekolah MIN," ujarnya.

Aktifkan tim

Gubernur Jambi, Al Haris, menanggapi hal itu dengan meminta tim yang sudah terbentuk supaya diaktifkan kembali.

Tim yang dimaksud, yaitu Tim Penyelesaian Pembebasan Lahan Tol Jambi-Betung.

"Dilanjutkan lagi tim itu, karena ada hubungan terkait Penlok. Saya minta tim itu kembali aktifkan lagi. Semua instansi kembali dilibatkan," ujarnya.

Bukan hanya mengenai penlok, tim ini juga akan membicarakan mengenai tanah milik Supriyadi, musala, permakaman dan MIN supaya hambatan terkait pembangunan jalan tol dapat teratasi.

"Pembangunan musala dan tanah makam, kita bisa minta bantuan ke perusahaan secara kemanusiaan ke ahli waris. Tinggal sekolah MIN pembangunannya diatur sesuai perencanaan. Dan terlapor ke Kemenag. Saya minta tim Penlok untuk menelusuri ini," ucapnya.

"Tim segera rapat, dari mulai penlok, ganti rugi lahan tambahan, permakaman, tanah Pak Suryadi, musala dan sekolah MIN. Dalam waktu dua minggu, tim ini saya harap dapat selesai," pungkasnya.

13 Bulan

Proyek tol Bayung Lincir-Tempino Seksi 3 bakal digarap selama 13 bulan.

Apabila dihitung dari Junia 2023, maka jalan bebas hambatan itu bisa dioperasikan pada Juli 2024 mendatang.

Beberapa waktu lalu, Kepala Satuan Kerja Jalan Tol Seksi 3 Bayung-Lincir, Benny, menyampaikan pihaknya mendapat tugas untuk menyelesaikan proyek jalan tol di Provinsi Jambi.

"Mulai dari batas Sumatra Selatan sampai Tempino sepanjang 15,47 kilometer kita mendapat tugas ini harus selesai dalam kurun waktu 13 bulan," katanya.

Struktur jalan tol yang berada di Desa Sungai Landai dan Desa Muaro Sebapo Kecamatan Mestong Muaro Jambi ini berupa timbunan.

"Nanti strukturnya di sini berupa timbunan terus ada beberapa over pass dan exit tol di sini," ujarnya.

Penyedia jasa pada pembangunan jalan tol seksi 3 ini adalah KSO PT Hutama Karya, PT Wijaya Karya dan PT Brantas Abi Praya dengan nilai kontrak Rp1,615 triliun.

Akhyar, dari PT Hutama Karya, mengatakan pihaknya mendapat amanah untuk membangun Jalan Tol Bayung Lincir-Tempino Seksi 3 ini.

"Sesuai dengan kontrak sebenarnya harus selesai Desember 2024. Hanya saja berkaitan dengan percepatan, maka pembangunan jalan tol ini sudah bisa beroperasi di Juni 2024," ujarnya.

Dia menyampaikan progres saat ini di lapangan telah melakukan land clearing dan juga melakukan investigasi lahan untuk memastikan konstruksi yang akan diaplikasikan di jalan tol ini sesuai kondisi tanah.

"Jadi ada beberapa tantangan di jalan tol Bayung Lincir-Tempino. Kebanyakan berdiri di atas tanah rawa sehingga kami perlu rekayasa untuk memastikan aman secara struktur," ucapnya. (caw)

Baca juga: Kisah Mbah Taryo Dapat Uang Rp19,8 Miliar, Beli Kebun Rumah Mewah, Lahan Kena Tol Jambi-Sumsel

Baca juga: Kisah 14 Warga Jambi Terima Duit Rp 1 Miliar Lebih dari Pembebasan Lahan Proyek Tol Jambi-Sumsel

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved