Kasus Inses di Jawa Tengah

Perlu Diketahui, Berikut 6 Bahaya Perkawinan Sedarah atau Inses Bagi Calon Bayi

Berikut ini enam bahaya perkawinan atau inses bagi calon keturunan. Diantaranya kelainan fisik hingga penyakit jantung dan kematian dini.

|
Penulis: Darwin Sijabat | Editor: Darwin Sijabat
Ist/ Kolase Tribun Jambi
Berikut ini enam bahaya perkawinan atau inses bagi calon keturunan.Berikut ini enam bahaya perkawinan atau inses bagi calon keturunan. Diantaranya kelainan fisik hingga penyakit jantung dan kematian dini. 

TRIBUNJAMBI.COM - Berikut ini enam bahaya perkawinan atau inses bagi calon keturunan.Berikut ini enam bahaya perkawinan atau inses bagi calon keturunan. Diantaranya kelainan fisik hingga penyakit jantung dan kematian dini.

Bahayanya itu harus diketahui sebab dalam sepekan terakhir ini ramai pemberitaan nasional kasus tersebut.

Kasus itu sedang ramai di Jawa Tengah dan Sumatera Barat.

Bahkan kasus inses yang terjadi di Jawa Tengah terjadi lebih parahn.

Sebab dari hubungan inses ayah dan anak tersebut pelaku dengan tega membunuh dan berupaya menghilangkan jejaknya dengan cara menguburnya.

Tidak tanggung-tanggung, dari informasi terakhir yang dilaporkan ada tujuh bayi yang telah dihilangkan nyawanya.

Namun apa yang menjadi latar belakang dari pelaku secara tega membunuh si buah hati yang dilahirkannya itu?

Salah satu jawabannya mungkin si pelaku mengetahui terkait bahaya atau risiko yang harus ditanggung.

Baca juga: Respon Wali Kota Bukittinggi Saat Dipolisikan Soal Dugaan Sebar Hoaks Kasus Inses Ibu dan Anak

Baca juga: Serahkan ke Presiden Jokowi, Partai Nasdem Tegaskan Tak Akan Cawe-cawe Soal Kursi Menkominfo

Berikut ini beberapa penjabaran tentang bahaya atau efek negatif utamanya yang bakal ditanggung si anak yang dilahirkan akibat hubungan sedarah atau inses ini.

Fenomena inses pasti pernah kamu dengar di berita atau film.

Ya, inses bukan hanya melanggar norma sosial, melainkan juga memiliki bahaya kesehatan, khususnya bagi calon anak yang akan lahir dari pasangan tersebut.

Seperti diketahui, inses adalah hubungan perkawinan sedarah dari ikatan keluarga yang dekat.

Seperti ayah menikah dengan anak kandung atau kakak menikah dengan adik kandung.

Dalam lingkungan sosial, perilaku inses dianggap sebagai hal yang menyimpang.

Jika dilihat dari sisi medis, inses juga bisa memberikan dampak bahaya.

Apa bahaya inses?

Seks antara dua anggota keluarga dekat yang mengakibatkan kehamilan, bisa berakibat fatal pada bayi yang akan dilahirkan.

Salah satu bahaya besar yang akan terjadi akibat hubungan inses adalah munculnya kelainan genetik.

Baca juga: Rudi Inses untuk Perkuat Ilmu, Empat Kerangka Bayi di Kebun

Hal ini berkaitan dengan gen yang diturunkan dari orangtua ke anak.

Anak-anak menerima satu salinan gen dari setiap orangtua.

Biasanya, gen untuk pembentukan hal-hal seperti sistem autoimun diwariskan dari masing-masing orangtua, dengan materi genetik yang berbahaya digantikan oleh materi dominan.

Hasilnya adalah individu sehat yang menyimpan kesalahan genetik resesif.

Saat seorang wanita hamil dari hubungan inses, mereka akan menurunkan variasi genetik dan gen resesif yang mereka miliki akan bergabung menjadi gen dominan pada anak mereka.

Hal inilah yang akan menyebabkan cacat bawaan.

Cacat bawaan yang terjadi bisa berupa berikut ini.

Skor IQ lebih rendah

Perkawinan sedarah dapat berdampak negatif pada kemampuan intelektual anak, bahkan dalam beberapa kasus menyebabkan gangguan perkembangan.

Fibrosis kistik

Fibrosis kistik adalah penyakit parah yang mempengaruhi sel-sel yang memproduksi lendir, keringat, dan cairan pencernaan.

Gangguan tersebut menyebabkan cairan tubuh menjadi kental dan lengket sehingga menyumbat tabung dan saluran yang ada di tubuh.

Kelahiran prematur

Anak-anak dari perkawinan inses rentan lahir dalam kondisi prematur dan memiliki berat badan lahir rendah.

Baca juga: Ngeri, Ternyata Kasus Inses Ayah dan Anak di Jawa Tengah Tak Hanya Hilangkan 4 Bayi, Tapi 7 Korban

Mereka juga cenderung memiliki kelainan bentuk fisik.

Sumbing

Bibir sumbing adalah cacat bawaan umum yang bisa terjadi akibat adanya kelainan genetik pada kedua orangtua.

Anak-anak dengan langit-langit mulut sumbing mengalami kesulitan berbicara dan makan.

Masalah jantung

Kelahiran bayi dengan cacat atau kelainan jantung lainnya adalah salah satu konsekuensi dari inses.

Jika mereka bertahan hidup, anak-anak ini akan memiliki umur yang lebih pendek yang dipenuhi dengan masalah jantung yang tak ada habisnya.

Kematian neonatal

Gen resesif yang diwariskan oleh anak-anak dari perkawinan sedarah terkadang menyebabkan bayi mati dalam kandungan atau meninggal segera setelah lahir.

Tidak semua perubahan genetik yang disebabkan oleh bahaya inses mematikan.

Namun, hal itu bisa menyebabkan masalah seumur hidup.

Polresta Bukittinggi Terima 2 Laporan Terkait Wali Kota

Polresta Bukittinggi terima dua laporan pengaduan dari masyarakat terkait Wali Kota Bukittinggi, Erman Safar.

Erman dilaporkan atas tuduhan pencemaran nama baik dan pembohongan publik.

Laporan tersebut diterima langsung oleh Ps Kasat Reskrim Polresta Bukittinggi, AKP Fetrizal, Senin (26/6/2023) siang.

Laporan pertama diterima dari ibu yang dikabarkan melakukan perkawninan sedarah atau inses dengan sang anak.

Kedua yakni dari tokoh adat masyarakat setempat.

"Kami menerima dua laporan pengaduan dari masyarakat, pertama saudari EY (ibu yang diisukan inses dengan anak kandung), kedua dari tokoh adat Kurai V Jorong," kata Fetrizal.

Fetrizal menerangkan, dua laporan tersebut masing-masing menyangkut pencemaran nama baik dan pembohongan publik.

"Laporan telah kami terima, salah satunya dugaan perbuatan inses itu, bahwa pelapor (ibu yang diisukan inses) menyebut informasi itu hoaks," kata Fetrizal kepada awak media, sore ini.

Fetrizal menyebut, pihaknya belum bisa membeberkan lebih lanjut terkait laporan pengaduan itu, sebab kepolisian baru menerimanya pada hari ini.

Selanjutnya, menurut Fetrizal, pihaknya bakal mengkaji kembali laporan pengaduan itu, apakah seluruh unsurnya masuk ranah pidana atau tidak.

"Saat ini kami sudah koordinasi dengan Polda Sumbar, laporan ini akan kami evaluasi dulu, sembari menunggu keputusan Kapolres Bukittinggi," tutur Fetrizal.

Sebelumnya, Polresta Bukittinggi memang telah melakukan penyidikan seusai kasus dugaan inses tersebut viral. Dengan adanya laporan pengaduan ini, Fetrizal mengatakan bakal melakukan penyidikan lagi.

"Sampai kini pun, kami juga terus fokus untuk penyidikan dugaan kasus inses ini," pungkas Fetrizal.

Respon Wali Kota

Wali Kota Bukittinggi, Erman Safar memberikan tanggapan atas pelapran dirinya ke polisi atas dugaan penyebaran hoaks terkait kasus inses ibu dan anak di Sumatera Barat.

Dia dilaporkan ke Polresta Bukittinggi oleh sang ibu dan dari tokoh adat.

Wali Kota belum banyak memberikan komentar terkait pelaporannya iitu.

Sebab Wali Kota Erman Safar sedang sibuk dengan mengikuti banyak kegiatan.

"Jangan sekarang (wawancara), lagi banyak giat (kegiatan)," katanya membalas pesan singkat permintaan wawancara dilansir dari TribunPadang.com, Senin (26/6/2023).

Terkait pelaporan dirinya ke polisi, Erman Safar menyampaikan tanggapan melalui akun Instagram resminya pada Senin siang.

"Apa yang kami lakukan ini, murni niatnya untuk bersihkan Kota Bukittinggi ini dari kemaksiatan. Menyelamatkan generasi muda dari apa yang merusak mental dan spiritual mereka," katanya.

"Ketika saya konsentrasi menegakkan Amar Ma'ruf Nahi Munkar, lalu ada yang berselisih paham dan tidak suka, itu merupakan ujian untuk saya," sambung Erman.

Sekedar informasi, kasus ini mulanya diungkapkan oleh Erman Safar dalam kegiatan sosialisasi pencegahan pernikahan anak di Rumah Dinas Wali Kota pada Rabu (21/6/2023).

Kasus yang menyebutkan adanya hubungan inses antara orang tua dengan anak ini pun viral dan menjadi perbincangan di tengah-tengah masyarakat. 

Tak hanya Erman Safar, LSM Ganggam Solidaritas-IPWL Agam Solid juga mengungkap kasus ini. 

Ketuanya, Sukendra Madra menyebut, kasus ini terungkap setelah salah seorang keluarga ibu dan anak tersebut melapor.

Bahkan, ia menyebut, anak dan ibu tersebut telah berhubungan badan lebih dari 10 tahun. Sukendra Madra juga mengatakan bahwa anak yang talah berusia 28 tahun itu tengah direhabilitasi.

Lebih jauh LSM Ganggam Solidaritas-IPWL Agam Solid mengungkap bahwa kasus ini terjadi lantara sang anak diduga mengalami gangguan kejiwaan hingga halusinasi akut.

Sukendra Madra membeberkan hasil tes khusus yang dilakukan pihaknya menemukan fakta bahwa sensorik otaknya sudah rusak. Penyebabnya, kata dia, gara-gara kecanduan zat adiktif.

Simak berita terbaru Tribunjambi.com di Google News

Baca juga: 5 Promo Richeese Factory Hari Ini 27 Juni 2023, Rich Coffee and Donut hanya Rp20 Ribuan

Baca juga: IPH Tertinggi se Indonesia, Pemprov Jambi Turun ke Batanghari

Baca juga: BKPSDMD Batanghari Harap ASN Tak Tambah Hari Libur Usai Cuti Bersama Hari Raya Idul Adha

Artikel ini diolah dari TribunJateng.com

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved